Kedua petarung Utopia itu terlihat menyerah dan tak berniat untuk melawan lagi setelah mereka berhasil mengalahkan petarung dari Biro. Dian yang berdiri di depan mereka berdua dan sudah bersiap untuk berduel dengan salah satu di antara mereka sedikit kecewa ketika melihat sikap pasrah kedua musuhnya.
“Kenapa kalian menyerah? Aku belum bertarung melawan kalian,” protes Dian dengan menggunakan Bahasa Inggris yang tak jauh berbeda levelnya dengan Munding, patah-patah.
Tapi kedua petarung Utopia itu hanya menarik napas dalam dan menundukkan kepalanya, sama sekali tidak terprovokasi oleh tantangan Dian.
Dian hanya bisa mendengus kesal lalu meminta rekan-rekannya petarung inisiasi untuk meringkus ketujuh musuh mereka dari Utopia itu.
Munding masih memperhatikan kedua petarung itu dari kejauhan di sela-sela pepohonan yang ada di tepi komplek surga dunia buatan Utopia ini. Untuk sesaat tadi, Munding yang sudah bersiap untuk menyelamatkan kedua petarung Biro itu menarik napas lega karena Dian berhasil melakukannya dengan waktu yang tepat.
Tapi…
Munding kini tersenyum, karena dia akhirnya menemukan buruannya.
Di saat para serigala petarung dari Biro sedang bergerak untuk meringkus ketujuh petarung Utopia, sang buruan pun memperlihatkan dirinya. Munding mengetahuinya dari pancaran intent yang dikeluarkan oleh petarung itu.
Tak seperti layaknya seorang petarung yang sudah menyerah karena kalah atau karena tak memiliki harapan lagi dimana intent mereka biasanya akan melemah dan meredup, ada salah satu petarung inisiasi dari Utopia yang intent-nya justru makin menguat dan terkonsentrasi.
Itu artinya si petarung tersebut sedang bersiap untuk melakukan sesuatu dan sedang menghimpun tenaga.
Dan buruannya ternyata adalah si petarung wanita yang berhasil mengalahkan lawannya tadi. Petarung dengan ciri fisik dari negeri matahari terbit. Munding memperhatikan wanita tersebut dengan seksama dan menunggu apa gerangan yang akan dilakukan olehnya.
Ketika salah seorang petarung inisiasi dari Biro mendekat dan berusaha memasang borgol di tangannya, tiba-tiba saja si petarung wanita tersebut melemparkan sesuatu dari sela-sela jarinya ke depan.
Boommm.
Suara letupan kecil terdengar yang kemudian diikuti oleh asap pekat yang menyelimuti semua tempat ini. Ketika Munding melihatnya, sebuah kata muncul di kepala Munding dengan seketika.
Kunoichi.
Tanpa berpikir panjang, Munding langsung bergerak ke samping kirinya. Dia menggunakan domainnya untuk menangkap pergerakan si petarung wanita itu dan berlari sejajar dengan arah yang sama. Terlalu banyak orang dan rintangan jika Munding ingin langsung menuju ke arah sasarannya itu.
Tak sampai hitungan menit, mereka berdua sudah berada di hutan yang berada di belakang komplek milik Utopia.
Munding dengan tenang terus mengikuti wanita itu dan memperpendek jaraknya. Kini tak ada lagi yang harus dia nanti dengan sengaja mengulur-ulur pengejarannya. Dia ingin melumpuhkan sasarannya kali ini.
Boooommmmmmm.
Munding menghentakkan kaki dan menggunakan kecepatan penuh yang dia miliki. Tanah dan bebatuan tempat Munding tadi menjejakkan kaki terlihat melesak sedalam beberapa puluh centimeter karena hentakan tenaga luar biasa yang dilakukan oleh kaki Munding untuk memberikan tenaga dorongan tadi.
Di lain pihak, ketika wanita itu mendengar suara letupan di sebelah kirinya dia langsung menolehkan kepalanya dan tanpa menggunakan persepsi intent miliknya, dia tahu kalau sesuatu yang berbahaya sedang menuju ke arahnya.
Pepohonan dan semak-semak yang berada di sebelah kirinya juga terlihat seperti terhempas karena sesuatu dengan tenaga dorongan luar biasa melesat kencang dan memberikan tekanan udara ke lingkungan di sekitarnya.
Si wanita yang disebut kunoichi oleh Munding itu kini merasakannya. Dirinya seolah-olah sedang berdiri di sebuah rel kereta api dan tak jauh darinya, sebuah kereta api yang melaju kencang tanpa mengurangi kecepatan sedang melesat menuju kearahnya.
Tekanan, panik, takut, dan semua sensasi rasa krisis itu menjadi satu dan membuat tubuhnya terpaku. Tak bisa digerakan sedikit pun. Seolah-olah tubuhnya juga sudah pasrah. Ketika dia datang, dirinya tak akan lagi bisa melarikan atau menyelamatkan diri.
Hanya dalam waktu sekejap mata yang terasa lama sekali di mata si petarung wanita, kini dia melihatnya, sosok laki-laki dengan rambut hitam dan kulit sawo matang khas Asia Tenggara sedang berdiri di dekatnya dengan kedua tangan terlipat di belakang punggungnya.
Dia sama sekali tak terlihat panik, canggung, takut atau apa pun saat datang dengan tiba-tiba di dekat dirinya.
“Hello,” kata Munding sambil tersenyum kecil.
S-10 kebingungan. Dia memang tak merasakan fluktuasi intent datang dari tubuh laki-laki di depannya. Tapi dia tahu kalau laki-laki ini lebih kuat daripada dirinya sendiri. Laki-laki ini berhasil membuat S-5 bertekuk lutut dan berubah menjadi seperti orang gila tadi. Itulah yang memaksanya untuk melarikan diri hingga sekarang.
S-10 mempunyai nama asli Mochiyuki Chiyo. Dia adalah seorang petarung yang dididik untuk menjadi seorang kunoichi atau ninja wanita sejak kecil. Sekalipun sekarang zaman sudah berubah, Yuki tetap saja tak bisa menghindari nasibnya sebagai seorang kunoichi.
Tak seperti ninja laki-laki yang sering ditugaskan untuk tujuan assassination atau pembunuhan terselubung, seorang kunoichi seperti Yuki dilatih lebih ke arah spionase/mata-mata, karena itulah sekalipun kemampuan bertarungnya di atas rata-rata dan mampu mengalahkan salah satu petarung Biro, tapi kemampuan sesungguhnya yang dia miliki adalah menghilangkan jejak dan melarikan diri.
Tapi, di depan seorang monster manifestasi seperti musuh di hadapannya saat ini, Yuki benar-benar mengalami keputusasaan. Sejak dia menyusup ke dalam Utopia dan mengumpulkan banyak sekali informasi berharga untuk gerombolannya di Jepang, tak ada seorang pun yang pernah berhasil untuk mendeteksi dirinya ketika dia berdiam diri dan menggunakan teknik menghilangkan jejak miliknya.
Yuki memang belum pernah bertemu dengan para Apostles atau Almighty secara langsung, tapi Yuki tak pernah mengalami masalah saat menggunakan teknik kebanggaannya di hadapan para pemegang codename tertinggi dari berbagai divisi. Dan Yuki juga sepenuhnya tahu bahwa pemegang codename dengan ranking satu sampai lima, terutama untuk Divisi Soldier dan Divisi Spesial, pasti diisi oleh petarung manifestasi.
Munding mungkin satu-satunya petarung manifestasi yang berhasil mendeteksi sosok Yuki saat dia sedang aktif menggunakan teknik rahasia miliknya. Karena Munding berhasil melakukannya, itu artinya kesempatan Yuki untuk melarikan diri adalah suatu kemustahilan.
Yuki masih terdiam dan tak membalas kata sapaan dari Munding tadi, sedangkan Munding sendiri sama sekali tak merasa marah karena hal itu. Bukankah mereka musuh?
“Aku tidak tahu apakah kau mengerti kata-kataku atau tidak, tapi kalau kamu sedang berpikir tentang bagaimana caranya untuk melepaskan diri dariku, sebaiknya hentikan saja. Itu akan sia-sia,” kata Munding dalam Bahasa Inggris.
Yuki terdiam selama beberapa saat dan terlihat berpikir. Munding diam saja, dia menganggap kalau Yuki mungkin butuh waktu lebih untuk mencerna kata-katanya yang menggunakan English dengan logat Jawa itu.
Setelah beberapa saat Yuki terdiam, dia menganggukkan kepalanya dan menjawab, “aku tahu itu.”
“Kalau begitu, kenapa kamu masih belum menyerah?” kata Munding sambil tersenyum menyeringai.
Munding tahu kalau musuh di depannya belum menyerah. Dia bisa merasakan intent yang mulai terkonsentrasi di bagian kaki musuhnya, tanda kalau si kunoichi di depannya sedang berniat untuk melarikan diri.
=====
Author note:
Selamat merayakan hari Natal bagi rekan-rekan yang beragama Kristen dan Katolik.
Besok libur ya gaess. Jumpa lagi di hari kamis.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...