Jefan
Ini adalah pagi hari pertamanya tinggal di Bandung. Sebagai penanda jika perjalanan baru sebentar lagi akan dimulai.
Are you ready? batinnya sambil menghela napas panjang.
Dan tempat pertama yang dicarinya setelah menetap di Bandung adalah,
"Masjid paling dekat di mana, Mang?" tanyanya pada Mang Ujang yang sedang berada di bagian belakang rumah.
"Den?" Mang Ujang mengernyit. "Mau ke Masjid?"
Ia mengangguk. Sejurus kemudian dari kejauhan mu-lai terdengar suara adzan Subuh saling bersahutan.
"Harus pakai motor, Den, kalau dari sini," jawab Mang Ujang. "Lumayan jauh dan jalannya naik turun."
Ia akhirnya (mau tak mau) mengeluarkan motor yang menurut Mang Ujang semalam merupakan titipan dari Mas Tama.
Dan begitu keluar dari garasi, udara sejuk khas pagi hari yang cukup menggigit langsung menyambutnya. Termasuk angin sepoi yang berhembus menerpa wajah. Membuatnya buru-buru berbalik kembali masuk ke dalam rumah.
"Nggak jadi, Den?" tanya Mang Ujang heran.
"Dingin banget," ia tertawa. "Mau ambil jaket."
Mang Ujang hanya manggut-manggut melihatnya masuk ke dalam kamar.
Benar kata Karina, Bandung dingin. Jika di Jakarta ia tak memerlukan jaket saat pergi ke Masjid di waktu Subuh. Maka di sini berbeda. Sebab tanpa jaket, ia bisa dipastikan akan menggigil kedinginan.
"Biar saya antar, Den," Mang Ujang yang kini telah memakai sarung dan jaket memberi penawaran. "Belum tahu Masjidnya ada di sebelah mana kan?"
Betul juga. Ia pun kembali tertawa.
Tak lama kemudian Mang Ujang telah melajukan motor menuju ke sebuah masjid yang berada di dalam kompleks perumahan ini, yaitu Masjid Al Fath.
Dan di sepanjang perjalanan, ia berusaha mengingat baik-baik rute jalan menuju ke Masjid.
"Ada berapa pintu gerbang, Mang?" tanyanya ketika melihat tak jauh dari Masjid, terdapat pintu gerbang yang ditutup oleh portal.
"Pintu gerbang yang ini cuma dibuka tiap pagi sama sore aja, Den," jawab Mang Ujang. "Itu juga cuma di jam-jam tertentu."
Ia mengangguk, "Berarti pintu gerbang utama yang saya lewat semalam?"
"Leres pisan (betul sekali)," Mang Ujang mengacungkan jempol.
Jumlah jama'ah yang mengikuti sholat Subuh tak jauh berbeda seperti di Jakarta. Hanya terdapat satu shaf. Terdiri dari sekitar sepuluh sampai dua belas orang.
Tapi yang membuatnya terkejut adalah, ketika salam kedua, ia baru menyadari jika pria yang sholat tepat di sebelah kirinya adalah mantan kepala daerah tertinggi di Jawa Barat.
"Bapak Gubernur periode lalu memang rumahnya di sini, Den," jawab Mang Ujang terkekeh, ketika ia menanyakan tentang apa yang baru saja dilihat.
"Oh," ia manggut-manggut. Sambil terus memperhatikan bapak mantan kepala daerah yang masih duduk menghadap ke arah kiblat. Sepertinya sedang menyelesaikan dzikir pagi.
***
Tama
Begitu tahu Jefan diterima di Bandung, ia dan Sada langsung membicarakannya. Meski Papa sudah mengatakan pada mereka berdua jika,
"Papa yang tanggung semua biayanya."
Tapi ia tak mungkin hanya berpangku tangan. Sementara Sada jelas-ielas telah berkontribusi banyak pada kelahiran Aran dan prosesi aqiqah. Jadi, ia memilih untuk melakukan hal yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.