97. Bersamamu Selalu Indah

246 50 2
                                    

Sarip

Sejak awal pertemuan ketika sama-sama mengikuti ujian psikotest, ia sudah curiga jika Jefan berbeda dengan mereka.

Lihat saja kulitnya yang terlampau bersih. Seperti tak pernah terkena terik matahari atau debu asap knalpot ketika naik motor di tengah jalanan macet ibukota.

Bahkan ia sempat mengira, jika Jefan adalah artis yang sedang menyamar untuk keperluan riset film terbaru. Mungkin ingin membuat film tentang kisah para buruh pabrik? Sejenis itu.

Namun meskipun Jefan memiliki penampilan mencolok yang cukup menarik perhatian terutama lawan jenis. Selama mereka berinteraksi, Jefan tak pernah sekalipun bersikap sengak atau bossy. Jefan bahkan cenderung pasif dan tak pernah ingin tampil menonjolkan diri.

Padahal kalau Jefan mau, pasti bisa punya base. Modal tongkrongan ada. Cara bicara bagus dan meyakinkan. Mungkin kalau Jefan mengaku sebagai anak pengusaha kaya, mereka semua akan langsung mengiyakan tanpa banyak bertanya.

Terlebih ketika sesi interview berlangsung, ia sempat melihat Jefan didatangi oleh seorang pria berwajah oriental yang penuh wibawa. Terlihat sangat disegani karena semua penginterview langsung menyapa pria tersebut dengan sopan.

Ditambah usai prosesi daftar ulang di tempat training, Jefan terlihat mendekati salah satu instruktur dan berbicara cukup lama dengan wajah serius.

Bukti jika Jefan bisa jadi memang seorang artis yang sedang menyamar.

Namun ketika mereka mendapat jatah barak yang sama. Dengan tempat tidur tepat bersebelahan. Barang-barang milik Jefan sama sekali tak mencerminkan seorang artis.

Tak ada pakaian dengan label branded ternama atau sepatu jutaan rupiah seperti yang biasa dimiliki orang berpunya.

Terlebih ketika saban malam sebelum tidur, ia berkali-kali memergoki Jefan tengah memandangi selembar foto bergambar cewek cantik yang sedang tersenyum lebar.

"Cewek lu?" tanyanya kepo akut.

"Bini gua," jawab Jefan yang langsung memancing gelak tawa tanpa henti.

Yang benar saja. Cewek di foto jelas secantik bidadari. Mana mau makhluk khayangan jalan bareng manusia biasa calon buruh pabrik. Dasar halu!

Membuatnya mengambil kesimpulan jika Jefan memang sama seperti mereka. Bukan orang berpunya, apalagi artis yang sedang menyamar.

Namun ketika siang ini ia, Jefan, Theo, dan Sidik tengah berjalan beriringan menuju pintu gerbang keluar usai menyelesaikan training. Kesimpulannya seketika berubah.

Demi melihat Jefan berjalan tergesa menghampiri sebuah MPV premium yang identik dengan julukan Transformer. Disusul dengan kemunculan seorang cewek cantik nan bening. Yang memiliki garis wajah bagai pinang dibelah dua. Persis seperti wajah di dalam foto yang sering dipandangi Jefan.

"Anjim!"

"Busyet, siapa tuh?"

"Gile bener."

Dan kekagetan mereka masih terus berlanjut. Karena usai saling menatap dan berbicara dengan wajah malu-malu. Tanpa menunggu lama Jefan telah menarik tubuh mungil bidadari itu ke dalam rengkuhan.

"Bangsat!"

"Najis!"

"Kambing congek nih kita!"

Mereka bertiga masih saja terpaku di tempat. Menyaksikan adegan yang lazim terjadi di tayangan film romantis. Yaitu sepasang kekasih yang sedang saling melepas rindu.

"Jirrr!"

"Kita cuma penonton."

"Lu mau tuker posisi sama si Jefan?"

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang