“Tommy adalah seorang petarung legenda, sama seperti Munding. Dengan pengalaman yang lebih, dia berhasil mendominasi Munding. Munding terjebak dalam posisi kritis. Saat itulah, bantuan datang menyelamatkannya. Bantuan dari seorang mantan Apostle Utopia yang bernama Shakur.”
“Beberapa minggu kemudian, petarung terkuat Kongzi, Jian, berniat untuk membalas dendam dengan menyerang balik Utopia, langsung ke markas mereka.”
“Mereka membentuk sebuah Tim yang beranggotakan empat orang, Munding termasuk di dalamnya. Shakur ikut ke dalam tim itu karena dia orang yang paling tahu seluk beluk Utopia. Ditambah satu lagi serigala petarung yang menjadi penunjuk jalan bagi mereka.”
“Menurut pengakuan Jian, mereka terpisah menjadi dua kelompok saat berhasil masuk ke Pulau Utopia. Jian bersama Ali, sang penunjuk jalan. Munding bersama Shakur. Dari keempat orang itu, hanya Jian dan Ali yang berhasil pulang dengan selamat.”
“Tak ada berita sama sekali mengenai Shakur dan Munding,” kata Arya pendek mengakhiri ceritanya.
Semua orang yang mendengarkan cerita Arya masih terdiam dan terlihat berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Arya.
“Kalian…” tiba-tiba terdengar suara Dirman memecahkan suasana hening di dalam ruangan ini.
Dirman mengedarkan pandangannya ke arah sekelompok petarung yang berusia lebih muda dan berdiri mengelilingi meja panjang yang digunakan untuk pertemuan ini. Di meja tersebut, hanya 6 orang yang duduk di kursinya, Arya, Dirman, Nasution dan tiga orang perwakilan dari masing-masing angkatan.
Broto berdiri di belakang Dirman dan Nasution, sedangkan Afza berdiri di belakang Arya. Sekelompok petarung muda yang merupakan petarung elite dari Biro berdiri mengelilingi meja di belakang Afza. Beberapa orang yang mengenakan personel militer lengkap juga terlihat berdiri di belakang masing-masing perwakilan angkatan.
“Katakan pendapat kalian setelah mendengar cerita ini. Kalian adalah penerus Biro, aku ingin mengetahui sejauh mana kemampuan kalian,” lanjut Dirman sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Arya dan Afza hanya melirik sekilas ke arah para petarung yang ada di belakang mereka. Lalu kembali mengalihkan pandangan mereka ke para tetua yang ada di meja.
April mengangkat tangannya dan terlihat ingin bersuara, tapi Dirman dengan cepat mengangkat tangannya, “Diam dulu, biarkan kawanmu yang lain berbicara,” kata Dirman.
April tersenyum kecut dan menundukkan kepalanya.
Angga dan Dian saling bertatapan mata. Mereka bertiga adalah anak didik Munding. Orang yang menjadi sorotan dan topic utama dalam pertemuan ini, tak mungkin hanya April yang memberikan kontribusi kan?
Dian hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan lalu menundukkan kepalanya. Berpikir dan menganalisa bukanlah kelebihan yang dia miliki. Di bidang itu, April lah juaranya. Dia lebih memilih menjadi ujung tombak yang menyerang musuh dibandingkan menggunakan kepalanya.
Angga dengan ragu-ragu mengangkat tangannya.
“Kamu, apa pendapatmu?” tanya Dirman ketika melihat Angga mengangkat tangannya.
“Aku… Aku hanya merasakan ada sesuatu yang salah dengan Shakur,” jawab Angga pelan.
“Merasakan? Apa maksudmu dengan merasakan?” tanya Dirman keheranan.
“Aku… Aku…” Angga terlihat gugup dan sedikit bingung untuk menjelaskan.
“Begini, Jenderal. Entah ini suatu kelebihan atau bukan, tapi Angga memiliki persepsi yang lebih tajam dibandingkan petarung lain. Mungkin orang normal menyebutnya dengan ‘feeling’ atau semacamnya,” jawab Afza berusaha menyelamatkan anggotanya dari posisi terjepit.
Dirman mengerutkan dahinya sejenak lalu dia tersenyum lebar, “Itu sebuah anugerah!” puji Dirman sambil mengacungkan jempolnya.
“Ada yang lain?” tanya Dirman ke arah para petarung lainnya.
Setelah melihat reaksi Dirman terhadap pendapat Angga dan pujian yang dia berikan, banyak para petarung yang sebelumnya ragu-ragu dan takut untuk berpendapat memberanikan diri untuk berbicara. Suasana pertemuan yang tadinya kaku dan agak formal, kini berubah menjadi tukar pengalaman antara para tetua dan juniornya.
“Kita semua adalah satu keluarga besar. Kita semua juga memiliki tujuan yang sama, melindungi negara kita tercinta. Rasa hormat itu perlu, tapi jangan membuatnya menjadi jarak atau pembatas bagi kita, kalian mengerti?” kata Dirman.
“Kami mengerti Jenderal.”
“Kalian semua luar biasa dan memiliki talenta yang istimewa. Asah, asah dan terus asah lagi. Gunakan untuk kepentingan yang mulia,” lanjut Jenderal Tua itu.
“Untuk kasus Munding, sebagian besar dari kalian memang benar. Ada sesuatu yang salah dengan Shakur. Timing saat dia menyelamatkan Munding terlalu sempurna. It’s too good to be true,” lanjutnya.
“Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, dia masih bekerja untuk Utopia dan hanya berpura-pura keluar saja. Kedua, dia memang sudah tak bekerja lagi untuk Utopia, tapi ada rencana tertentu dibalik aksinya menyelamatkan Munding,” kata Dirman.
April mengangkat tangannya.
“Hmm. Oke, sekarang waktumu untuk berbicara,” kata Dirman.
“Kemungkinan pertama sangat kecil sekali. Posisi Pelatih waktu itu sudah kritis dan terdesak. Tommy bisa saja mengalahkan Pelatih dengan mudah. Kenapa musti diselamatkan hanya untuk ditangkap lagi saat Pelatih menyerang Utopia? Sama sekali tidak masuk akal,” kata April.
“Bagus, itu logis,” jawab Dirman.
“Aku lebih condong dengan kemungkinan kedua. Shakur sudah keluar dari Utopia, tapi dia punya ulterior motif saat menyelamatkan Pelatih. Dia mungkin sudah membuntuti Pelatih sejak lama dan mencari kesempatan untuk mendekati Pelatih. Tujuannya hanya satu, mendapatkan kepercayaan dari Pelatih. Sangat tidak mungkin jika Shakur tiba-tba saja muncul di depan Pelatih dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan dan berkata bahwa dia adalah mantan Apostle Utopia,” lanjut April lagi.
Semua orang mendengarkan kata-kata April dan mulai mengerti maksud dari penjelasannya.
“Ada satu alasan lagi yang mungkin belum disampaikan oleh Komandan Arya. Dan ini mungkin petunjuk paling penting untuk kasus menghilangnya Pelatih,” kata April.
“Apa motif Pelatih ikut menyerang Utopia?” tanya April setelah menarik napas panjang.
“Jian menyerang karena balas dendam atas serangan Utopia ke Kongzi. Ali hanya sekedar menjadi guide atau penunjuk jalan, tentu dengan imbalan tertentu dari Jian. Tapi, Pelatih? Kenapa dia ikut ke Pulau Utopia?”
“Jawabannya… Clown,” kata April.
“Pelatih memburu Clown, dan aku menduga, Shakur yang memberi tahu Pelatih bahwa Clown berada di Pulau Utopia atau sejenisnya. Itulah satu-satunya alasan yang cukup kuat untuk mendorong Pelatih ikut serta menyerang Pulau Utopia bersama Jian.”
“Menurut pendapatku, jika kita ingin mengetahui keberadaan Pelatih, Clown dan Shakur adalah kuncinya, bukan Tommy atau Utopia,” kata April mengakhiri analisanya.
“Analisa yang tepat sekali,” kata Dirman sambil tersenyum lebar.
“Si Badut itu, aku pernah bertemu dengannya dulu, waktu itu ketika kita berurusan dengan Chaos. Dan jika berurusan dengan Chaos, Leman, Aisah dan Titis pasti mengetahui sesuatu. Leman dan Aisah ada di pihak kita. Jadi itu bukan masalah,” lanjut Dirman.
“Arya, mulai perhatikan lebih teliti gerak-gerik Titis. Monitor, analisa, laporkan! Aku ingin tahu detail tentang dia,” kata Dirman setelah mengalihkan pandangannya kepada Arya.
“Siap, Jenderal,” jawab Arya pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...