Chapter 23

128K 2.6K 2
                                    

Aku tidak begitu percaya pada perkataan Cemal jadi bawa saja.
Kami bertiga pun akhirnya pulang menaiki mobil Cemal.

Mereka mengantarku ke rumah.

*****

Ali kembali bergegas menuju lantai 3.

"Tinggal tiga orang lagi". Batinnya.

Ternyata keberuntungan menyertainya.

Saat ia baru menginjak lantai tiga,ia sudah melihat lawan yang bersembunyi di balik tiang,ia bergegas mengambil senjatanya lalu membidik target yang sudah ada di depan mata.

"Yes !! Tepat sasaran". Kata Ali senang.

*BRUAk!!*

Ali terjungkal ke depan,ia mendapat tendangan tiba-tiba dari belakang.

Ali sedikit lengah saat bidikannya tepat sasaran sehingga ia tidak menyadari ada lawan yang mengintainya dari tempat lain.

Darah segar membasahi bibir Ali.

"Sialan lo !". Ucap Ali ingin membalas pria yang telah membuatnya terjerembab tadi.

Namun sayang,ada ternyata muncul satu pria lagi yang berhasil mendekap tubuh Ali hingga ia tidak bisa melakukan perlawanan.

"Haha lo bisa ngalahin anak buah gue,tapi nggak sama gua !". Bentak salah satu pria di hadapan Ali seraya melayangkan pukulan keras pada perut Ali.

Ali tersenyum licik," oh jadi lo bapaknya para loser disini,udah ngerasa menang?". Tanya Ali yang tahu keberadaan Kaia yang siap menyerang.

"Mau ngerasain tangan gue rupanya". Tantang pria di hadapan Ali seraya melayangkan pukulan pada wajah Ali.

Ali kembali tersenyum,ia merasakan darah segar dari bibirnya menetes ke lantai.

*DOR*

Tembakan Kaia tepat pada kaki kiri pria yang mendekap Ali.

Tanpa pikir panjang Ali melepaskan dirinya dan langsung memberikan tendangan keras pada pria di hadapannya yang sedari tadi selalu mengejek dirinya.

Ia memberi pelajaran hingga pria ini tak bisa melawannya lagi.
Begitu juga dengan Kaia,saat pria yang di tembaknya berusaha bangkit ingin melukai Ali dengan pisau di tangannya sontak saja Kaia berlari dan melakukan tendangan memutar hingga pria itu jatuh terjungkal dengan darah segar yang menetes hampir dari sekujur tubuhnya.

"Kita berhasil,biarkan polisi yang mengintograsi mereka". Ucap Kaia yang sudah memberi tahu agar polisi memasuki TKP untuk meringkus loser ini.

Ali dan Kaia keluar gedung dengan tenang,Papa mereka menyambut mereka dengan senyuman bangga.

"Kalian luar biasa,pengintaian kita,penulusuran kita tidak sia-sia". Puji Papanya membuat mereka tersenyum senang.

"Sudah seharusnya Ali lebih hebat dari papa". Kata Ali bangga membuat kakak dan papanya tertawa.

***

Mereka mengantarku ke rumah.
Mila tercekat saat sampai di rumahku.

"Prill,sejak kapan rumah lo jadi kandang ayam?".

"Sejak Ali...". Aku tertunduk,tak bisa melanjutkan kata-kata. Jika mengingat dia,aku air mataku pasti keluar dengan sendirinya.

Mila yang sadar akan hal itu langsung memelukku,berusaha menguatkanku.
Cuma dia yang aku punya saat ini.

"Prill,gue punya sesuatu buat lo". Kata Cemal.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang