136. Sasa Oh Sasa... (3)

147 39 4
                                    

Tama

Ia sempat tertegun sebentar saat mendengar sebutan petugas wanita itu untuknya.

Ayah Cut Rumaisha?

Namun tak seorangpun menyadari kekeliruan ini.

Sekilas dilihatnya Fatma sedang membelai rambut putrinya dengan air mata berlinang. Membuat sejurus lintasan tentang sebutan Ayah baginya sedikit mengusik hati.

Tapi ia buru-buru membuyarkan lamunan. Dan memutuskan untuk segera menandatangani kolom yang dimaksud tanpa banyak bicara.

"Terima kasih," ucap petugas saat menerima surat persetujuan tindakan medis yang telah selesai di tanda tangani olehnya.

"Sekarang, mari ikut saya menemui dokter bedah yang akan melakukan tindakan operasi."

"Saya bilang dulu ke...," ia menunjuk ke arah Fatma dengan gerik sungkan.

"Oh, silahkan. Khawatir nanti Ibu nyari ya Pak," petugas tersenyum mengangguk sebelum ia sempat menyelesaikan kalimat.

"Nanti kalau sudah, Bapak bisa langsung menemui dokter Rahadi di depan."

"Bai, Sus."

Setelah petugas berpakaian hijau keluar dari dalam tirai, ia mendekati Fatma yang masih membelai rambut putrinya.

"Aku mau ketemu dokter dulu..."

Wajah penuh air mata Fatma menoleh ke arahnya. Lalu dengan gugup berkata, "Maaf... tadi waktu mau ke sini, saya nggak sempat bawa dompet Jadi..."

Ia mengernyit dan menggeleng sekaligus, "Bukan itu..."

"Operasi ini pasti perlu biaya. Saya..."

Ia kembali menggelengkan kepala tanda tak setuju, "Jangan khawatirkan tentang biaya."

"Kecelakaan ini terjadi di rumah kami."

"Jadi pasti akan kami pertanggungjawabkan."

"Tapi...," Fatma hendak menyanggah ucapannya. Namun ia keburu melanjutkan kalimat.

"Yang penting kamu dampingi...," dengan tangan kanan menunjuk ke arah gadis cilik yang kini kembali merengek.

"Mama... kapan kita pulang, Ma..."

"Aku mau pulang, Ma..."

"Iya sayang... sebentar lagi ya..."

Setelah berhasil menenangkan putrinya, Fatma menjawab lirih, "Rumaisha... panggilannya Sasa..."

Ia mengangguk, "Kamu dampingi Sasa. Aku ketemu dokter dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Fatma, ia pun segera beranjak keluar dari tirai menuju ke bagian depan ruang IGD.

"Saya mau ketemu dengan dokter Rahadi," ujarnya pada petugas yang berdiri di balik meja.

"Orangtua dari pasien Rumaisha?" seorang pria berpakaian biru-biru yang berdiri tak jauh dari petugas langsung mendekat.

"Iya, betul," jawabnya dengan mulut kaku.

"Saya Rahadi," pria tersebut menarik kursi yang berada di balik meja. "Silahkan duduk."

Ia pun segera menarik kursi yang berada dalam jangkauan terdekat.

"Tadi dokter Hanggara sudah menjelaskan tentang hasil rontgen dan tindakan medis yang harus dilakukan?"

"Sudah, Dok."

"Baik," dokter Rahadi kembali mengeluarkan hasil rontgen Sasa ke hadapannya.

"Di sini  bisa kita lihat," dokter Rahadi menunjuk pada hasil rontgen Sasa.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang