Katherina
Ia masuk ke dalam mobil yang telah dinyalakan mesin dan AC nya terlebih dahulu, sementara Jefan dengan dibantu oleh orang-orang berkemeja batik masih memasukkan beberapa barang ke dalam bagasi.
Lumayan memakan waktu karena memang cukup banyak barang yang harus mereka bawa pulang. Dan ketika ia tengah membalas chat Hanum juga Bening yang menanyakan apakah besok ia masuk sekolah atau tidak, Jefan telah mendudukkan diri di belakang kemudi.
"Langsung pulang?" tanya Jefan yang mulai melajukan kemudi keluar dari parkiran basement.
Tapi ia tak menghiraukan pertanyaan Jefan, matanya tetap berkonsentrasi di depan layar ponsel. Berbalas-balasan chat dengan Hanum dan Bening.
"Kamu langsung pulang atau mau kemana dulu?" ulang Jefan.
Pertanyaan yang membuat keningnya mengkerut. Sungguh percakapan paling aneh bagi pasangan yang baru menikah. Idealnya dengan tanpa bertanya, sang pria akan mengajak wanitanya ke tempat-tempat terindah yang paling spesial untuk honeymoon.
Sementara mereka? Pertanyaan garing Jefan sontak membuat bayangan menyenangkan tentang kehidupan pernikahan indah, romantis, dan dimabuk cinta yang sering dibacanya di novel-novel roman langsung buyar dalam sekejap.
"Rin?"
Ia menghembuskan napas panjang demi mendengar Jefan memanggil namanya.
"Kayaknya kita perlu ngobrol," jawabnya dengan nada tak yakin. "Ada banyak hal yang mesti kita omongin setelah semua ini."
"Aku juga mau ngomong sesuatu," Jefan menganggukkan kepala tanda setuju. "Mau ngobrol dimana?"
Ia mengkerut ke arah Jefan, "Bisa nggak sih nggak nanya balik?" sungutnya kesal.
"Kan kamu yang jadi suami! Yang katanya pemimpin dalam rumah tangga! Tapi tiap ada hal yang harus diputusin, kamu dikit-dikit nanya, bentar-bentar nanya. Buat keputusan sendiri dong!"
"Ntar aku tinggal pilih, setuju atau nggak!"
"Ini malah nanya lagi... nanya lagi!"
Namun Jefan hanya tersenyum mendengar omelannya, "Suami ya?"
"Apa?" ia menjengit.
"Itu barusan kamu bilang, kalau suami pemimpin rumah tangga," Jefan masih tersenyum.
"Iya kan kata Pak Ustadz yang ngasih khutbah nikah tadi kalau su...," ia mendadak tercekat dengan omongan sendiri. Diliriknya Jefan yang sedang tersenyum-senyum simpul.
"Eh?" bentaknya kesal. "Aku tahu apa yang ada di dalam kepala kamu ya!"
"Apa?" Jefan mengerling ke arahnya dengan senyuman yang makin lebar.
Namun ia hanya mencibir, "Itu barusan aku keceplosan! Namanya juga manusia, tempatnya salah dan lupa."
"Kamu juga pasti pernah keceplosan! Semua orang pernah keceplosan! Siapapun pernah!" rutuknya sebal demi mendengar suara tawa tertahan Jefan.
Pipinya bahkan sudah berubah menjadi kepiting rebus begitu menyadari telah sangat salah dalam memilih redaksional kata tadi. Yang sangat dimungkinkan bisa membuat Jefan ge-er setengah mati. Sialan!
"Jadi, jangan sampai kata-kataku tadi kamu putarbalikan buat keuntungan pribadi!" ancamnya sambil mendecih sebal.
"Awas aja!"
Namun Jefan tak menanggapi kejengkelannya, justru mengerling sembari mengulum senyum, "Aku nanya ke kamu karena nggak punya tempat recommended."
Membuatnya mencibir sembari memutar bola mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.