Chapter 87 - Fight Begin part 2

3.7K 218 45
                                    

Semuanya berlangsung dengan cepat, di mata para petarung lain, Munding menerjang ke arah Lee dan Knife lalu tiba-tiba Knife menghilang.

Di saat mereka semua berusaha mencari sosok Knife yang tiba-tiba menghilang, Munding mengayunkan serangannya ke arah kanan dan cipratan darah segar terlihat menyembur dari tempat kosong yang sebelumnya tidak ada apa pun disana.

Sesaat kemudian, tubuh Knife yang terlontar ke belakang dengan luka menganga di bagian tangan dan dada terlihat kembali di depan mereka.

Lee gemetar ketakutan sedangkan para petarung lain hanya bisa menarik napas dalam. Petarung sekelas Apostles dari Utopia bahkan tak sanggup menghadapi satu serangan saja dari Munding.

Sebenarnya, anggapan mereka semua salah. Munding terlihat dengan mudah dapat mengalahkan Knife karena konsep yang dimiliki oleh Knife sendiri memang tidak efektif untuk digunakan dalam pertarungan terbuka satu lawan satu seperti barusan.

Dengan konsep ‘stealth’ miliknya, Knife lebih cocok untuk menjadi seorang assassin yang menyerang dengan mengandalkan efek kejutan dan menunggu penuh kesabaran. Ditambah lagi dengan persepsi intent yang dimiliki oleh pengguna domain seperti Munding, satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh Knife sama sekali tak berarti. Dia terlihat seperti seorang petarung inisiasi biasa di depan Munding.

Tapi Munding tak punya waktu untuk menikmati kemenangan kecilnya atas Knife. Incarannya adalah Lee. Munding tahu kalau Lee adalah Apostle dan pemimpin dari Diplomatic Division, itu artinya dia memiliki jaringan informasi terlengkap diantara Apostle yang lain.

Anggapan yang salah besar, karena sebenarnya Knife lah yang memimpin Special Division dan bertindak sebagai divisi intelijen.

“Lee!!” teriak Knife memperingatkan rekannya.

Lee mengatupkan rahangnya dan langsung melemparkan tubuh Tommy yang dia pegang ke belakangnya, berusaha melindungi pemimpin mereka dengan memasang badannya sendiri. Lee beranggapan bahwa Tommy lah yang sekarang diincar oleh Munding.

Grippppppp.

Kurang dari sedetik, Munding sudah berdiri di depan Lee dan mencekik leher wanita itu. Mata Lee melotot karena tekanan tangan yang dia terima di lehernya. Kedua tangan Lee juga memegangi pergelangan tangan Munding berusaha untuk melepaskan diri.

Sebuah pemandangan yang mengerikan dan mungkin hanya akan ditemui di film-film horror kini disuguhkan di depan semua orang yang ada di ruangan ini.

Sosok hitam pekat dengan dua tanduk di kepalanya sedang mencekik leher seorang wanita yang meronta-ronta dan terlihat sedang berusaha melindungi seorang laki-laki di belakangnya. Rekan si wanita yang lain juga terlihat terkapar di atas lantai dan berusaha menyelamatkan si wanita dengan susah payah meskipun tubuhnya terluka.

Dalam adegan ini, jelas terlihat kalau sosok antagonis adalah si Iblis tanpa belas kasihan yang bernama Munding.

“Lepaskan dia!!” teriak Knife sambil berusaha berdiri.

Luka di dadanya yang tadi terlihat seperti luka kecil tetap saja mengeluarkan darah dari tadi. Padahal bagi seorang serigala petarung yang sudah benar-benar menguasai otot di tubuhnya, melakukan konstraksi untuk menekan pendarahan adalah hal yang mudah. Tapi ada sesuatu yang aneh dan membuat luka bekas cakaran tangan Munding itu susah menutup dan terus mengeluarkan darah.

Munding sama sekali tak mempedulikan teriakan Knife.

“Clown?” tanya Munding dengan suara berat dan dalam miliknya.

Lee terlihat kebingungan tapi masih tetap saja meronta sekuat tenaga. Lee juga berusaha menggunakan kakinya untuk menendang tubuh Munding tapi tanpa ada hasilnya.

Konsep Lee adalah wisdom, sama seperti Dirman, karena itu dia adalah seorang genius dalam mengatur strategi dan bersiasatm sangat cocok dengan tugasnya sebagai pemimpin Divisi Diplomatik, tapi kini, sekalipun Lee berusaha memutar otaknya sekuat tenaga, tak ada satu pun rencana atau strategi yang bisa membuatnya keluar dari situasi ini.

“Clown? Apa maksudmu?” tanya Lee.

“Clown, Apostle kalian, aku ingin tahu tentang dia, cepat!!” teriak Munding.

Munding lalu menambah tekanan di cekikan tangannya dan membuat wajah Lee mulai membiru. Dua petarung manifestasi bagaikan seorang bocah di depan Munding, sebuah kenyataan yang membuat kedua biksu dari Tibet dan Klan Takeda kembali mengingat kenapa pemilik Legendary Concept seperti Jian dan Munding disebut dengan Raja dalam dunia serigala petarung.

“Ugghhhhhhh,” Lee merintih kesakitan dan usahanya untuk meronta makin melemah.

Knife yang melihat orang yang tumbuh bersama dirinya sejak remaja mulai meregang nyawa di depan matanya berusaha sekuat tenaga untuk berdiri tanpa mempedulikan lukanya. Knife menggunakan tubuhnya dan menjatuhkan dirinya sendiri ke arah Munding dan Lee.

Buaaammmmmm.

Munding yang sedari tadi mencekik Lee dengan tangan kiri, hanya menggunakan tangan kanannya untuk mengibas Knife yang datang menyerang dari arah kanannya. Gerakan tangan yang sederhana, seperti seseorang saat mengibaskan tangannya untuk mengusir lalat yang menganggu.

Prangggggg.

Tubuh Knife terlempar ke belakang lalu menabrak sofa dan meja kaca yang ada di depannya. Dia terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya tapi masih mencoba untuk bangkit berdiri.

Munding tetap menatap tajam ke arah Lee dengan kedua matanya yang berwarna hitam dan membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri.

“Katakan padaku tentang Clown!!” kata Munding pelan dan dalam.

“Uhuuuukkkkkk,” Lee masih terbatuk-batuk dengan tubuh yang makin melemah.

Munding pun menyerah untuk mendapatkan informasi dari Lee dan mengengcangkan cekikan tangannya, saat itu lah Lee tahu kalau dia tak akan selamat. Dia sadar kalau Munding benar-benar akan menghabisinya sebentar lagi.

Ketika Lee menyadari itu, dengan cepat dia menganggukkan kepalanya dan memberikan isyarat mata dengan panik. Dia ingin memberitahu Munding kalau dia siap berbicara. Munding menangkap isyarat itu lalu melepaskan sedikit cengkeraman tangan kirinya di leher Lee.

“Clown … Apostle … Scientist … Korea Selatan …,” kata Lee dengan suara terbata-bata.

Ketika Munding mendengar kata-kata Lee, sebuah beban berat terasa diangkat dari dada Munding. Kini dia menemukan secercah kepastian dari orang yang selama ini diburunya karena membuat Nurul lumpuh.

“Clown …,” gumam Munding penuh rasa benci.

Tiba-tiba saja ….

“Apa yang kau lakukan pada rekan-rekanku?” sebuah suara keras penuh amarah tiba-tiba terdengar dari belakang Lee yang masih tercekik di tangan Munding.

Munding juga tiba-tiba merasakan seluruh tubuhnya terasa berat sekali, dua kali lebih berat daripada biasanya. Karena tekanan mendadak yang dialami oleh tubuhnya tanpa persiapan itu, Lee terlepas dari tangan Munding dan langsung jatuh terbaring di lantai.

Semua orang yang ada di dalam ruangan ini juga merasakan sensasi rasa yang sama. Seluruh tubuh mereka terasa berat, nafas mereka terasa sesak, seolah-olah ada seseorang atau sesuatu yang menekan mereka agar jatuh ke bawah. Tapi tekanan itu dapat dirasakan oleh seluruh permukaan tubuh mereka.

Munding tahu kalau saat ini dia sedang merasakan pengaruh dari legendary concept milik Tommy, gravity.

=====

Author note:

Chapter terakhir hari ini. Happy weekend, sampai jumpa lagi hari Senin.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang