Chapter 53 - Nyala

3.2K 213 44
                                    

Munding tertegun untuk sesaat ketika melihat surga kedua yang sedang dibangun oleh Utopia ini. Bagi sebagian besar orang, terutama yang lebih mengandalkan logika dibandingkan keyakinan, memilih sesuatu yang nyata dibandingkan impian, mereka pasti akan tergiur dengan iming-iming 'surga' ala Utopia.

Apalagi menurut informasi dari Arya, ini adalah Surga kedua milik organisasi itu.

"Eh?" Munding sedikit kaget, karena pikirannya teralihkan oleh pemandangan di depannya, dia melupakan sasarannya.

Sosok yang dikejarnya tadi kini telah menghilang diantara para pekerja yang ada di tempat ini. Munding menarik napas panjang. Dia sangat penasaran dengan sosok itu. Untuk seorang petarung inisiasi tapi mampu menghindari deteksinya, sasarannya pasti mempunyai kemampuan yang special.

Munding lalu berkonsentrasi dan mulai meningkatkan lagi radius domain persepsi miliknya, yang awalnya hanya 50m, kemudian melebar menjadi 100m, terus melebar menjadi 200m dan akhirnya berhenti di area 300m.

Ini adalah batas radius persepsi Munding yang dibantu dengan domainnya untuk saat ini. Dia hanya mampu merasakan dan mendeteksi semua pergerakan dan fluktuasi intent dalam radius 300m dari dirinya berada.

Munding pernah mencoba meningkatkan radiusnya lebih dari itu, tapi hasilnya diluar harapan. Setelah melewati batas 300m, persepsi Munding melemah dan apa yang dia tangkap hanya seperti sebuah bayangan kabur saja tanpa memberikan manfaat dan feedback baginya.

Munding berkonsentrasi penuh dan berusaha untuk menganalisa semua pergerakan intent yang ada dalam radius jangkauannya.

"Orang biasa..."

"Orang biasa..."

"Awakening..."

Satu persatu, Munding melakukan scanning ke semua orang yang berada dalam jangkauan persepsi intentnya. Bagi Munding, persepsi domain yang dia lihat adalah seperti sebuah dunia gelap yang berbentuk lingkaran. Di dalam dunia gelap itu, semua mahluk hidup seperti sebuah nyala api, dimana nyala api yang satu berbeda dengan nyala api yang lain.

Nyala api itu adalah hasil persepsi intent yang dimiliki oleh setiap orang. Untuk orang biasa, Munding melihatnya seperti sebuah nyala api lilin yang kecil dan lemah. Sedangkan untuk seorang serigala petarung, nyala api yang Munding lihat jauh lebih kuat dan bercahaya.

Seorang serigala petarung tahap awakening akan terlihat bagaikan nyala beberapa lilin yang dijadikan satu, sedangkan petarung iniasi akan terlihat seperti sebuah obor dalam kegelapan. Mampu mendominasi dan menutupi nyala api lain di sekelilingnya.

Yang paling membuat Munding tertarik kepada sosok yang dikejarnya tadi, saat pertama kali Munding mengaktifkan persepsinya, dia jelas-jelas menangkap tiga orang serigala petarung berada di dekatnya, tapi hanya beberapa saat setelah itu, salah satu intent itu menghilang. Seperti sebuah obor yang dipadamkan paksa.

Munding sengaja memperlambat pengejarannya tadi untuk mengetahui lebih jauh tentang sepak terjang sosok yang dikejarnya. Dan dari pengejaran singkat itu, Munding kurang lebih sedikit memahami karakteristik musuhnya.

Saat musuhnya itu bergerak, dia tidak akan dapat menghapus atau menghilangkan intentnya seperti tadi. Munding dapat merasakannya dengan jelas. Karena itulah Munding dapat menjaga jarak dengannya yang akhirnya membuat sasarannya membawa Munding ke tempat ini.

Munding tidak menghiraukan orang-orang biasa yang berada dalam domainnya dan fokus untuk menganalisa intent yang dimiliki oleh serigala petarung yang dimiliki oleh Utopia di tempat ini.

"Tujuh serigala petarung inisiasi, enam belas serigala petarung awakening," gumam Munding beberapa detik setelah dia selesai.

"Tapi kemana dia?" tanya Munding kebingungan, tentu saja yang dimaksudnya adalah buruannya tadi.

Munding lalu terdiam dan berpikir, "aku bisa menghabisi 23 serigala petarung ini, tapi mungkin kekacauan akan timbul dan orang-orang biasa yang bekerja di sini akan berhamburan. Membuat buruanku lari."

Setelah berpikir selama beberapa detik, Munding mengambil keputusan, "Afza, kalian memasang pelacak di alat komunikasiku kan?" tanya Munding melalui alat komunikasi yang terpasang di telinganya.

Bzzttttt.

Terdengar bunyi suara static selama beberapa detik sebelum akhirnya suara Afza terdengar dari seberang sana, "ya. Kamu dimana?" tanya Afza.

"Bukannya kalian memasang pelacak, kok nanya?" tanya Munding heran.

Afza memonyongkan bibirnya lalu menoleh ke tim IT yang ikut serta dalam penyerangan ini, "Hei!! Lacak posisi Demon!!"

"Aku punya nama Bu, bukan 'Hei'..." batin si IT dalam hati dengan muka memelas, tapi tangannya seolah-olah tak senada dengan kepalanya dan menjalankan perintah Afza dengan cepat.

Afza, si IT, dan beberapa personel support lainnya sekarang berada di markas tempat Rendra dan Gunawan berada. Dian memberikan komando kepada personel gabungan Biro dan AD untuk mengamankan anggota markas ini yang sudah berhasil dikalahkan.

Gunawan, Rendra, D-1 dan S-5 juga berada bersama Afza dalam ruangan ini. Mulut seksi si D-1 terlihat disumpal dengan kain dan dia melotot sengit ke arah Afza yang sama sekali tak mempedulikannya. S-5 masih seperti orang gila yang menangis meraung-raung dan ketakutan kepada semua orang yang mendekatinya. Rendra dan Gunawan, kedua pimpinan markas ini, hanya bisa melihat dengan tatapan kuatir ke arah Afza, mereka tak tahu nasib apa yang akan mereka alami setelah ini di tangan Biro ataupun mahkamah militer.

"Koordinat berhasil didapatkan Bu," kata sang tim IT memecah suasana dalam ruangan yang hanya berisi tangisan dan rengekan S-5.

Afza menganggukkan kepalanya lalu menghubungi Munding, "kami sudah mendapatkan koordinatmu," kata Afza pendek.

"Oke. Bawa pasukan kesini, ada ratusan orang biasa berada disini. Untuk petarung, total dua puluh tiga, tujuh inisiasi, enam belas awakening," jawab Munding.

"Ha? Sebanyak itu?" Afza kaget ketika mendengarkan informasi dari Munding.

"Iya. Makanya aku butuh pasukanmu disini. Aku mau mereka membereskan orang-orang biasa yang akan panik berhamburan saat pertarungan dimulai," jawab Munding.

Afza terdiam untuk sesaat lalu dia menjawab, "lima menit, tunggu di tempatmu lima menit. Kami kesana," kata Afza tegas.

Afza lalu melesat keluar dari ruangan ini dan melihat ke sekelilingnya. Saat ini, dia hanya membawa 40an personnel dari Biro, 20 personnel senior dan 20 personnel junior. Dian, Arya dan April masuk ke dalam kategori junior karena mereka masih dalam masa pelatihan. Hanya 20 orang termasuk mereka bertiga yang berkesempatan turut serta dalam misi kali ini.

Sedangkan militer sendiri menurunkan personel yang jauh lebih banyak, mungkin dengan pertimbangan kalau semua ini adalah kesalahan internal dari mereka.

Afza lalu mendekat ke arah Dian yang sedang berdiri bersama salah seorang perwira dari militer yang memimpin misi ini, "Dian, bawa 10 orang dari tim junior dan ikuti aku. Letnan, aku minta bantuan anak buahmu, sebanyak mungkin dan ikuti kami. Demon berhasil menemukan markas yang sedang dibangun Utopia," kata Afza.

"Markas Utopia?" tanya Dian dan sang Letnan dengan nada terkejut.

Tanpa berpikir panjang, mereka berdua langsung bergerak untuk mempersiapkan anggotanya masing-masing. Sedangkan Afza sendiri menarik beberapa orang dari tim senior mereka dan meminta mereka untuk mengikuti Dian. Afza tetap akan berada di sini, ada dua pentolan Utopia yang sekarang berada di tempat ini dan berhasil mereka tangkap, Afza tak berani mengambil resiko kehilangan mereka berdua.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang