Chapter 89 - Different Level part 2

3.2K 202 31
                                    

“World of Gravity!” teriak Tommy dengan cepat dan melepaskan semuanya.

Booommmmmmmmm.

Dalam radius 10 meter dari Tommy, semuanya berubah menjadi bernuansa jingga. Seperti nuansan temaram di sore hari sebelum sang Mentari beristirahat di peraduannya.

Pupil mata Tommy juga berubah menjadi berwarna jingga dan rambutnya yang pirang terlihat berkibar-kibar meskipun tanpa angin. Dalam radius 10 meter dari Tommy, semua lantai arena terlihat bergetar dengan hebat dan seakan-akan ingin terangkat dan terbang ke atas, melayang dan mengelilingi Tommy seperti planet-planet yang tertarik untuk mengelilingi sebuah bintang.

Serangan Jian tadi seolah seperti terpengaruh oleh gaya gravitasi yang terasa aneh di dunia yang berwarna serba jingga ini. Jian sendiri juga merasakannya. Tubuhnya seperti bergerak sendiri karena pengaruh gravitasi yang sepenuhnya dikendalikan oleh musuhnya.

Jian mengatupkan rahangnya.

Sesaat kemudian, ketika Jian membuka matanya, kedua mata Jian sudah berwarna perak. Berbeda dengan World of Gravity yang dikeluarkan oleh Tommy, Jian hanya menggunakan domain kecil miliknya yang berdiameter 1,5 m dari sekeliling tubuhnya untuk melawan pengaruh konsep gravitasi yang dirasakannya.

“Ini kartu as-mu?” tanya Jian dengan posisi sedikit menunduk dan kuda-kuda yang rendah.

“Hahahahahahahaha,” Tommy tertawa dan tersenyum penuh kemenangan, “Iya. Kau lihat sendiri kan, teknik andalanmu dapat aku taklukkan dengan mudah,” lanjutnya.

“Maksudmu Cui-ku tadi?” tanya Jian sambil memicingkan mata.

“Benar sekali. Dengan World of Gravity ini, semua benda yang ada di sekelilingku akan selalu menuruti keinginanku. Mereka semua akan terpengaruh oleh konsep gravitasiku,” jawab Tommy bangga.

Jian hanya terdiam ketika mendengar kata-kata Tommy. Dia lalu perlahan-lahan berdiri dari posisinya dan melihat ke arah Tommy.

“Kalau kau menganggap bahwa Cui adalah serangan andalanku, kau salah besar. Serangan utamaku adalah Qie,” jawab Jian.

Tommy sedikit memicingkan matanya. Selama beberapa kali dia bertarung dengan Jian, dia bisa menangkis sabetan Jian dengan mudah. Tommy juga pasti selalu kalah oleh Jian saat dia mengeluarkan Cui atau tusukannya. Hingga yang terakhir kali mereka seri karena Tommy berhasil membangkitkan pemahaman tentang embrio dari teknik World of Gravity ini.

Karena itulah, ketika Tommy sudah berhasil menguasai teknik ini, dia sangat ingin sekali mengalahkan Jian. Dulu saat pertarungan terakhir mereka, mereka berdua seri karena Tommy hanya mnguasai embrionya saja. Tapi sekarang, Tommy yakin kalau dia akan mendominasi Jian.

“Terserah. Aku tak peduli,” jawab Tommy.

“Space!” kata Tommy pelan tak lama kemudian.

Tiba-tiba saja, semua pecahan batu yang sedari tadi berada di sekeliling Tommy melayang di sekitarnya. Sesuai nama teknik yang dia gunakan, di sekitar Tommy, seolah-olah menjadi ruang angkasa tanpa gravitasi sama sekali. Karena itu batu-batu yang berhamburan saat Tommy menggunakannya untuk tameng tadi kini melayang di sekitar mereka berdua.

Jian memperhatikan semua gerak-gerik Tommy dari dalam domainnya yang hanya berukuran 1,5 m saja. Di dalam domain ini, Jian tak merasakan pengaruh gravitasi apa pun yang sudah dimanipulasi oleh Tommy.

“Dulu, kau pernah berkata bahwa kelemahan domainku adalah daya serang. Gravitasi dominan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya, tapi memiliki daya serang yang lemah. Selama bertahun-tahun ini aku selalu mencoba untuk mengembangkan teknik untuk melakukan seranganku,” kata Tommy sambil mengangkat kedua tangannya perlahan-lahan di samping tubuhnya.

“Dan aku akui analisamu memang benar. Tapi, setelah aku mengembangkan teknik World of Gravity milikku ini, aku sadar. Kenapa aku harus menciptakan teknik untuk menyerang? Semua benda dalam domainku ini berada dalam kendaliku. Aku bisa memerintahkan mereka semua untuk menyerang dan juga bertahan,” lanjut Tommy sambil tersenyum sinis.

“Di dalam World of Gravity, aku tak terkalahkan!!” teriak Pemimpin Utopia itu sambil menangkupkan kedua tangannya yang terentang di samping tubuhnya ke atas.

Bersamaan dengan gerakan itu, sebongkah lantai arena yang berukuran lebih dari 1 m terangkat dengan paksa dan melayang di belakang Tommy. Tommy masih mengatupkan tangannya ke atas dan membukanya perlahan-lahan, dia terlihat mengumpulkan dan memusatkan semua konsentrasinya untuk melakukan serangan ini.

Bongkahan batu itu semakin melayang tinggi di belakang tubuh Tommy, beberapa bongkahan lain juga terlihat ikut melayang perlahan-lahan mengikuti batu yang pertama tadi. Kini ada beberapa batu besar yang terlihat mengambang di udara. Sebuah pemandangan yang menakjubkan.

Setelah tangan Tommy yang tadi mengatup terbuka, dia memutar telapak tangannya ke depan dan menurunkannya dengan cepat ke arah Jian, mulut Tommy hanya mendesiskan sebuah kata, “Meteor!!”

Semua bongkahan batu yang tadi terbang melayang di belakang Tommy melesat dengan cepat dan turun ke arah Jian. Jian hanya bisa tersenyum kecut saat melihatnya. Jika saja pertarungan ini tidak dilakukan di dalam dunia ilusi, Jian tak bisa membayangkan berapa banyak korban berjatuhan saat Tommy menggunakan tekniknya ini.

Jian menarik napas dalam lalu menggunakan seluruh kekuatannya untuk memperkuat domain miliknya. Tiba-tiba, puluhan kilatan cahaya mulai terlihat di dalam domain Jian. Lama kelamaan kilatan itu bertambah makin banyak menjadi ribuan, dari ribuan bertambah lagi menjadi tak terhitung.

Kini di dalam domain milik Jian yang hanya berukuran 1,5 meter dan dikelilingi oleh World of Gravity milik Tommy yang berdiameter 15 meter, kilatan cahaya yang tak terhitung jumlahnya terlihat dan membuat domain Jian seperti sebuah dunia kecil yang chaotic dan dipenuhi oleh kekacauan.

Booommmmmmm. Booommmmm. Boooommmmm.

Suara dentuman bertubi-tubi terdengar saat bongkahan batu besar yang dikirimkan oleh Tommy bersinggungan dengan domain milik Jian. Tapi, kilatan cahaya yang terlihat lemah dan jumlahnya tak terhitung di dalam domain Jian, bagaian sebuah pedang tajam yang mengiris apapun benda yang masuk ke dalam domain Jian.

Bahkan sebelum bongkahan batu itu menyentuh kulit Jian, mereka sudah menjadi serpihan debu setelah dipotong-potong oleh semua kilatan cahaya yang tak terhitung jumlahnya.

Tommy tertegun di tempatnya.

Ini kali pertama dia pernah melihat domain Jian dalam mode seperti ini. Tommy juga merasa kalau hanya membutuhkan sedikit lagi usaha baginya untuk memahami konsep Jian.

Jian hanya tersenyum.

“Aku tak sehebat dirimu, aku hanya seorang bocah miskin yang terlahir dari keluarga miskin. Bapakku, Ibuku semua orang yang ada di dekatku adalah masyarakat kurang mampu yang hidup sebagai buruh pertanian di kampung,” gumam Jian.

“Saat aku di dalam kandungan, Ibuku menghabiskan waktunya memotong bawang demi sesuap nasi. Saat aku kecil, Ibuku membawaku dalam gendongannya sambil memotong sayuran. Saat aku beranjak dewasa, aku tak sekolah dan membantu orang tuaku memotong sayuran dan bawang, setiap hari, dari pagi sampai malam,” lanjut Jian.

“Qie … Hidupku hanya berputar-putar di sekitar kata itu. Aku memotong, dan memotong, lalu memotong, terus memotong sepanjang waktuku.”

“Sampai suatu ketika, entah sejak kapan, aku bisa memotong semuanya, apapun yang ada di depanku, aku bisa memotongnya, aku tak butuh pisau untuk memotong sesuatu, aku juga tak butuh sesuatu yang tajam untuk bisa memotong, aku adalah qie, qie adalah hidupku,” gumam Jian.

Tommy hanya bisa menatap Jian dengan mulut menganga, sang petarung legendaris nomor satu dari China, ternyata memiliki legendary concept dengan latar belakang seperti itu?

=====

Author note:

Maaf agak telat up. Soal'e tadi lagi nganu, jadinya nganu..

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang