Cepet lo pasang virus itu". Teriak Digo dengan raut wajah menahan sakit di tangannya.
Ali terdiam.
Tampak dari wajahnya ia sedang berfikir. Digo sahabat se-timnya sedang terkena luka parah.*BRUAK*
*DAMNN*
Terlukis senyum di bibir Ali,seluruh agent berhasil masuk.
"Cepat bantu Digo". Ucap salah satu agent yang bernama Julian.
*DOR*
Suara tembakan,hantaman dari segala sisi terdengar sangat nyaring di teringa Ali.
"Gue harus selesein ini". Tekad Ali dalam hati dan berlari menuju ruang kendali roket.
Tangannya mulai menari di atas keyboard,setelah memasukkan flashdisk. Jari-jarinya dengan cepat mengetik angka dan huruf yang di perlukan.
"Sedikit lagi". Gumam Ali dengan sedikit senyuman dari sudut bibirnya.
Ali sekilas melirik kaca di samping komputer,dengan cepat ia beranjak dari duduknya.
*DOR*
Satu tembakan panas tepat mengenai jantung seseorang yang akan menerkam Ali.
Waktu trtus berjalan,tanpa di sadari sudah menunjukkan pukul 23.58.
"Dua menit lagi Pak". Teriak sapah satu agen.
Ali tetap tenang,jari-jarinya tetap menari.
Alarm mulai berbunyi,tanda peluncuran roket tinggal beberapa menit lagi.Peluh membasahi sekujur tubuh Ali.
"30 detik". Gumam Ali namun senyuman mulai muncul dari bibirnya.
"Ayo buruuaann,loadingnya lama banget. 15 detik lagi". Gumam Ali melirik jam tangannya.
"Finish! yeah !". Teriak Ali kegirangan,virus yang di masukkan Ali menyabotase seluruh file penggerak roket tersebut.
Tepat di detik terakhir virus berhasil memasang sehingga roket tidak berfungsi.
"Yeey huuu hahaha tim kita sukses". Kata ali menuju teman-temannya.
Ali menghampiri Digo,tangannya sudah di balut perban. Ia memeluk sahabatnya.
"Lo hebat". Kata Digo.
Ali menggeleng,"tim kita yang hebat". Tugas terselesaikan dengan baik.
Ali dan tim kembali ke kantor rahasia.Senyuman dan rasa bangga yang luar biasa ada pada diri tim hebat itu.
****
Prilly duduk sendiri di halaman belakang rumahnya,di tepi kolam renang.
Kakinya menyelam di tengah dinginnya malam. Ia menunduk,tampak bayangan wajahnya pada air kolam.
Ptilly tersenyum memandang wajahnya sendiri,"Aku di sini menunggumu Ali". Batinku tetap menatap air yang datar.
"Mata tak lepas darimu..
Begitu pun juga hatiku
Aku harapkan semuanya mem..""Siapa sih??!!". Ucap Prilly bangkit dari kolam dan meraih hanphoneku yang berada di atas meja.
"Ali". Gumam Prilly dengan tersenyum lebar di bibir tipisnya.
Waktu memang sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Prilly tidak bisa tidur,fikirannya masih terus dan terus memikirkan Ali.
"Hallo puppy sukses kan?". Tanya Prilly sebelum Ali mengatakan satu katapun.
"Jangan panggil namaku Ali Syarief kalo nggak sukses". Jawab Ali terkekeh.
"Huu sombong,kapan balik? Aku pingin kontrol ke dokter honey". Rengek Prilly manja yang memang sudah sangat merindukan suaminya itu.
"Uhh sabar ya sayang,mungkin besok karena ada laporan yang harus di selesein dulu".
"Huuuhhhfff".
"Kamu kenapa,udah mau lahiran? Kok tarik nafasnya panjang banget". Tanya Ali tanpa dosa.
"Iihhh honey,baru juga berapa hari."
"Hahaha ya udah kamu tidur sana,aku yakin kamu belum tidur dan jangan bohong."
"Iye bawel ih kamu buruan balik. Emang nggak kangen apa sama aku yang wajahnya cantik mempesona merah merona ini hehe".
"Kangen kok,siapa bilang nggak kangen".
"Kangen aja apa banget?".
"Banget dong,udah sayang kamu tidur sekarang nggak pake alasan apapun. Love you".
Prilly tersenyum,"siap komandan. Love you too muahh".
*tututututtt*
Percakapan singkat namun sedikit mengurangi rasa rindu pada keduanya.
Prilly menuruti perintah Ali dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
****
Mentari pagi menembus jendela kamar Prilly,matanya terbuka perlahan.
"Udah pagi ya,jam berapa sih". Gumam Prilly sesekali nasih menguap dan mengusap wajahnya pelan,dengan setengah mata terbuka melihat samar-samar jam di dinding.
"Jam 9 ". Prilly mengerutkan dahinya,matanya mulai menyelidik.
"Siapa yang buka jendela kamar? Aku kan tidur". Gumam prilly dan bangkit dari tidurnya.
Ia berjalan menuju kamar mandi,mencuci wajahnya dengan air.
*KREK*
"Aahhhhhhhhhhh". Teriakku sekuat tenaga,suara 8 oktaf berkumandang di pagi hari.
Sontak saja Prilly terus menjerit,tujuannya agar polisi yang berjaga di luar mendengar.
"Stop ! Berisik tau". Seorang laki-laki membekap mulut Prilly,ia tidak meronta apalagi melawan.