Beberapa bulan kemudian.
Alit kini sudah berusia 3 tahun. Munding dan Amel sudah menginjak usia mereka yang ke-24 dan Nurul yang ke-22.
Aisah tinggal bersama keluarga Pak Yai selama beberapa bulan terakhir ini dan mengajari keponakannya untuk mengendalikan naluri yang ada dalam diri Nurul dan juga membantu Nurul untuk menguasai intent yang dimilikinya.
Nurul memang bukan seorang pebeladiri, tapi entah karena pengaruh dari Aisah atau memang kemampuan Nurul untuk memahami konsep yang dijelaskan oleh Aisah, hanya dalam waktu beberapa bulan saja, Nurul mahir untuk mengendalikan intent yang keluar dari tubuhnya. Kini Nurul tak lagi seperti sebuah bom waktu berjalan bagi keluarga kecil Munding.
Selama Aisah tinggal bersama keluarga Pak Yai, Cynthia merasakan liburan yang sangat dinikmatinya. Dia juga tidak diharuskan oleh Aisah untuk ikut tinggal bersama keluarga Pak Yai. Cynthia tahu diri dan memilih untuk menghabiskan waktu langka ini bersama keluarganya. Hanya sesekali dia akan datang menjenguk gurunya di desa Sumber Rejo.
Amel, yang hanya mempunyai satu tujuan lagi yang belum tercapai dalam hidupnya, terus berusaha untuk mewujudkannya. Hingga akhirnya, dia tersenyum bahagia ketika mimpinya terkabul. Amel positif hamil 2 bulan yang lalu. Kini, Amel terlihat menjalani hidupnya dengan ceria.
Calon bayi yang ada di dalam perut Amel merupakan bukti bahwa dia dan Munding mempunyai ikatan untuk selamanya. Bahwa Munding adalah suaminya dan Munding adalah ayah dari calon anak mereka.
Nurul hanya bisa ikut berbahagia dengan rejeki yang dititipkan oleh Gusti Allah kepada Amel. Sebenarnya, dia sendiri juga ingin sekali mempunyai momongan lagi setelah Alit. Tapi sejak peristiwa saat kelahiran Alit dulu dan membuat Nurul lumpuh, sampai saat ini, tak ada tanda-tanda dari rahim Nurul.
Hal itu bukan karena usaha Munding dan Nurul yang terhenti. Munding tetap rajin memberikan nafkahnya kepada Nurul tapi mungkin memang mereka belum dititipi amanah oleh Yang di Atas sampai saat ini.
Sejak dua bulan lalu, Munding juga memberikan kebebasan kepada tiga anak didiknya untuk menjalankan misi dari Biro dengan tujuan menempa pengalaman mereka dalam kondisi pertarungan yang sesungguhnya.
Latihan itu hanyalah teori, aplikasinya harus didapatkan dari pertarungan yang sesungguhnya. Sparing mungkin bisa membantu, tapi tanpa ada dorongan krisis dan resiko yang sesungguhnya karena tekanan kondisi hidup-mati, efeknya tak akan maksimal. Karena itulah Munding meminta tiga anak didiknya untuk menjalankan misi Biro, tentu saja setelah meminta Arya agar memberikan mereka bertiga misi yang terberat tapi masih dalam kategori aman sesuai tahapan petarung mereka.
Seiring berjalannya waktu, di tengah kebahagiaan Amel karena kehamilannya, keberhasilan Nurul menguasai intent-nya, keceriaan si Alit yang menginjak usia ketiganya dan semua kebahagiaan lain yang dimiliki Munding, sebuah janji datang untuk mengetuk pintu rumahnya.
“Mereka sudah memberitahukan kalau acara itu akan dilangsungkan seminggu lagi. Ini undangan resminya,” kata Arya sambil menyerahkan sepucuk surat ke arah Munding.
“Bukankah waktu itu mereka sudah memberikan undangan ke kita?” tanya Munding keheranan.
Munding masih ingat sekali pengalaman saat itu. Ketika dia ‘dipaksa’ memasuki sebuah tempat yang sangat indah dengan puncak gunung curam dan tebing vertikanya. Puncak-puncak gunung yang kakinya tertutupi awan berwarna putih dan seolah-seolah membuat mereka timbul di atas awan.
Dan tentu saja Munding teringat akan sosok seorang laki-laki tua yang mirip sekali dengan kisah-kisah pesilat kuno dari film-film Mandarin yang terkenal dengan kemampuan pendeta taoisnya.
“Aku juga sudah menanyakan itu. Surat undangan yang pertama dulu, sekalipun itu disebut undangan, menurut mereka, itu adalah kualifikasi dan verifikasi,” jawab Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...