Chapter 105 - Bullying

3.2K 190 18
                                    

“Apa yang kamu ketahui tentang orang ini?” tanya Knife sambil menunjukkan sebuah foto di handphone miliknya.

Clown melihat HP itu sekilas lalu mengembalikannya lagi.

“Sebelum aku bergabung dengan Utopia, aku sempat bergabung dengan sebuah grup yang bernama Chaos,” kata Clown.

“Knife, kamu harusnya tahu, untuk seorang peneliti sepertiku, aku membutuhkan dana yang luar biasa besar untuk kebutuhan risetku. Saat itu, di seantero Asia Pasific, nama Chaos lumayan dikenal dan aku memutuskan untuk bergabung dengan mereka karena satu alasan, semuanya murni karena profit,” lanjut Clown.

“Saat itu, kami sama sekali tak menganggap kalau Munding akan menjadi ancaman seperti ini.”

“Saat pertarungan terakhirku bersama Chaos, aku menjadi umpan dan mengejar salah satu pembelot Chaos yang bernama Yasin. Waktu itu, aku bertarung melawan Yasin dan kekasihnya lalu berhasil mengalahkannya.”

“Mereka tak sadar kalau sebenarnya, aku hanyalah umpan, Yasin hanyalah umpan. Saat itu yang menjadi ikan targetnya adalah Munding dan rekan-rekan mereka yang menjadi anggota dari Tim Merah Putih.”

“Waktu itu, Munding masih petarung inisiasi, tapi dia lebih kuat dariku yang hanya mengandalkan serum buatanku untuk mencapai ke tahap ini.”

“Munding seharusnya tewas di tangan seorang Samurai Jepang yang bernama Hikari Makoto, salah satu petarung Chaos.”

“Saat pertarungan itu, Hikari berhasil menancapkan pedang katana miliknya ke dada Munding. Cepat dan tepat.”

Clown terlihat menarik napas panjang lalu menolehkan kepalanya ke arah Knife.

“Tahukah kamu, siapa otak dibalik semua kekacauan waktu itu?” tanya Clown.

Knife mengrenyitkan dahinya, dia tak peduli dengan dalang semua itu. Dia hanya ingin mengetahui soal background Munding. Itu saja. Karena itu, ketika dia mendengarkan pertanyaan Clown, Knife langsung menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala tanpa berpikir.

“Dalangnya adalah Apostle baru kita, Titis,” kata Clown sambil tertawa terbahak-bahak.

Knife sedikit terkejut. Dia tak menyangkan kalau Clown pernah punya hubungan seperti itu dengan Titis si Gunman.

“Titis, bekerja sama dengan Hikari, ingin mengadu domba antara militer, militan, Chaos, dan kepolisian, dengan jalan membantai elite mereka yang bergabung dalam sebuah tim gabungan untuk memburu Chaos,” kata Clown.

“Bayangkan, ada sebuah organisasi teroris. Seseorang yang bertanggung jawab untuk menumpasnya, membangun sebuah tim untuk memburu organisasi itu, tapi sekaligus ingin agar anggota tim yang dibentuknya untuk tewas dibantai, agar pihak-pihak yang ada di belakang anggota tim itu membuat kekacauan dan saling bertarung.”

“Knife, tolong ingat kata-kataku. Berhati-hatilah dengan dia. Aku mungkin keji dan licik, tapi apa yang ada di kepalanya, mungkin seratus kali lebih keji dan licik daripada yang ada di sini,” kata Clown sambil menunjuk ke kepalanya sendiri yang masih saja tertutup topeng.

“Oke, kurang lebihnya aku tahu seperti apa background si Munding. Kalau Cahaya, apa yang kau ketahui?” tanya Knife.

Clown tersenyum kecut saat mendengar pertanyaan Knife.

“Cahaya …. Aku bahkan tak tahu kalau dia akan menjadi Cahaya saat aku menyerangnya,” jawab Clown pelan.

“Maksudmu?” tanya Knife bingung.

Clown juga terlihat kebingungan saat melihat reaksi Knife, “Bukankah, kalian menggunakan dia untuk inisiasi keanggotaanku sekaligus memberiku posisi Apostle?” tanya Clown.

Knife terlihat berpikir dan sesaat kemudian, dia mengangkat bahunya tanda tak tahu.

Clown mengibaskan tangannya dan bergumam, “Lupakan, aku akan menceritakannya kepadamu.”

“Waktu aku masuk ke Utopia, aku menggunakan serum hasil penemuanku dan menawarkannya ke Tommy untuk mendapatkan jaminan dana untuk riset dan fasilitas penelitian ini,” kata Clown.

“Tommy menyetujuinya, tapi Kelly tidak. Kelly ingin agar aku melakukan sesuatu untuk Utopia, lalu aku akan mendapatkan tawaran menggiurkan. Selain mendapatkan sokongan dana penuh dan fasilitas penelitian ini, aku juga akan mendapatkan posisi sebagai Apostle. Utopa juga akan memberikan sebuah Divisi untukku. Divisi yang diciptakan karena aku bergabung dengan Utopia.”

“Waktu itu, aku hanya bertemu dengan Kelly dan Tommy. Aku sama sekali tak tahu tentang kalian, Lee, kamu dan Blackhand.”

“Kelly memberikanku tugas sederhana, menghabisi nyawa seorang wanita normal yang sedang mengandung. Aku tahu kalau semua tak akan senormal dan semudah itu, dan aku benar.”

“Setelah aku mengetahui targetnya, aku hampir putus asa.”

“Targetnya adalah Nurul, istri dari Munding. Waktu itu Munding koma karena serangan Hikari. Tapi jangan remehkan keluarga mereka. Phantom dan Shadow, dua petarung manifestasi yang dulu mendirikan Chaos adalah paman dan tante mereka. Ditambah koneksi mereka dari militer setempat, waktu itu, ada 3 - 4 orang petarung manifestasi di sekitar Munding dan Nurul. Bayangkan betapa putus asanya aku yang hanya petarung inisiasi?” keluh Clown.

“Aku lalu berusaha membuat rencana, menyelidiki background semua pekerja di Rumah Sakit tempat mereka di rawat, dan akhirnya mendapatkan sedikit celah."

“Aku mendapatkan seorang perawat dan seorang security yang bisa dibeli dengan uang.”

“Sejak awal, aku sudah memvonis mati mereka. Saat semua ini selesai, aku akan membunuh mereka berdua.”

“Aku meminta si security untuk melakukan kontak dan meminta si perawat untuk menyuntikkan serum buatanku kepada Nurul, untuk menghabisi nyawanya seperti perintah Kelly.”

“Tapi aku tak bisa mendapatkan celah untuk melaksanakan rencanaku. Ada beberapa petarung manifestasi di sana setiap saat. Ketika ada yang berencana jahat untuk menyakiti Nurul, mereka pasti merasakannya.”

“Jadi aku melakukan dua kamuflase.”

“Yang pertama, aku meminta Utopia mengirimkan empat petarung manifestasi untuk pengalih perhatian dan membuat kekacauan sehingga menimbulkan celah bagiku.”

“Yang kedua, aku tak pernah memberitahukan efek serum itu kepada security dan si perawat. Kalau aku mengatakan serum itu bisa membunuh Nurul, killing intent yang dikeluarkan si Perawat saat melakukan aksinya akan tertangkap oleh orang-orang di sekeliling Nurul.”

“Karena itu, aku hanya mengatakan kalau serum itu tak akan membunuh hanya membuat lumpuh.”

“Dan semuanya tereksekusi dengan sempurna,” kata Clown mengakhiri ceritanya.

“Lalu kenapa Munding yang tadinya koma kembali hidup? Cahaya yang sudah disuntik oleh serummu tetap hidup juga?” tanya Knife dengan muka kesal.

Bagaimana tidak? Setelah mendengarkan ocehan Clown sekian lama, tak ada satu pun yang bisa dia gunakan untuk membalas dendam.

“Hei, itu bukan salahku,” jawab Clown.

“Lagipula, kenapa si Kelly tetap memberikan posisi Apostle kepadamu? Bukankah kamu gagal menghabisi Cahaya?” kejar Knife.

“Mungkin Kelly menaruh hati kepadaku?” tanya Clown dengan suara pelan dan ragu.

“Kau minta dihajar ya?” teriak Knife sambil meloncat ke arah Clown.

“Tunggu!!” jawab Clown sambil mengangkat kedua tangannya.

Tak lama kemudian, suara seseorang yang sedang dipukuli pun terdengar dari tempat itu. Suara itu sesekali akan diselingi oleh rintih kesakitan dan jerit ketakutan yang terdengar memilukan hati.

Di luar ruangan yang dipakai oleh Clown dan Knife untuk berdiskusi, tak ada satu pun peneliti yang tertarik atau bahkan menolehkan kepalanya ke arah ruangan Clown. Seolah-olah, memang hal yang biasa mendengarkan teriakan kesakitan atasan mereka itu.

Entah apa yang Clown lakukan di dalam ruangan kantornya saat sedang bersenang-senang bersama para wanitanya.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang