Chapter 04 - Tak Berubah

3.7K 206 29
                                    

Ini bonus chapter, dedicated untuk adek bayinya Kak Novhie101193 yang bernama Jovita Afsheen Shaqueena.

Semoga menjadi anak yang sholehah dan berbakti bagi kedua orang tuanya. Amin.

=====

“Umi, ada Ante…” teriak seorang bocah kecil pagi itu.

Tak lama kemudian, suara tawa terdengar dari bibir mungil milik si kecil yang sudah berada dalam gendongan seorang wanita berjilbab yang memasuki rumah Munding setelah mengucapkan salam.

“Tante bawa oleh-oleh untuk Alit, mau?” tanya Amel sambil menurunkan Alit dari gendongannya.

Amel duduk berjongkok di depan si Alit dan mencubit pelan pipi bocah kecil itu sambil menyembunyikan sesuatu dengan tangan kirinya di belakang badan.

“Mauuu…” jawab Alit sambil mengacungkan kedua tangannya ke arah Amel.

“Ni,” kata Amel sambil memberikan bingkisan di tangannya dan mengecup pelan kening si kecil.

“Bilang apa kalau dikasih sesuatu?” tegur Nurul dari dalam dapur.

“Makasih Ante…” kata Alit sambil melihat lekat-lekat ke arah bingkisan di tangannya.

Amel tersenyum dan menyorongkan pipi kanannya, “kalau gitu, kiss dulu,” kata Amel sambil menepuk-nepuk pipinya.

Alit pun mencium pipi kanan Amel dan menghilang.

Amel lalu berjalan masuk ke dapur dan melihat ke arah sosok yang dengan cekatan menyiapkan masakan sekalipun dia duduk di atas kursi roda miliknya itu. Amel menghela napas dan berjalan mendekat ke arah Nurul lalu memeluknya.

Beberapa perabot di rumah Munding memang sudah disesuaikan untuk membantu aktivitas Nurul dengan kekurangan yang dia miliki. Lagipula, Nurul juga tak mau memperkerjakan asisten rumah tangga di rumahnya, dia merasa kurang nyaman dengan kehadiran orang asing yang berada di dekat keluarganya.

Apalagi semenjak semua kejadian yang dia alami waktu itu. Kejadian yang membuat Nurul sadar, bahwa dunia yang digeluti oleh suami dan bapaknya sendiri adalah dunia yang sangat berbahaya.

Nurul tersenyum kecil. Dia memeluk lalu menempelkan pipi kanan dan kirinya.

“Gimana kerjaan Mbak?” tanya Nurul.

“Ya gitu deh,” jawab Amel pendek.

“Om sama Tante sehat kan?” lanjut Nurul lagi.

“Alhamdulillah, Alit makin pandai ya? Ish, makin ganteng juga,” puji Amel sambil meraih pisau di tangan Nurul setelah meletakkan tasnya entah kemana.

“Ya iyalah ganteng, siapa dulu dong Bapaknya,” jawab Nurul yang membuat muka Amel langsung bersemu merah.

“Udah ah becandanya, sini Mbak bantuin masak,” sungut Amel.

=====

Sraaakkkkkkkk.

Sebuah cangkul bergerak mengayun turun dan mengenai tanah yang ada di depan Munding. Munding lalu mengangkat cangkul dan tanah yang ada di daun pisau cangkul itu keatas dan meletakkan tanah yang melekat tadi ke pematang sawah di sebelahnya.

Sraaakkkkkkk.

Munding mengulangi gerakan yang sama dengan gerakan tadi selama beberapa kali sebelum akhirnya dia memegang cangkul itu dengan tangan kanannya dan menaruhnya di pundak.

Munding menegakkan badan dan mendongakkan kepalanya sambil menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Dia memejamkan matanya selama beberapa menit, lalu Munding kembali mengayunkan cangkul itu untuk meneruskan pekerjaannya.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang