"Kita tadi mau ke rumah lo,ngeliat keadaan lo. Lagian dua bulan ngilang gak ada kabar.
Terus Cemal ngeliat lo jalan kesini udah kaya orang yang tak tahu arah jalan pulang haha"."Sempet-sempetnya lo bercanda ye ". Tegur Cemal.
"Ya maap. Terus kita kan penasaran nih lo mau kemana yaudah kita ikutin,eh malah masuk rumah angker kaya gini". Jelas Mila panjang lebar,aku hanya mengangguk-ngangguk mengiyakan cerita Mila.
"Awalnya nih ya ,gue ogah masuk,serem sih".
"Terus kenapa masi masuk?". Tanyaku penasaran.
"Gue kan sahabat lo,khawatir lah kalo lo mau terjun dari sini kan berabe gue,dan juga karna ama dia ". Kata Mila seraya menunjukkan gigi-giginya tertawa renyah.
"Modus lo !".
"Lo ngomongin gue,tapi gue di sini. Emang dasar cewek ya". Protes Cemal heran dengan tingkahnya Mila.
"Tapi gue ngerasa nyaman di sini". Kataku memandang pemandangan sekitar yang terlihat sangat indah dari atas sini. Semua gedung,rumah-rumah,pepohonan terlihat dari atap gedung.
Di tambah hadirnya matahari yang akan kembali pada peraduannya.
Tempatnya memang kotor dan banyak rumput liar yang tumbuh karena memang rumah ini kosong. Tapi rasa nyaman itu hadir dalam hatiku.
"Jangan ngarang deh Pril,tempat kayak gini lo bilang nyaman". Kata Cemal yang ikut memandang indahnya dunia di sore ini.
"Emang indah tapi tempatnya udah nggak ke urus". Lanjutnya.
"Tunggu,ini kenapa pada ngayal. Yuk dah kita pulang". Ajak Mila mulai bosan dengan tempat ini yang mulai gelap dan tampak lebih menyeramkan.
"Ayok ntar keburu gelap,penunggunya pada keluar lagi". Kata Cemal menggoda Mila dan Prilly yang membuat mereka ngacir turun ke lantai bawah.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.15,membuat suasana gedung semakin gelap nan seram.
Saat Mila dan Cemal sudah ada di luar gedung,mereka baru tersadar kalau Prilly tidak ada di antara mereka.
"Duhh Pril,pril demen banget lo ngilang". Keluh Cemal,sepertinya dia sudah mulai lelah.
"Nyangkut deh kayaknya". Kata Mila seraya memasuki gedung itu lagi.
Mila melihat Prilly sedang terpaku di sudut ruangan depan sebuah meja.
"Prill,ngapain?". Tanya Mila.
"Gue suka sama kotak ini". Kataku sambil memperhatikan sebuah kotak persegi panjang yang tidak begitu besar di atas meja sepertinya dari kayu jati.
Corak batik kebudayaan Indonesia menghiasi kotak itu.
"Ambil aja,nggak ada yang marah kan?". Kata Mila asal nyeplos.
"Hush !! Enak aja,ntar yang punya jemput lo gimana". Kata Cemal mengingatkan.
"Lo pikir ini jaman purbakala".
"Udah,kenapa jadi kalian yang ribut. Gue bawa". Leraiku membawa kotak itu.
Aku tidak begitu percaya pada perkataan Cemal jadi bawa saja.
Kami bertiga pun akhirnya pulang menaiki mobil Cemal.