Langkahnya semakin berat,samar-samar gedung tua itu terlihat.
Dari belakang diam-diam Ali mengikuti Prilly.
Ia tahu,wanitanya kini sedang kesakitan.
Tapi ia tak ingin gegabah, jika Ali menghampiri Prilly saat ini pasti Prilly akan menghindarinya lagi.
Ali tak akan marah atau bahkan tersinggung dengan keadaan Prilly sekarang. Karena ia sadar,ini karena dirinya.
Prilly tetap memaksakan dirinya mencapai gedung tua itu meskipun keadaannya sudah tidak memungkinkan lagi.
"Prilly !!". Teriak Ali yang sontak saja berlari ketika melihat tubuh Prilly tergulai lemas tepat di depan gerbang gedung.
"Hey,sayang kamu kenapa". Ucap Ali memegangi kepala Prilly,tubuhnya bergetar. Ia panik,sangat panik.
Prilly sudah tak sadarkan diri,dengan sekuat tenaga Ali menggendong Prilly.
"Nggak ada kendaraan lagi". Gumam ali yang tetap menggendong Prilly menyusuri jalanan malam yang sudah sepi.
Keringat membasahi tubuhnya,ini demi Prilly demi cintanya."Gue bisa bawa Prilly ke rumah sakit !" Tekadnya.
3km ia tempuh dengan berjalan kaki,menggendong tubuh kekasihnya yang masih tidak sadarkan diri membuat Ali kecewa pada dirinya sendiri."Dok.,tolong dia. Cepat tangani dia". Ucap Ali sesampainya dirumah sakit.
Buliran air mata menggenangi kedua pelupuk mata Ali.
"Gue nggak bole nangis,gue harus bisa ngebahagiain Prilly". Batin Ali.
"Cepat Dok!". Ali mulai membentak para tim medis yang ada disana.