172. All About Love

292 47 13
                                    

Jefan

Ia menatap buku bersampul cokelat yang diletakkan oleh Papa Karina ke atas meja dengan penuh tanda tanya.

"Mumpung Papa ingat," begitu Papa Karina membuka pembicaraan.

"Tadinya mau Papa kasihkan kemarin waktu Idul Adha. Tapi waktunya mepet."

Ia tetap bergeming dan duduk dengan tegak. Namun sudut matanya terus saja memperhatikan buku bersampul cokelat. Yang warna sampulnya telah lusuh dan tergulung di bagian sudut.

Ia seperti pernah melihat buku itu. Tapi lupa di mana dan kapan.

Meski telah berusaha keras mengerahkan seluruh ingatan. Namun pikirannya masih belum bisa menemukan jawaban. Dimana gerangan ia pernah melihat buku itu.

"Ini Papa anggap sebagai buku takdir kalian berdua."

Ia menatap Papa Karina tak mengerti.

"Ceritanya panjang," Papa Karina menghembuskan napas yang terdengar begitu berat.

"Lain waktu saja Papa ceritakan. Karena malam ini harus istirahat."

"Besok ke Bandung jam berapa?"

"Setelah Subuh, Pa."

Papa Karina mengangguk-angguk tanda mengerti, "Tolong simpan buku ini baik-baik. Mumpung Papa masih ada umur. Masih bisa kasihkan langsung ke kamu."

"Nanti tolong ingatkan Papa, kalau ada waktu luang."

"Biar Papa ceritakan semua yang harus kalian ketahui."

Ia mengangguk.

"Sekarang...," kini Papa Karina meletakkan setumpuk map yang berwarna-warni ke atas meja.

"Ma?" tapi Papa Karina justru memanggil Mama Karina. "Mama?"

Dengan tergopoh-gopoh Mama Karina masuk ke ruang Perpustakaan melalui connecting door.

"Mana kacamata Papa?"

Mama Karina tersenyum sambil menggelengkan kepala. Tanpa mengucap sepatah katapun mengambil kacamata yang tersimpan di dalam laci meja. Lalu menyerahkannya pada Papa Karina.

"Papa sudah selesai cerita?" tanya Mama Karina seraya melihat ke arahnya.

Papa Karina tertawa, "Belum."

"Lho, kok belum? Katanya mau cerita?"

Papa Karina menunjuk ke arah jam dinding, "Sudah malam. Besok Jefan mau berangkat ke Bandung habis Subuh."

"Iya Jefan?" Mama Karina beralih melihat ke arahnya. "Jalan ke Bandung habis Subuh?"

"Iya, Ma," ia mengangguk.

"Lho, barangnya baru mau diantar jam delapanan," Mama Karina mengernyit. "Pas kantor buka."

"Barang apa?" Papa Karina menoleh tak mengerti.

"Itu... biasa, buat persediaan makanan," jawab Mama Karina yang langsung meraih ponsel di atas meja. Lalu beranjak ke luar dari ruang Perpustakaan, sambil berbicara melalui ponsel.

"Ma? Nanti kalau sudah selesai langsung ke sini," seru Papa Karina yang dibalas dengan lambaian tangan oleh Mama Karina.

Kini Papa mulai memilah-milah tumpukan map berwarna-warni. Memilih satu yang berwarna cokelat. Lalu mengangsurkan map tersebut ke hadapannya.

"Papa sudah memusyawarahkan semua dengan Tama dan Sada."

"Mereka berdua sudah setuju."

"Kamu nggak perlu khawatir."

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang