Sada
"Siapa?" tanyanya terkejut. Tapi Mas Tama telah lebih dulu memutuskan sambungan telepon.
Samar-samar ingatannya seperti pernah mendengar nama Hamzah Ishak disebut oleh beberapa kolega. Baik dalam obrolan ringan, santai, bahkan serius. Tapi masalahnya adalah, siapa dia? Otak ruwetnya saat ini benar-benar tak mampu mengingat satu hal pun berkaitan dengan nama tersebut.
Jadi, sambil meminjat-mijat kepala yang mulai penat, ia mencoba mencari tahu. Dan informasi yang keluar di layar ponsel justru makin membuat otak ruwetnya bertambah berkali lipat.
Hamzah Ishak adalah tokoh GNM (gerakan nasional merdeka) atau oleh media luar disebut juga NLF (national liberation front) paling fenomenal sepanjang konflik militer bersenjata dengan pemerintah RI.
Hamzah Ishak menjadi salah satu panglima GNM paling cerdas dan pemberani.
Pasukan gerilya pimpinan Hamzah Ishak beberapa kali berhasil lolos dari kepungan pasukan gabungan TNI dan Polri.
"The real problem, here we go," gumamanya sambil berdecak sekaligus menggelengkan kepala ketika membaca baris demi baris informasi yang ditampilkan oleh layar ponsel.
***
Najefan
Ia hanya menatap Karina yang marah-marah dan kini kembali setengah berbaring sambil memunggunginya. Dan lebih memilih untuk duduk di sofa daripada meladeni kekesalan Karina yang sama sekali tak berdasar. Ia bahkan belum selesai menjelaskan semuanya, tapi gadis itu sudah main ambil kesimpulan sendiri berdasarkan asumsi yang jelas keliru.
"Kamu harus punya banyak stock sabar buat ngadepin Karina."
Begitu kalimat kakak ipar Karina tadi pagi yang menjadi pedoman agar ia tak ikut tersulut emosi. Karena sungguh sangat menyebalkan sekali ketika harus menghadapi tingkah polah gadis itu. Ia bahkan belum pernah bertemu seorang gadis yang memiliki sifat sebegitu keras kepala seperti Karina.
Ia pun mulai menyalakan televisi yang sengaja di setel dengan volume suara sedang cenderung lemah, karena khawatir Karina akan terganggu. Dan menjatuhkan pilihan pada chanel TV khusus olahraga luar negeri yang tengah menanyakan liputan tentang road to Big Match EPL Derby Manchaster yang akan berlangsung akhir pekan ini.
Ia berniat untuk menunggu di sini hingga pukul 9 malam. Itu berarti sekitar satu jam lagi. Sembari berharap semoga selama satu jam ke depan Karina sudah tertidur nyenyak, agar tak merasa sendirian ketika ia harus pulang sementara Mas Sada belum datang.
Pikirannya memang fokus pada pembahasan man to man marking tiap lini dari dua team sekota itu. Tapi matanya sesekali melihat ke arah Karina yang masih saja memunggunginya.
Jujur saja, tadi siang sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, ia terus memikirkan pertanyaan kakak ipar Karina.
"Kamu cinta sama Karina?"
"Udah pernah bilang ke Karina kalau kamu cinta sama dia?"
"Cewek itu butuh kepastian."
"Kalau ayah bayinya bilang cinta, dia pasti bahagia."
Jatuh cinta? Apakah itu berarti selalu teringat padanya? Memikirkannya setiap waktu? Mencemaskan keadaanya? Menginginkan kebaikan untuknya? Karena, semua perasaan itulah yang kini sering mengusik hatinya.
Tapi, menyatakan cinta jelas bukan keahliannya. Selama ini ia bahkan tak pernah menyatakan cinta kepada siapapun, kecuali Mamak tentunya. Itu pun bukan pernyataan cinta secara verbal yang mengharu-biru menggetarkan sukma. Tapi lebih ke sikap dan perbuatannya yang bisa membuat Mamak merasa bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.