112. New Mom (2)

333 48 6
                                    

Karina

Selasa, 7 Juli 2xxx

Meski kehidupannya kini hanya seputar kamar tidur, kamar mandi, ruang tengah. Namun ia seolah telah menggenggam dunia dengan adanya Aran dalam dekapan.

Lebay ya?

Yeah, itulah dirinya sekarang.

Tak pernah menyangka kan? Jika makhluk mungil yang suara tangisannya begitu memekakkan telinga telah mengubah dunia membingungannya menjadi terang benderang.

"Minum lagi, Mak?" tanyanya sambil mengernyit. Ketika Mamak mengangsurkan segelas ramuan berwarna kuning keoranyean.

Mamak tersenyum mengangguk. "Ini berkhasiat untuk menambah darah sekaligus membersihkan darah kotor."

Meski sambil mengernyit dan menutup hidung. Ia akhirnya mampu menghabiskan segelas minuman dengan rasa paling aneh yang pernah ada. Lalu buru-buru meraih segelas air putih untuk menetralisir.

Setiap hari Mamak membuatkannya minuman yang berasal dari bermacam-macam rempah dan bahan alami. Mamak juga rutin mengoles perut dan tubuhnya dengan parem. Termasuk pilis di keningnya.

Lalu memakaikan bengkung yang panjangnya ampun-ampunan. Meski ia sering meminta untuk dilepas saja karena cukup menghambat gerakan.

Namun Mamak tak pernah marah ataupun berwajah masam padanya. Selalu memberi penjelasan paling masuk akal tentang aneka manfaat dibalik tradisi yang tengah dilakukannya.

"Besok Mamak pulang ke rumah ya, nak," ujar Mamak usai membantunya mengganti popok Aran.

"Yah, kenapa pulang, Mak?"

"Besok kan Mama Papa Karina datang dari Singapura."

"Nggak apa-apa. Mamak di sini saja," pintanya sungguh-sungguh. Karena merasa nyaman ditemani oleh Mamak.

Mamak menggeleng, "Besok waktunya Karina berkumpul bersama Mama Papa."

"Sudah berbulan-bulan Karina berpisah dengan beliau berdua."

"Lagipula hari Jum'at, Mamak akan datang kemari lagi saat aqiqah," lanjut Mamak sambil tersenyum.

"Bahan dan cara membuat ramuan sudah Mamak tulis di selembar kertas."

"Termasuk kapan waktu meminumnya."

"Juga cara memakai parem, bengkung, dan pilis."

"Tadi sudah Mamak berikan ke Nana kertasnya."

"Biar Nana yang membantu Karina melakukan semuanya."

"Kalau manjakani sudah Mamak tumbuk. Mamak simpan di wadah kedap udara."

"Karina bisa langsung pakai."

Ia merengut sebab menahan haru. Lalu berjalan menghampiri Mamak untuk memeluk.

"Makasih banyak, Mak," ujarnya hampir menangis.

Seketika Mamak mengusap punggungnya lembut.

"Kalau nanti Karina merasa bosan, tak apa kalau sekali-kali tak minum ramuan."

"Atau tak memakai parem dan bengkung."

"Toh Karina juga sudah minum obat dari Bu Bidan."

"Yang penting banyak makan makanan bergizi dan minum air putih."

***

Jefan

Ia sedang mengeluarkan beberapa mobil ke halaman untuk memanaskan sekaligus membersihkan debu yang lumayan tebal karena tak pernah dipakai.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang