169. How Its Going (2)

238 43 9
                                    

Jefan

Menurut pendapat beberapa orang yang meyakini, tahun pertama di Ganapati adalah masa paling krusial. Sebab sebagian besar kasus DO (drop out) terjadi di tahun pertama.

Itulah mengapa, sebagian besar teman-teman seangkatannya mengikuti bimbel (bimbingan belajar) TDB (Tahap Dasar Bersama). Termasuk Adit dan Daniel.

Padahal Adit sudah memiliki koleksi lengkap buku-buku TDB cetakan asli selama dua semester sekaligus. Warisan dari Dio, yang diakui Adit sebagai 'mantan calon kakak ipar.'

Begitu juga dengan Daniel. Yang berhasil meminjam buku-buku TDB dari kakak angkatan di unit Capoeira yang diikuti.

Sementara dirinya?

Daftar referensi buku mafiki (matematika, fisika, kimia) yang tercantum dalam silabus kuliah adalah karya Purcell, Halliday & Resnick, dan James E Braddy. Yang harga buku cetakan aslinya lumayan menguras kantong.

Ia pernah mencoba meminjam pada kakak angkatan di himpunan dan unit liga film. Tapi terlambat, sebab kalah cepat. Buku TDB sudah sold out semua dipinjam oleh para maba.

Mengandalkan meminjam ke perpustakaan? Perlu diketahui, stok buku TDB di Perpus sangat terbatas. Dan ini membuat waiting list meminjam buku menjadi padat. Padahal waktu meminjam hanya bisa tiga hari. Lewat dari itu akan terkena denda. Menjadi alasan pasti ia sering kehabisan buku TDB di Perpus.

Sementara untuk membeli versi bajakannya, ia merasa belum sanggup mencederai idealisme. Tak sampai hati jika harus memperoleh ilmu dari sumber yang merugikan. Sebab, adanya buku bajakan jelas merugikan sang pembuat karya bukan?

Lalu jika memilih memfotokopi, jatuhnya justru jauh lebih mahal. Meski ada beberapa temannya yang beruntung, bisa memperoleh fotokopian second dengan harga miring di sebuah tempat fotokopi.

Sebab untuk urusan kantong, ia harus benar-benar cermat dalam berhitung.

Karena setelah kekhawatiran tentang uang kuliah beres, dengan berhasil memperoleh beasiswa UKT. Ia pun segera menyimpan baik-baik kartu sakti warna hitam pemberian dari Mama Karina. Sengaja diletakkan jauh di sudut lemari. Di tempat yang paling susah untuk dijangkau.

Praktis ia hanya memegang kartu ATM BLI miliknya sendiri. Yang saldonya berasal dari dana transfer ATM Berlian yang dipegang Karina. Hasil bekerja selama dua bulan di AxHM.

Jumlahnya jelas tak seberapa. Karena ia meminta Karina untuk mentransfer secukupnya. Toh urusan makan dan tempat tinggal, telah ia peroleh secara cuma-cuma dari fasilitas yang diberikan kedua orangtua Karina.

Jadi untuk urusan operasional keseharian dan keperluan kuliah di luar UKT, ia tentu harus memiliki jalan keluar sendiri.

"Bisa ngoding, ngedesain, atau business analyst?" sejak awal Adit jelas mempunyai privilege dengan statusnya sebagai mantan calon adik ipar Dio. Bisa magang di Lumina, di sela-sela kesibukan TDB dan bimbel.

"Ntar aku rekomendasiin ke Bang Gerry."

"Lumina lagi dapat banyak project, sementara SDM masih kurang."

"Jadi per project ngambil freelancer gitu. 

Terus terang ia lebih suka berurusan dengan kamera dan sejenisnya dibanding komputer. Selain sadar diri karena tak memiliki kemampuan lebih di bidang IT.

"Kalau bimbel untuk anak sekolah gitu. Ada nggak?"

Dari informasi yang diberikan oleh Daniel, ia baru tahu kalau Magna selain membuka cafe, juga bergerak di bidang lain. Salah satunya adalah bimbingan belajar. Magna Edu

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang