Kemudian aku kembali duduk di sofa tua samping nenek Sri.
Tanpa aku meminta,Nenek Sri menjelaskan.
"Di sini,ini adalah ruangan Bapak Rizal. Waktu itu...". Nenek Sri mulai menerawang jauh melihat atap-atap yang rapuh.
"Saat senja tiba,para karyawan kembali pada rumah masing-masing.
Disinilah kejadian tragis itu terjadi,perbedaan pendapat antara Bapak dan rekan kerjanya membuat ruangan ini memanas.
Bapak mengetahui ada kejanggalan dari rekan kerjanya yang berlaku curang atas bisnis yang mereka bangun.
Bapak sungguh tegas saat itu,tapi rekan kerjanya tidak dapat menerima keputusan yang di ambil Bapak.
Dia brutal,membabi buta meluapkan kemarahannya.
Ibu Ully yang saat itu ada disini juga terkena imbasnya. Ibu terkena dorongan hingga kepalanya membentur meja dari kaca,darah segar mengucur dari kepalanya.
Bapak yang saat itu panik memegangi Ibu dan meminta pertolongan di hantam dengan vas bunga seketika itu beliau jatuh tergeletak di samping Ibu.
Saya melihat semua kejadian itu dari balik jendela,ingin sekali membantunya tapi tak bisa berbuat apa-apa." Tak terasa air mata menetes dari kedua mata Nenek Sri."Nenek berlari mencoba mencari bantuan,tapi nihil. Tidak ada satu orang pun yang melintasi jalan ini. Saya mulai takut,takut Bapak dan Ibu tidak tertolong lagi. Lalu saya teringat kamu dan Raja". Kata Nenek Sri menatapku.
****
Hari kedua Ali di Jakarta.
Sudah terjadwal bahwa hari ini ia akan mulai melakukan penyeledikan.Mula-mula Ali hanya mengorek informasi dari omongan warga sekitar.
Ia menyamar layaknya pria yang ingin membeli narkoba.
Ali mencari dimana tempat tinggal para penghibur malam. Dari situlah ia milai beracting layaknya seorang pecandu.
"Oh jadi ini tempatnya". Gumam ali sambil memperhatikan bangunan yang dari luar sebenarnya layaknya rumah biasa.
Kala itu waktu masih menunjukkan 18.30,diskotik ini belum buka.
Masih terlihat sepi,Ali duduk santai di seberang jalan.
Terdapat sebuah kedai kopi,untuk memantau tempat itu dari jauh.Seorang laki-laki berjass hitam menghampiri Ali karena sejak sore ia sudah duduk di kedai itu.
"Ada yang bisa saya bantu?". Tanya Ali ketika seorang berjas yang tak lain adalah manager dari kedai itu menghampiri Ali.
Ali tau mungkin dia mencurigai dirinya karena berjam-jam Ali disana."Mohon maaf bukan saya lancang atau ikut campur urusan anda, ada keperluan apa tau sedang menunggu seseorang?". Tanyanya tampak menyelidik.
Ali diam dan membuka dompetnya mengeluarkan sesuatu,"ini". Kata Ali mengeluarkan Lencana FBI yang di milikinya.
Tobi. Nama yang tertera pada jas seseorang di depan Ali ini langsung memasang muka ramah .