Jefan
Malam kian beranjak larut, hujan yang turun juga bertambah deras. Seolah seluruh air tercurah ke atas bumi. Lengkap dengan suara guntur yang beberapa kali terdengar menggelegar membelah kegelapan malam.
Membuat Karina sedari tadi memposisikan diri di samping Aran. Karena khawatir Aran terkejut ketika mendengar suara petir.
Tapi yang dikhawatirkan ternyata tak terjadi. Karena Aran tetap terlelap dengan nyenyaknya. Sama sekali tak terpengaruh oleh suara geluduk yang cukup keras.
Dan seusai sholat Isya tadi, Mama Karina telah meminta Mamak untuk beristirahat di kamar tamu.
"Nanti Fatma dan Sasa pulang ke sini lagi, Bu Cut," ucap Mama Karina. "Biar sekarang Bu Cut istirahat saja dulu."
"Sudah mempersiapkan acara selama dua hari, pasti lelah."
Sementara Icad dan Umay masih asyik merakit lego bersama Arka, Yasa, dan para saudara sepupu yang lain.
"Sasa kok lama nggak pulang-pulang ya?" gumam Karina dengan nada penuh kekhawatiran.
Ia yang sedang berbaring di belakang punggung Karina tak menjawab apapun.
Cerita tentang Sasa yang jari tangannya terjepit mainan jungkat-jungkit sama sekali tak bisa dibayangkan.
Dan sepanjang petang tadi, ia sempat duduk bersama dengan Mas Sada, Teh Dara dan kerabat yang lain. Menunggu kabar tentang Sasa. Tapi ponsel Mas Tama sama sekali tak bisa dihubungi. Ponsel Kak Fatma bahkan tertinggal di sini.
"Semoga lukanya nggak parah," lanjut Karina sambil membalikkan badan.
"Atau karena langsung di opname?" Karina menghela napas panjang. "Makanya nggak pulang-pulang."
"Mungkin," ia balas menoleh dan menatap Karina lekat-lekat.
Dan turunnya air hujan yang menimbulkan suara gemuruh di luar, udara hangat yang melingkupi seantero kamar, serta suasana yang cukup sunyi, membuatnya refleks meraih kepala Karina ke dalam rengkuhan.
"Kasihan Sasa," gumam Karina lagi. "Pasti sakit banget."
"Aku sempat lihat darahnya waktu digendong sama Mas Tama..." kali ini Karina bergidik ngeri. Mungkin membayangkan kecelakaan yang tadi menimpa Sasa.
Ia tak menjawab apapun. Hanya terus mengusap lengan Karina yang berada dalam rengkuhannya.
Suasana kembali sunyi. Diantara mereka tak ada lagi yang berbicara. Sementara Karina semakin
menenggelamkan wajah di sepanjang lehernya."Aku tadi ngobrol sama Dipa."
Ia masih diam dan tak menjawab.
"Dipa minta maaf," lanjut Karina.
"Aku juga minta maaf ke Dipa," sambung Karina cepat.
Ia tetap diam namun sambil mendengarkan.
"Kayak ada sesuatu yang...." Karina memegang dadanya sembari menengadahkan wajah. "Lega... di sini."
"Iya nggak sih?" tanya Karina dengan wajah yang masih menengadah.
Ia terus terdiam. Lebih memilih untuk menyentuhkan diri ke wajah Karina.
"Ish!" Karina langsung memukul dadanya. "Orang lagi ngomong serius malah...."
Ucapan Karina terpotong di udara, karena ia kembali menyentuhkan diri. Perlahan, halus, namun dalam dan pastinya lama.
"Ini artinya... kamu nggak masalah dengan apa yang barusan kuceritakan?" tanya Karina dengan napas tersengal akibat sentuhannya yang terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Pagi | Na Jaemin
RomanceSometimes someone comes into your life so unexpectedly, takes your heart by surprise.