Karina
"Kak, aku boleh nanya nggak?" tanyanya pada Kak Fatma setelah mereka menunaikan sholat Isya berjamaah. Sedangkan Mamak masih melanjutkan dengan tadarus Al Qur'an di dalam bilik.
"Boleh," jawab Kak Fatma sambil tersenyum. "Mau nanya apa?"
"Ma... ini bajuku begini."
Namun sebelum ia sempat melontarkan pertanyaan, Sasa lebih dulu menyeruak diantara mereka sambil merengek-rengek karena tali bajunya terlepas.
"Tinggal diikat," Kak Fatma menggelengkan kepala sembari mengikat tali baju ke belakang punggung Sasa.
"Nah, udah. Sana main lagi."
"Makasih, Ma."
Begitu Sasa kembali asyik bermain boneka barbie di lantai, dengan sedikit ragu ia bertanya, "Dulu Jef... eh, Nana...," ia belum terbiasa memanggil Jefan dengan nama kecil.
"Pernah dekat sama Mai?" pungkasnya dengan wajah memerah menahan malu.
Kak Fatma menatapnya sambil tersenyum, "Dekat seperti teman saja, Karina."
"Sering main ke rumah. Sama kayak Salma."
"Belajar bersama."
"Banyakan sama yang lain juga."
"Dulu waktu Nana masih duduk di bangku SD sampai SMP, rumah ini selalu ramai sama anak-anak yang belajar bersama."
"Tapi sejak masuk Pusaka Bangsa, Nana jadi sedikit berubah. Sampai akhirnya anak-anak mulai jarang datang ke sini lagi."
"Paling tinggal Salma saja yang masih sering main."
"Yang lain pada nggak tahu kemana."
"Termasuk si Mai."
Ia menganggukkan kepala mencoba mengerti. Tapi masih ada sedikit yang mengganjal. Namun ia jelas tak bisa menunggu sampai hari Jum'at untuk mendengar jawaban dari Jefan.
Jadi, ia harus bertanya pada orang lain.
Yang terpercaya tentunya.
Dan karena selama ini Kak Fatma selalu bersikap baik dan lembut padanya. Sama seperti Teh Dara. Maka, dengan menekan rasa malu demi menuntaskan rasa penasaran, ia kembali bertanya.
"Dulu Nana pernah jalan sama Mai ya, Kak?"
"Jalan?" Kak Fatma mengernyit tanda tak mengerti. "Pergi bareng maksudnya?"
"Bukan," ia tertawa. "Ngng... pacaran maksudnya."
"Oh," Kak Fatma tertawa cukup keras dan lama. Sampai-sampai keluar air mata.
"Kakak ngetawain aku," gumamnya sambil mengkerut.
"Bukan ngetawain Karina," Kak Fatma buru-buru menghentikan tawanya.
"Kakak ngetawain diri sendiri karena nggak paham kalau jalan itu artinya pacaran," lanjut Kak Fatma sambil menggelengkan kepala.
Ia hanya menunduk malu.
"Karina," kini Kak Fatma mengusap lengannya lembut. "Terus terang Kakak nggak pernah tahu Nana pernah jalan sama siapa saja."
"Selama ini Nana nggak pernah memperkenalkan secara khusus teman-teman perempuannya."
"Semua sama."
"Nggak ada yang sengaja diperkenalkan spesial pada Kakak atau Mamak."
"Baru Karina yang Nana perkenalkan pada kami."
"Itu saja membuat kami kaget karena memperkenalkannya pakai cara yang nggak biasa," gumam Kak Fatma sambil menggelengkan kepala.
Ia jadi tersenyum sendiri. "Memang Nana ngenalin aku nya gimana, Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
Roman d'amourSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.