Chapter 25 - Movement part 1

3.9K 250 64
                                    

Munding dan Cynthia kembali ke rumah milik Paulus Hong setelah berpisah dengan Arya. Munding sendiri tak begitu peduli dengan Utopia, sekalipun dia tahu kalau organisasi yang berusaha menciptakan agama baru itu sangat berbahaya. Toh ada beberapa organisasi lain yang juga sudah lebih dulu eksis di dunia kan?

Apakah mereka akan membiarkan saja Utopia melenggang dengan semua rencana mereka? Tentu tidak kan.

Karena itu, Munding membuang jauh-jauh semua pikiran tentang Utopia dari kepalanya. Dia hanya sekedar ingin tahu saja cerita sebenarnya dari kasus Teng Po Huat tadi pagi, dan kasus itu membawa Munding bertemu dengan Kasman. Kasman yang ternyata adalah pemeluk Utopia dan rela bunuh diri di depan Munding.

Dan Munding memutuskan untuk menutup kasus hari ini dengan kematian Kasman. Motif dari semua yang dilakukan oleh mereka adalah karena campur tangan organisasi Utopia. Tapi, Munding dan Arya sama sekali belum tahu kalau Clown adalah anggota Utopia. Serigala Petarung yang terus dikejar oleh Munding karena kelumpuhan kaki istrinya. Seandainya Munding tahu hal itu, dia tak akan membiarkan kasus ini begitu saja.

=====

Vatikan adalah sebuah kota sekaligus sebuah negara yang berada di dalam kota Roma, Italia. Negara ini adalah negara terkecil di dunia dengan penduduk terdaftar kurang dari 1000 jiwa dan luas wilayahnya hanya 44 hektar.

Seorang laki-laki tua yang mengenakan baju putih dan sebuah topi di kepalanya duduk disebuah kursi dalam ruangan yang memiliki cahaya temaram. Di sebelah kiri dan kanannya berdiri dua orang yang mengenakan jubah terusan sampai ke mata kaki dengan warna hitam dan sebuah lambang salib berwarna putih di dada mereka.

Kedua orang ini memiliki wajah yang tertutup oleh tudung yang menjuntai dari bagian kepalanya dan menambah kesan misterius. Seandainya Munding berada disini, dia pasti mengenali kalau kedua sosok ini adalah serigala petarung tahap manifestasi.

Dengan dua orang pengawal petarung manifestasi, semua orang pasti sudah dapat menduga kalau sang laki-laki tua yang duduk tenang di atas kursinya itu pastilah bukan orang sembarangan. Dia adalah pemimpin tertinggi negara Vatikan.

Seorang laki-laki yang mengenakan jubah berwarna hitam sedang duduk bersimpuh di lantai dan menundukkan kepalanya di hadapan si laki-laki tua.

“Mereka mulai berani mengembangkan sayapnya?” gumam si laki-laki tua berbaju putih itu.

“Kerahkan pasukan salib yang kita miliki dan tidak sedang berada dalam misi. Jangan serang secara frontal, bersihkan pelan-pelan dari tepi,” perintah laki-laki tua itu tak lama kemudian setelah seisi ruangan hening selama beberapa menit.

“Mengerti, Tuanku,” jawab sosok hitam yang bersimpuh didepannya.

Tak lama kemudian si sosok hitam pun berdiri dan beranjak keluar dari ruangan ini. Tapi saat kakinya hampir melangkah keluar dari ruangan ini, sang laki-laki tua itu pun memanggilnya kembali.

“Aku ingin tahu apa yang lainnya lakukan soal ini. Aku tak mau mereka hanya diam saja dan membiarkan kita bekerja sendiri, lalu mereka akan ikut menikmati hasilnya.”

Si sosok hitam berhenti untuk sesaat dan mendengarkan kata-kata laki-laki tua itu sebelum akhirnya membalas dengan anggukan kepala dan menghilang dari ruangan ini.

=====

Di kaki pegunungan Himalaya. Di sebuah tempat yang bernama Lumbini, Nepal.

Tempat ini adalah salah satu tempat sakral bagi penganut ajaran agama Budha karena tempat ini diyakini sebagai tempat dilahirkannya Sidharta Gautama. Saat ini, di Lumbini terdapat beberapa komplek vihara kuno yang masih berdiri dan digunakan sampai sekarang.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang