Karina
Ia merengut kesal memandangi punggung Jefan, yang kini sedang mendaftar di resepsionis hotel.
Oh ralat, bukan hotel. Tapi lebih tepatnya motel, hotel melati, hotel kecil yang terselip di antara bangunan megah di sekitarnya, penginapan kumuh, whatever you name it!
"Nih, kuncinya," Jefan mengangsurkan sebuah kunci pintu yang sangat sangat biasa. Menggantung di sebuah benda berbentuk persegi panjang berwarna merah menyala. Dengan tulisan angka 27 yang hampir memudar.
Ia yang awalnya membayangkan akan menerima cardlock, kartu magnetic stripe, kartu chip, atau apapun sebutannya. Yang pasti berbentuk sangat modern. Seperti yang biasa ia peroleh ketika liburan keluarga. Kini mendadak ilfeel mendapati bentuk kunci, yang lebih pantas disebut sebagai kunci gudang itu.
"Malah bengong," sungut Jefan demi melihatnya hanya mematung sambil memasang wajah kesal. Membuat Jefan akhirnya menyimpan kunci tersebut di tangannya.
"Nih, udah," ujar Jefan sambil menarik reseting jaket yang sedang dipakai. "Gua balik dulu."
"Tunggu!" decihnya sambil masih merengut.
"Apa lagi sih?!" Jefan memandangnya sebal.
"Gue lapar."
Kini, mereka telah berada di warung kelontong yang buka 24 jam. Milik seorang warga setempat yang terletak tak jauh dari hotel. Ia sudah memilih roti sobek, kacang atom, wafer, permen alpenliebe, teh kotak dan air mineral. Ketika Jefan meletakkan sebotol Kratingdaeng ke meja kasir.
"Gua bayar sendiri," ujar Jefan cepat. Mungkin menyadari, jika ia sedang melirik melalui sudut mata.
"Yang ini pisah, Bah," lanjut Jefan lagi kepada pemilik toko. Sambil mengangkat botol minuman tersebut.
Ia pun hanya mencibir. Dih, ge er banget, desisnya sebal dalam hati. Karena ia sebenarnya tengah melirik rak paling bawah showcase cooler. Dimana terdapat barisan minuman kaleng berwarna putih, merah, kuning, yang sangat menarik perhatiannya.
Dan ketika Jefan tengah menenggak minuman pilihannya sendiri, ia pun memutuskan untuk membuka showcase cooler. Lalu berjongkok memperhatikan barisan kaleng minuman warna warni tersebut.
"Enak yang mana?" tanyanya tanpa menoleh. Sambil mempertimbangkan akan mengambil kaleng warna merah dengan logo dua jangkar saling bersilangan, atau mengambil kaleng kombinasi warna putih dan merah dengan gambar bintang besar di tengahnya.
"Semua enak, Neng," jawab pemilik toko sambil terkekeh. "Neneng biasa minum yang mana?"
Dengan tanpa permisi, Jefan mengulurkan tangan tepat di atas kepalanya. Untuk mengambil kaleng minuman bersoda, "Sprite atau Cola?"
Ia mencibir, tak memedulikan Jefan.
"Yang bisa bikin tidur pulas yang mana, Bah?" ia justru kembali bertanya kepada pemilik toko.
"Anak-anak muda biasanya suka yang merah," jawab pemilik toko sambil menunjuk kaleng berlogo dua jangkar bersilangan.
"Dibanding yang satunya," lanjut pemilik toko. Kali ini sembari menunjuk kaleng berwarna kombinasi merah dan putih.
"Yang merah lebih kuat rasanya, tapi lebih murah," pungkas pemilik toko.
Yang disambut dengan cepat oleh Jefan. "Ini aja Bah, ambil dua-duanya," sambil meletakkan sekaleng Sprite dan Coca Cola ke meja kasir.
"Gua yang bayar!" sambung Jefan setengah menggerutu ke arahnya.
"Orang gue mau beli yang ini," ia memutuskan untuk mengambil kaleng berwarna merah dengan logo dua jangkar bersilangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.