Karina
Semalam ia baru bisa tertidur nyenyak setelah mendengarkan podcast berjudul Najefan yang sengaja diputar berulang kali.
Dan pagi ini ia bahkan sudah mati gaya tak tahu harus melakukan atau mengerjakan apa untuk mengisi waktu.
Kemarin ia sempat melakukan video call. Meminta Hanum dan Bening untuk tidur di rumahnya selama Jefan training di Cileungsi. Tapi tak mendapat hasil yang diinginkan.
Karena Hanum semingguan ini bakalan tinggal di Bogor. Menemani Mamanya yang sedang merawat nenek Hanum akibat komplikasi sakit diabetes.
Sementara Bening sedang menikmati liburan bersama keluarga Bumi ke Raja Ampat.
"Wah, bentar lagi serius mau dijadiin mantu nih, udah jalan bareng sama keluarga?" seloroh Hanum yang diiyakan olehnya.
"Refreshing bentar gengs, sebelum berpusing ria ikut Simak (seleksi masuk)," kilah Bening yang menganggap kepergiannya ikut rekreasi ke luar pulau bersama keluarga Bumi adalah hal biasa.
"Yah, gue nggak ada temen dong," ia mendadak malas ketika membayangkan empat hari ke depan. Yang pastinya sunyi sepi sendiri.
Membuatnya memutuskan untuk pergi saja ke tempat yang bisa memberinya keramaian. Tempat mana lagi yang akan dituju kalau bukan ke,
"Pak Cipto, tolong anterin ke rumah Jefan dong."
"Siap, Neng."
"Nanti Pak Cipto langsung pulang aja. Soalnya aku mau tidur di sana."
"Baik, Neng," Pak Cipto menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Besok-besok kalau mau pulang ke sini tinggal telepon ya, Neng. Biar saya jemput."
Kini giliran ia yang mengangguk. "Tapi kita mampir ke minimarket dulu ya, Pak."
Pak Cipto mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah Jefan. Sekalian membantu membawakan seabrek makanan, cemilan, dan snack yang sempat dibelinya di minimarket.
"Bapaknya biar makan dulu, Karina," begitu kata Kak Fatma yang kebetulan masih berada di rumah. Baru hendak berangkat ke keude.
Namun Pak Cipto menolak dengan halus. "Terima kasih Bu dan Neng Karina. Tadi saya sudah sempat sarapan di rumah."
Membuat Kak Fatma berinisiatif membungkus beberapa potong ayam tangkap untuk dibawa pulang oleh Pak Cipto.
"Wah, terima kasih banyak," ujar Pak Cipto ketika menerima sebungkus ayam tangkap yang masih panas. Sekalian pamit pulang.
"Kakak mau pergi ke keude," kata Kak Fatma sambil membereskan barang-barang yang akan dibawa. "Karina mau ikut atau nunggu di sini?"
Ia berpikir sejenak. Rumah Jefan terasa sepi karena Umay dan Sasa masih di sekolah. Sementara Icad baru saja pamit pergi bermain dengan temannya.
Jadi kalau sekarang Kak Fatma pergi ke keude, maka ia hanya bisa duduk menunggu seorang diri di rumah Jefan. Wah, ini sih namanya pindah dari tempat sepi ke tempat sepi lainnya. Padahal tujuan utama pergi ke rumah Jefan agar bisa berada di keramaian.
"Aku ikut deh, Kak," pada akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Kak Fatma pergi ke keude.
"Tapi kalau jalan kaki lumayan jauh," Kak Fatma terlihat berpikir.
"Keude nya di dekat pasar kan, Kak? Aku pernah jalan kaki sampai ujung pasar sama Nana."
Kini ia dan Kak Fatma telah berjalan beriringan menyusuri gang yang tak terlalu ramai. Hanya dijumpai beberapa ibu yang sedang menyuapi anaknya di teras rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomantizmSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.