103. Hari yang Dipenuhi Kebahagiaan (2)

226 55 2
                                    

Karina

Jum'at, 3 Juli 2xxx

Hari kedua Lebaran, mereka isi dengan tinggal di rumah saja.

Dan jika di hari pertama Lebaran kemarin, ia sempat kelelahan karena mengikuti acara silaturahmi warga di RW. Kini ia bisa bersantai seharian di rumah.

Karena hingga pagi ini, kaki dan pinggangnya bahkan masih terasa pegal. Padahal kemarin ketika mengikuti acara salaman di RW, Jefan sengaja membawa kursi lipat dari rumah. Agar ia bisa duduk sepanjang acara silaturahmi berlangsung.

Namun kondisi perut yang sudah sangat membesar, membuatnya tak mampu melawan keadaan. Alias sering merasa cepat lelah. Apalagi cuaca kemarin cukup terik. Meski ia duduk di bawah tenda beratapkan kain terpal. Tapi tetap saja tubuhnya dibanjiri oleh keringat akibat kegerahan.

Kini ia tengah duduk di ruang tamu. Mendengarkan Mamak dan Yah Bit Hamdan mengobrol. Sementara Jefan sedang tertawa-tawa dengan Bang Fahri.

Sedangkan Kak Fatma dan Kak Aisyah sedari tadi sibuk membahas tentang bagaimana cara membuat lapis legit yang lembut namun tak berminyak. Seperti lapis legit bingkisan dari Mama.

"Margarinnya harus sedikit saja dibanding butter atau mentega," ujar Kak Fatma.

"Pakai mentega saja juga tak masalah," jawab Kak Aisyah yakin.

"Iya, bisa," Kak Fatma mengangguk.

"Tapi jangan mengocok butter atau mentega terlalu lama. Nanti menteganya meleleh dan mempengaruhi tekstur kue," lanjut Kak Fatma lagi.

"Yang penting kita harus pintar atur-atur suhu dan api," ujar Kak Aisyah lagi. "Biar tak terlalu kering."

Pembicaraan Kak Fatma dan Kak Aisyah sama sekali tak terdengar menarik baginya. Cenderung membosankan malah. Karena ia benar-benar tak mengetahui bagaimana cara membuat lapis legit agar terasa lembut namun tidak berminyak.

Membuatnya mengalihkan pandangan ke arah Mamak dan Yah Bit Hamdan. Namun juga tak kalah membosankannya. Karena kini Mamak dan Yah Bit Hamdan sedang berbicara dengan bahasa yang sama sekali tak dimengerti.

Ia pun beralih melihat ke arah Jefan. Yang masih saja tertawa-tawa dengan Bang Fahri. Entah sedang membicarakan apa. Terlihat sangat seru.

Tak kalah seru dengan anak-anak Kak Fatma dan Bang Fahri yang ramai bermain lego di lantai ruang tamu.

Namun ketika ia hendak beringsut dari duduk untuk mendekati Sasa dan Nesya yang sedang asyik bermain Barbie, Mamak menyentuh tangannya.

"Karina lelah?" tanya Mamak sambil tersenyum.

"Kepanasan di sini ya?" seloroh Yah Bit Hamdan padanya.

Ia hanya tersenyum, "Lumayan, Yah Bit."

"Karina istirahat saja di kamar," lanjut Mamak setengah berbisik. "Bisa sambil tidur-tiduran."

Ia baru akan menolak ucapan Mamak. Karena ingin bermain Barbie dengan Sasa dan Nesya. Namun Jefan keburu berdiri dan meraih tangannya.

"Yuk!"

Ia pun menurut dengan mengikuti Jefan masuk ke dalam kamar. Setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk tersenyum sopan ke arah Yah Bit Hamdan, Bang Fahri, dan Kak Aisyah.

Di dalam kamar Jefan langsung menyalakan kipas angin duduk yang tersimpan di atas meja. Kemudian menutup satu dari dua daun jendela yang terbuka.

"Teriknya cuaca," gumam Jefan usai menutup satu daun jendela.

Sementara ia telah duduk manis di atas tempat tidur. Dengan keringat bercucuran karena kegerahan.

"Ya ampun, Rin," Jefan menatapnya iba. Lalu melangkahkan kaki ke arah lemari. Mengambil sesuatu di sana. Kemudian segera menghampirinya.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang