5. Sunday Morning, Worst Thing is Falling

589 63 21
                                    

Karina

Ia terbangun.

Karena segaris sinar matahari pagi, menembus masuk melalui jendela kaca yang tak tertutup gorden. Kemudian mengenai kedua kelopak matanya.

Silau.

Sambil mengerjap perlahan, matanya mulai terbuka. Namun rasa pusing campur pening yang tiba-tiba menyerang kepala, membuat matanya yang telah setengah terbuka kembali terpejam.

"Aduh...." ia refleks memijat keningnya yang terasa berat. "Pusing banget..."

Setelah beberapa saat menjeda waktu, barulah ia bisa membuka kedua mata dengan sempurna. Dan langsung mendapati sebuah pintu kayu berwarna cokelat yang asing, jendela kaca yang terbuka setengah dan berdebu di tiap sisinya, langit-langit kamar yang mulai kusam, serta udara panas dan pengap yang membuat tubuhnya berkeringat.

Jadi pertanyaannya sekarang adalah, ini di mana?

Sambil mengernyit sekaligus memicingkan mata. Akibat dari kombinasi pusing yang sangat. Bercampur dengan pancaran tajam sinar matahari, yang menyerang kedua matanya. Perlahan ia mulai beringsut. Berusaha duduk di kepala tempat tidur.

Dan selimut yang melorot hingga perut, berhasil membuatnya menjerit. Demi menyadari jika ia tak memakai baju atasan.

"AAAAAAAAAAA!"

Dengan napas memburu, ia buru-buru menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Sambil masih terus menjerit panik.

"AAAAAAAAAAA!"

What happened? What happened?

Apa yang terjadi? Apa yang telah ia lakukan?

Apakah ia sedang bermimpi buruk?

Karena ini jelas mimpi yang sangat buruk. Amat sangat.

Sambil menutup mulut yang masih ternganga saking terkejutnya dengan sebelah tangan, ia memberanikan diri untuk mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.

Tak ada seorangpun di sana kecuali dirinya. Dan tak ada tanda-tanda orang lain di dalam kamar ini.

Oke, tenang Karina, tenang....

Inhale, exhale....

Ia masih berusaha mengatur napas menjadi lebih normal. Agar bisa berpikir jernih. Ketika rasa pegal mendadak menyerang sekujur tubuhnya. Seperti beduk yang dipukul bertalu-talu tanpa ampun. Terutama di bagian inti tubuhnya.

Sambil memejamkan mata kuat-kuat saking takutnya, ia memberanikan diri membuka selimut. Dan menyadari, jika ia memang benar-benar tak memakai apapun di dalamnya.

"AAAAAAAAAAA!"

***

Jefan

Ia masih menyortir setumpuk surat dan paket berbungkus cokelat, yang memenuhi tas travel besar. Yang disimpan di atas jok motor, sesuai dengan urutan alamat terdekat. Ketika Yah bit Hamdan berteriak memanggilya dari dalam rumah.

Senja dan Pagi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang