Itulah alasan kenapa Munding sangat membenci dunia ini, karena Monochrome seolah mengejek dan menertawakan Munding akan kebodohannya sendiri.
Selain membenci Monochrome, Munding sebenarnya juga berterima kasih. Monochrome telah menjadi ‘cermin’ baginya. Cermin yang membuat Munding sadar akan bayangannya sendiri, bayangan yang ternyata sangat jelek dan membuatnya jijik.
Bayangan seorang Munding yang sekarang menjadi petarung nomor satu di Nusantara. Bayangan seorang Munding yang tak takut apa pun yang menghadangnya. Bayangan seorang manusia yang mulai merasa bahwa dia maha kuasa.
Munding juga kini sadar, mungkin bukan hanya dirinya saja yang pernah mengalami proses seperti ini. Mungkin ada banyak petarung lain yang merasakan apa yang dia rasakan. Karena kemampuan yang mereka miliki, mereka merasa menjadi tuhan-tuhan kecil di muka bumi.
Munding tahu seperti apa logika di balik pengakuan Tommy menjadi seorang Tuhan.
Munding juga kini mulai menyadari kenapa Firaun dengan sombongnya juga mengaku Tuhan.
Itu semua karena mereka memang memiliki kekuatan dan kekuasaan jauh di atas manusia lainnya. Seolah-olah dengan lambaian tangan, mereka bisa menentukan hidup mati seseorang.
Munding hampir saja terjebak pada jalur itu. Dia hampir saja menyusul langkah Tommy dan bahkan mungkin juga Fir’aun.
Monochrome menyadarkan Munding kembali. Tempat ini membawa Munding kembali membumi. Tempat ini kembali mengajarkan kepada Munding bahwa dia bukanlah apa-apa. Tempat ini kembali mengingatkan Munding bahwa kekuatan apa pun yang dia miliki, tak lebih dari sekedar butiran pasir di gurun atau tetesan air di samudera.
Sekalipun Munding adalah petarung dengan konsep legenda yang ditakuti oleh puluhan bahkan ribuan serigala petarung lainnya, dia tetap saja tak bisa terlepas dari dunia putih, hitam dan abu-abu ini.
Jangankan terlepas dari Monochrome, Munding bahkan tak tahu dimana tempat ini atau apa yang sebenarnya terjadi. Sekalipun dia bisa mengingat dengan jelas semua kejadian sebelum dia tertangkap oleh Clown sampai detik dia kehilangan kesadaran diri, tapi tetap saja Munding tidak tahu apa yang terjadi.
“Aku tetap saja manusia yang lemah,” gumam Munding pelan sambil menatap ke depan.
Munding terus melangkah. Dia tak tahu kapan akan sampai ke ujung dunia yang berisi tanah rata tanpa seluas mata memandang hingga ke horizon tanpa batas ini. Langit di atasnya tetap cerah berwarna putih sedikit gelap tapi tidak menyilaukan. Tak ada matahari, tak ada bulan, tak ada siang, tak ada malam. Hanya tanah rata, langit di atas kepalanya, dan Munding yang melangkah seorang diri tanpa henti.
=====
“Kenapa mereka tak mau membantu!!!” teriak Arya sambil memukul sandaran kursi mobil yang ada di depannya.
“Tenang,” tegur Dirman.
“Kita semua tahu Munding masih hidup. Kita juga tahu posisi dimana dia kira-kira berada. Dengan bantuan Jian, kita bisa kembali menyerang Pulau Utopia dan menyelamatkan Munding. Kenapa mereka tak mau?”
“Mereka pasti punya pertimbangan sendiri,” jawab Dirman sambil terlihat berpikir keras.
Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti dan mereka berdua keluar. Mereka sampai di sebuah tempat yang agak terpencil dan berada di lereng sebuah gunung. Sebuah bangunan rumah yang terlihat sedikit lebih besar dibandingkan yang lainnya berdiri di tengah-tengah kebun teh yang berada beberapa ratus meter dari tempat mobil mereka berhenti.
“Redakan emosimu. Ini keluarga Munding,” pesan Dirman ke arah Arya sambil berjalan lebih dahulu menuju rumah besar di depan mereka.
Arya menarik napas dalam dan menyusul Dirman. Ini adalah kali pertama mereka berdua datang ke tempat ini. Tempat yang menjadi rumah perlindungan bagi keluarga inti Munding. Tempat yang mungkin dijaga oleh tim yang mungkin tak akan kalah melawan sekompi pasukan biasa.
=====
“Apakah ini benar-benar yang akan kita lakukan?” tanya Cui ke arah Jian dengan tatapan kecewa.
Jian sama sekali tak menoleh kearah Cui dan hanya melihat ke arah rumah besar di tengah kebun teh itu. Di antara mereka berdua, seekor naga celestial yang berasal dari mitologi china kuno terlihat menatap tajam ke rumah itu juga.
Tian Di adalah pisau bermata dua.
Sejak dulu, para petarung yang mengerti konsep kerja teknik Tian Di secara mendetail pasti akan menolak undangan untuk masuk ke dalam dunia ilusi ciptaan organisasi Kongzi itu.
Tian Di dapat digunakan untuk melacak keberadaan seorang petarung yang hilang kontak atau tersesat. Tian Di juga dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang petarung sudah tewas saat melaksanakan tugas atau tertangkap oleh musuh.
Tetapi Tian Di juga dapat digunakan untuk memata-matai pergerakan musuh bahkan juga untuk menemukan posisi musuh secara tepat, sama seperti yang dilakukan oleh Jian dan Cui sekarang. Kongzi adalah organisasi serigala petarung yang berusia ribuan tahun. Mereka punya andil terbesar dalam sejarah negeri mereka. Mereka bekerja di balik layar untuk menentukan siapa yang akan menjadi kaisar dan pemimpin negeri sampai saat ini.
Saat mereka melakukan gathering para petarung untuk melawan Utopia, banyak agenda lain yang sengaja mereka sembunyikan.
Pertama, dengan alasan gathering itu, mereka mengundang sebagian besar petarung terkuat dari setiap negeri ke dalam Tian Di. Dengan cara itu, secara halus, mereka telah memasang ‘tracker’ kepada setiap petarung.
Kedua, mereka sudah mengantisipasi bahwa Utopia telah menyusup ke dalam tubuh Kongzi. Dengan mengadakan gathering mereka hanya mempercepat proses ‘sorting the weed’ atau mencabuti rumput agar tidak mengganggu padi.
Ketiga, ketika Utopia mengambil tindakan dengan menyerang markas Kongzi, mereka akan memiliki legitimasi untuk mengobarkan bendera perang atas nama keadilan dan balas dendam. Mereka juga akan mempunyai kewenangan untuk memobilisasi para petarung lain. Mereka bertindak seolah-olah sebagai pemimpin kawanan serigala petarung di Asia, tanpa melalui proses pemilihan atau musyawarah apa pun. Sama seperti Amerika yang selalu menganggap dirinya polisi dunia dan merasa mempunyai hak untuk ikut campur urusan dalam negeri negara lain.
Dan sesuai pepatah, di sebuah gunung tak boleh ada dua harimau yang mendiaminya. Karena sedekat apa pun hubungan mereka, pada akhirnya mereka akan bertarung juga untuk menentukan siapa sang Raja yang sesungguhnya.
Jian dan Munding.
Awalnya, hegemoni Kongzi dengan Jian sebagai ujung tombaknya tak terbantahkan. Tapi, sejak kemunculan Demon, posisi Jian terancam. Peta kekuasaan bisa saja bergeser dari China ke Indonesia. Atau mungkin, nanti akan ada dua kiblat bagi serigala petarung di Asia.
Jian adalah Harimau tua yang sudah kenyang merasakan asam garam dunia. Munding hanyalah seekor anak Harimau yang bahkan taring dan cakarnya belum terasah sempurna. Munding pun jatuh dalam perangkap Jian dan Kongzi.
Sejak kemunculan nama ‘Demon’, Kongzi sudah mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan Munding. Semua sepak terjangnya, semua detail tentang keluarganya, dan semua detil kecil lainnya. Kongzi juga mengetahui hubungan antara Clown, Nurul, dan Munding. Clown adalah umpan yang menggairahkan bagi Munding.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Ação(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...