Karina
Klik!
Begitu pintu terbuka, matanya langsung disambut oleh pemandangan sebuah kamar yang luas, bernuansa elegan khas hotel berbintang, juga jendela kaca super lebar yang mengelilingi dua sisi sekaligus. Menyuguhkan panorama city view, lengkap dengan kerlip lampu yang menghampar bagai lautan bintang bercahaya. Indah sekali.
Ia hanya bisa mematung memandangi tiap sudut kamar dengan hati berdebar. Ketika terdengar suara Klik untuk yang kedua kali dari belakang punggungnya.
"Cross check pintu," seloroh Jefan tepat di telinga kirinya.
"Hhh!" dan ini membuatnya terkejut. Sebab hembusan hangat napas Jefan terasa membelai sebagian wajahnya.
Ia bahkan masih belum beranjak. Meski Jefan telah meletakkan back pack dan cooler bag ke atas meja. Lalu berjalan menuju minibar.
"Kopi atau teh, Rin?"
Ia menggeleng. Lebih memilih untuk mendekati sofa dan mendudukkan diri di sana. Lalu mengambil ponsel dari dalam sling bag. Jelas sedang mencari kesibukan agar tak terlalu salah tingkah.
Oh my, kenapa harus salah tingkah sih? rutuknya dalam hati.
Pasti karena suasana kamar yang privat. Ditambah king size bed empuk yang terlihat begitu menggoda. Membuat perutnya mendadak dipenuhi oleh tiga, empat, lima, bahkan puluhan kupu-kupu sekaligus. Yang kini sedang mengepakkan sayap secara bersamaan.
"Hhh!" dan ia kembali terkejut ketika tiba-tiba saja Jefan sudah duduk di sampingnya. Lengkap dengan melingkarkan lengan di sepanjang bahunya.
"Kok kaget sih?" Jefan tertawa kecil.
"Iih!!" ia mengendikkan bahu. Semata-mata agar rengkuhan Jefan di bahunya sedikit melonggar.
Tapi yang ada, Jefan justru semakin mengeratkan mereka berdua. Kini bahkan ditambah dengan usapan lembut di lengannya.
Ia pun (pura-pura) bertingkah sibuk dengan ponsel di tangan. Seolah ada hal penting yang sangat mendesak.
"Eh?!" ia tersentak ketika Jefan mengambil ponsel tanpa permisi. Lalu menyimpannya di atas meja.
"Abang?!" ia memberengut. "Aku kan lagi lih...."
Ucapannya terpotong di udara. Sebab kalah cepat dibanding gerakan Jefan yang telah memutar dagunya. Lalu mengubur wajah mereka berdua dalam-dalam.
Oh, tidak. Ia langsung gelagapan karena Jefan beraksi bak musafir yang sedang dilanda kehausan.
Mendesak tanpa memberi kesempatan padanya untuk bertahan. Tidak sama sekali.
Ia bahkan harus menumpukan kedua tangan di leher Jefan agar tak terkulai sebab tubuhnya mendadak berubah menjadi jelly. Tak berdaya.
Kini Jefan tersenyum menatapnya. Ia pun balas memandangi mata Jefan yang berkilauan dengan napas tersengal.
"Aku belum KB," bisiknya dengan napas yang masih memburu.
Jefan tertawa meski tanpa suara, "Penting gitu?"
Ia langsung melotot kesal, "Kalau jadi gimana?!?"
Kali ini Jefan tertawa sungguhan. Dengan gerakan yang begitu halus, Jefan berusaha menyatukan kembali wajah mereka berdua.
Tapi ia berhasil menghindar lebih dulu untuk bertanya dengan penuh selidik, "Abang bawa itu kan?!"
"Itu apa?" gumam Jefan dengan suara malas sembari menyentuh lehernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.