Jefan
Hari ini ia sengaja tak mengambil over time. Sebab harus mengantarkan Sasa pergi memeriksakan perban bekas luka operasi ke dokter. Dan pagi-pagi sekali ia sudah meluncur ke Kampung Koneng untuk menjemput Sasa juga Kak Fatma.
"Makanlah dulu," tawar Mamak yang sedang menyiapkan barang-barang untuk dibawa ke keude.
Sebenarnya ia dan Kak Fatma sudah pernah membujuk Mamak. Untuk tetap tinggal di rumah. Tak lagi berjualan di keude. Sebab kerjasama yang dilakukan antara Mamak dengan Selera Persada telah membuahkan hasil.
Terhitung sejak bulan kemarin, Mamak telah berhasil memperoleh nett income cukup lumayan. Yang berasal dari bagi hasil omzet penjualan masakan khas Aceh. Di seluruh jaringan restoran yang berada dalam naungan bendera Selera Persada.
Kak Fatma bahkan sudah membujuk Mamak, supaya cukup bertindak sebagai chef saja di rumah. Dan menyerahkan pengurusan keude pada Kak Fatma juga Cing Ella.
Namun Mamak tetap menolak. Dengan alasan tak biasa berdiam diri berpangku tangan di rumah saja.
"Makanlah dulu. Mumpung masakan baru matang. Masih hangat," ujar Mamak lagi.
Ia pun mengangguk dan segera beranjak untuk mengambil piring di dapur. Lalu mengisinya dengan nasi putih hangat dan lauk yang juga masih mengepulkan asap sebab baru matang. Karena tadi sebelum berangkat, ia memang belum sempat sarapan di rumah Karina.
"Makan, Cad!" tawarnya pada Icad. Yang sedang duduk menggambar di ruang tamu. Karena masih dalam masa liburan menyambut tahun ajaran baru.
"Udah, Yah Bit," jawab Icad sambil terus menggoreskan pensil di atas kertas. Entah sedang menggambar apa. Terlihat asyik dan serius sekali.
Sementara Umay tak kelihatan batang hidungnya, sejak kali pertama ia masuk ke dalam rumah. Mungkin sudah melesat pergi bermain ke rumah temannya.
Sedangkan Sasa baru saja selesai mandi. Tengah disisir rambutnya oleh Kak Fatma.
"Adududuh....," rengek Sasa ketika sisir yang dipegang oleh Kak Fatma menyangkut di sela-sela rambut.
"Sakit Mama...."
"Jangan keras-keras pakaiin sisirnya."
"Maaf....," Kak Fatma mengernyit sembari berusaha membebaskan sisir dari belitan rambut Sasa yang kusut.
"Tak keramas tiga hari langsung kusut begini, nak," gumam Kak Fatma yang harus melepaskan helai demi helai rambut Sasa yang membelit mengelilingi permukaan sisir seperti benang ruwet.
"Potong rambut saja ya," lanjut Kak Fatma yang sepertinya sedikit kesulitan dalam mengurai kekusutan rambut Sasa.
"Nggak mau!" tolak Sasa cepat.
"Nanti nggak cantik lagi."
"Cantik enggaknya orang nggak ditentukan sama rambut, Sasa," gumam Icad dengan kepala terus menunduk menekuri kertas gambar.
"Sasa kan mau cantik kayak boneka Barbie," sambung Sasa sama sekali tak menghiraukan komentar Icad.
"Sasa juga pingin punya rambut panjang kayak Tante Karina yang cantiiiik," seru Sasa membuatnya tersenyum sambil menggelengkan kepala sekaligus.
"Kalau dipotong kan bisa panjang lagi sayang," ucap Kak Fatma yang masih berusaha membebaskan sisir dari belitan rambut kusut Sasa.
"Daripada tiap di sisir Sasa kesakitan."
"Nggak mau!" tolak Sasa sambil menghentakkan kaki kanan ke lantai.
"Mana ada ini nih...," alis Kak Fatma saling bertaut sebab menemukan hal menarik di antara helai rambut kusut Sasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.