Chapter 33

121K 2.3K 7
                                    

Aku berlalu dari keramaian diskotik dan kembali kerumah membawa koper tersebut.

Seperti biasa,aku melewati jalan pintas yang tersembunyi untuk melindungi barang dan diriku sendiri.

****

Ali tersenyum memandang awan-awan dari jendela pesawat.
Ia mengambil sebuah kotak merah dari saku jaket yang ia kenakan.

"Aku kangen kamu". Ucap Ali saat membuka liontin berbentuk love. Disana ada foto Prilly bersama dirinya.

Senyuman manis terukir kembali dari bibir Ali, "aku akan cari kamu,cari cinta pertamaku,cinta sejatiku. Aku dan kamu akan menjadi Kita suatu saat nanti". Tekad Ali begitu besar dalam mencari Prilly.

Ia saat ini mendapat tugas besar di Jakarta,jadi ia bertekad ketika misinya selesai,ia akan mencari ke seluruh kampung yang ada di Jakarta.

Ali hanya berangkat sendiri,Pak Syarief sudah mulai menua.

Tidak mungkin Papa Ali terus-menerus menjadi Intel negara. Kaia juga tidak ikut,ia harus menjaga Papanya dan tidak bisa meninggalkan kantor.

Dia juga harus menggantikan beberapa tugas Ali di Riau.

Mereka percaya Ali bisa melumpuhkan musuhnya dengan tim dan strategi yang ia punya.

Pesawat Ali sampai di Jakarta dengan selamat.

Tidak ada kendala sedikitpun.

"Awal yang baik". Pikirnya seraya menyusuri koridor bandara mencari taxy yang siap mengantarnya ke kantor polisi.

Dengan setelan kaos dan jeans hitam,warna favoritnya ia memasuki sebuah taxy dan menyusuri jalanan kota Jakarta.

Tak banyak berubah,polusi asap kendaraan tetap bertebaran di udara.

Macet yang tak dapat di hindarkan menjadi rutinitasnya dulu saat ia akan berangkat sekolah.

"5 tahun,tidak ada perubahan". Gumam Ali memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi di setiap jalanan kota.

****

Aku terdiam di teras rumah,ku tekuk kedua kakiku hingga dapat kupeluk.

Kutebahkan kepala di atasnya.

"Kenapa semakin banyak rupiah yang ku dapat tapi semakin tidak tenang hidupku". Batinku menikmati sepi di malam hari.

"Gue harus hentikan semua ini". Tekadku dalam hati seraya masuk ke dalam rumah dan melihat bagaimana keadaan koper berisi narkoba itu.

Masih pada tempatnya,kusimpan di dalam sebuah tempat sampah agar tidak terlalu mencurigakan.

"Lo pekerjaan terakhir gue,cuma empat hari lagi dan gue selesai dari tempat ini". Ucapku berbicara dengan koper itu layaknya koper itu bisa menjawab ancamanku barusan.

Oh My God aku gila hahaha !.

****

Setibanya Ali di Mapolres Jakarta Pusat,ia langsung menemui KomDan tertinggi disana untuk memastikan tugas yang ia dapat ini berjalan dengan baik.

"Selamat siang Pak!". Hormat Ali kepada pria tegap di depannya.

"Selamat siang !". Jawabnya tak kalah tegas.

"Ada apa Bapak memanggil saya". Tanya Ali masih dalam keadaan hormat.

"Siapa yang memanggil kamu? Tidak ada". Jawabnya dengan senyuman tersungging di bibirnya yang mulai keriput.

"Hahahaha". Tawa mereka pecah dan saling memeluk,KomDan Wawan adalah sahabat Pak Syarief,Papa Ali.

Ali sudah menganggap beliau seperti Ayahnya sendiri.

Wajahnya mulai menua,wajar saja lima tahun Ali tidak pernah mendatangi Ibu Kota Indonesia ini.

Sedikit banyak memang ada yang berubah dari kota yang sangat ia rindukan.

"Kamu ini memang bisa kalo bercanda Ali,Ali..ayo silahkan duduk". Kata Pak Wawan mempersilahkan Ali duduk di ruangan santai itu.

"Bercanda itu bikin kita awet mudah loh Pak,di saat kita tertawa. Hati kita merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang membuat fresh pada otak". Jelas Ali ngawur yang membuat Pak Wawan semakin tertawa tanpa jeda.

"Sudah,sudahh kamu ngelawak terus ini mau jadi pelawak apa". Ali hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan tertata rapi.

"Begini, langsung saja bapak jelaskan. Sekitar tiga hari yang lalu terdapat laporan bahwa ada sindikat Narkoba dari luar negeri. Yang saya ingat itu dari Singapura". Jelas Pak Wawan yang di balas anggukan kepala Ali yang menandakan ia mengerti akan penjelasan Pak Wawan.
"Dan yang membuat saya sangat terkejut,salah satunya adalah seorang wanita. Umurnya... kira-kira sama dengan kamu". Ali tidak begitu terkejut,karena di luar sana ia telah banyak meringkus sindikat narkoba wanita yang seumuran dengannya.

Bahkan lebih muda darinya. "Saya akan usahakan secepatnya untuk tugas ini Pak".

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang