Chapter 128 - You're the God, Boss

2.2K 155 15
                                    

“Clown, what are you doing in last couple days?” a loud voices sounded in the room.

Nobody answer the question. Silence permeated in the room. Only breathing sounds could be heard by everyone.

“I’m asking you!!!” the loud voices sounded again. This time, it was louder.

After few seconds, finally, a sigh could be heard, followed by clear and calm voices, “I just do few experiments as always, Boss.”

“Tell me those!” Tommy asked with flat tone.

Clown showed a shocked expression. There was always be first time for everthing, and this was the first time Tommy asked about his experiments.

“Are you sure Boss?” Clown asked.

“Yes, I do. God damned!!” Tommy replied angrily.

“But… You’re the God, Boss,” Clown answered bravely. At this time, everyone on the room was laughing hard.

“Kau ingin cari gara-gara denganku ya?” ancam Tommy makin meradang setelah mendengar seisi ruangan tertawa karena kata-kata Clown barusan.

“Ampun Bossss,” teriak Clown sambil menundukkan kepalanya dan meringkuk di lantai dengan posisi berjongkok.

Seisi ruangan kembali tertawa melihat tingkah Clown. Sesuai namanya, jika ada yang sering dijadikan bahan tertawaan oleh pemimpin elite Utopia, maka sosok itu adalah Clown, si Badut. Dia yang paling lemah, dia tak bisa melakukan apa-apa saat dibully oleh yang lain ya kan?

Bahkan, para petarung elite dengan codename satu digit sekalipun, sama sekali tak pernah menganggap Clown sebagai seorang Apostle yang layak dihormati. Clown bebas kemana saja dan berbicara dengan siapa saja layaknya elite Utopia biasa. Ditambah lagi gaya hedon yang selama selalu dia tunjukkan dengan para wanita-wanitanya, tak pernah ada yang menganggap Clown serius, kecuali fakta bahwa dia adalah pembuat serum yang bisa mengendalikan tokoh-tokoh penting dunia.

“Clown, apakah kau mengetahui keberadaan Demon?” sebuah suara tiba-tiba menghentikan semua tawa dan adegan konyol yang terjadi di ruangan ini.

Clown mengangkat kepalanya dan melirik ke sosok yang duduk bersandar di sofa dan memegang sebuah gelas berisi minuman di tangannya. Dia kenal dengan sosok itu, bahkan sebelum mereka berdua sama-sama bergabung dengan Utopia.

“Gunner, yang aku tahu, Demon menyerang pulau ini, lalu dia menghilang entah karena alasan apa,” jawab Clown dengan suara datar.

“Hahahahahahahahaha…” Titis tertawa keras ketika mendengar jawaban Clown.

“Do you think I am stupid?” tanya Titis sambil mencondongkon tubuhnya ke depan ke arah Clown yang masih terjongkok di lantai.

“Tahukah kamu? Siapakah orang yang paling diburu oleh Munding di seluruh permukaan planet ini?” tanya Titis dengan suara pelan sambil membuka kedua tangannya sebagai isyarat.

Clown hanya diam saja. Semua orang yang ada di ruangan ini juga diam saja. Mereka tahu siapa itu Demon. Salah satu petarung legenda yang pernah bertarung melawan Tommy dan berhasil survive. Siapa pun bisa menebak seberapa kuat sang Demon.

“Kamu…” jawab Titis atas pertanyaannya sendiri sambil menunjuk ke muka Clown setelah ruangan menjadi hening selama beberapa saat.

Raut muka Clown berubah di balik topengnya. Dia tahu kalau apa yang dikatakan oleh Titis barusan adalah fakta. Dia sendiri bisa menebak alasannya. Tapi, Clown adalah seorang penghibur, dia adalah pemain sandiwara, sekalipun dia menangis dalam hati, bibirnya akan selalu menyunggingkan senyum dan menyajikan tawa, seperti seorang badut yang sesungguhnya.

“Aaaaahhhhhhhhh,” teriak Clown sambil meloncat mundur, seolah-olah sangat terkejut, “Gunner, jangan menakutiku, kenapa Demon mengincarku. Aku hanya seorang Badut yang sama sekali tidak penting,” lanjutnya.

“Cut the bullshit, jangan pake trik itu di depanku. Aku terlalu lama berhadapan dengan segala jenis penipu dan pemain sandiwara yang aktingnya seribu kali lebih hebat darimu,” potong Titis sambil mengibaskan tangan.

“Entah apakah dia masih hidup atau sudah mati, suatu hari nanti, dia pasti akan keluar kalau sudah waktunya. Aku percaya itu,” kata Titis sambil kembali merebahkan badannya ke sofa dan menikmati minumannya.

Tommy, Kelly dan Apostle lainnya hanya melihat interaksi keduanya dalam diam dengan tatapan tertarik. Apalagi saat mereka melihat ke arah Clown, seolah-olah topeng setengah wajah itu terbuat dari intan berlian yang menarik hati.

Titis hanya tersenyum. Dia punya dugaan kuat kalau hilangnya Munding pasti berkaitan dengan ulah Clown, tapi dia tidak bisa begitu saja datang dan menghajar Clown untuk mengetahui keberadaan Munding. Karena itu, dia menggunakan cara tadi untuk memaksa Clown dengan bantuan Apostle lain.

Clown berdiri dan duduk di sofanya. Tommy hanya melirik saja ke arah Clown. Semua amarahnya hilang tadi. Kini, dia sadar bahwa ada garis tipis yang mulai terlihat menguat. Tommy marah kepada Clown bukan tanpa alasan. Kelly memberitahunya pagi tadi. Dia merasakan firasat yang berbeda terhadap Clown sejak kejadian penyerangan Pulau Utopia waktu itu. Firasat yang menyiratkan sensasi ancaman bahaya dari Clown yang makin hari makin menguat.

Tommy memarahi dan mencoba menginterogasi Clown karena hal itu. Tapi tanpa disangka-sangka, Gunner justru masuk dan memberikan petunjuk penting soal hubungan Demon dan Clown.

Di setiap kepala para Apostle Utopia, mereka semua kini sadar. Demon datang ke Pulau Utopia untuk memburu Clown. Mereka pasti bertemu, dengan hasil akhirnya, Clown masih berada di sini sedangkan Demon menghilang tanpa jejak.

“Apa yang kau lakukan pada Demon, Clown?”

Kalimat tanya itu terlihat jelas tersirat di wajah setiap orang yang berada di ruangan ini. Clown hanya diam dan tertawa-tawa kecil tanpa sebab seperti orang gila.

======

“Apa-apaan ini???” bentak Arya dengan suara yang keras.

Dia berdiri dengan tangan berkacak pinggang di depan lobi ruang tamu sebuah gedung yang terlihat lengang dan tak terlalu ramai. Di hadapan Arya, seorang laki-laki berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan tersenyum kecil kearah Arya. Di belakang laki-laki itu, puluhan orang dengan menggunakan seragam taktis lengkap dengan penutup wajah terlihat siap siaga dengan senapan laras panjang di tangan mereka.

“Arya, kami hanya menjalankan perintah saja. Ini surat perintah kami,” jawab Rony sambil mengulurkan sepucuk kertas ke arah Arya yang terlihat meradang.

Beberapa orang polisi yang berdiri di belakang Rony bergidik ngeri saat melirik ke arah orang nomor satu di lembaga yang sering disebut Biro ini. Dengan bekas luka di wajahnya yang melintang dari kanan atas ke kiri bawah, di tambah daun telinga kanan yang hilang karena luka tebasan benda tajam, hanya ada satu kalimat di kepala mereka, “Pertarungan macam apa yang sudah kau lalui?”

Sekalipun Arya marah besar, tapi sebagai seorang Pemimpin, tentu saja dia tak akan membabi buta dalam menghadapi masalah. Tangannya pun terulur untuk menerima surat perintah yang diberikan Rony.

Breeeettttttttttt…

Sebuah suara pelan terdengar dan belum sempat Arya memegang kertas surat perintah itu, serpihan kertas kecil beterbangan di dekat tangan Arya yang terulur. Raut muka Rony berubah, dia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi sebuah suara terdengar sebelum itu.

“Ups, maaf, aku tak sengaja. Aku tadi juga penasaran ingin membacanya, tapi justru tanpa sengaja merobeknya,” gumam Afza yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Arya.

“Oiya, Rony. Lama tak berjumpa, kita kan kawan lama. Kuharap kau tak marah kepadaku,” gurau Afza sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya ke arah Rony yang masih terpaku di tempatnya.

=====

Note:

Met ultah untuk Bu Kapten Miatacky17...

Terimakasih atas bantuannya selama ini, semoga saja di hari yang spesial ini, seiring makin bertambahnya usia, makin dewasa dan semakin dekat dengan cita-citanya. Amin.

Masih ada dua chapter lagi setelah ini. Absen dulu bentar.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang