"Silahkan Pak, ini tempat duduk Anda," kata seorang pramugari kepada Munding setelah menunjukkan kursi penumpang milik Munding sesuai tiket yang ditunjukkan olehnya.
Munding lalu duduk dan melihat ke arah luar jendela.
"Maaf, boleh saya duduk disini?" terdengar suara seseorang wanita yang merdu di telinga.
Munding menoleh dan melihat ke sosok yang tersenyum sopan itu, "Kalau memang sesuai dengan tiketnya, silakan saja," jawab Munding.
"Sesuai kok," jawab si wanita itu lalu dia pun duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Munding.
Munding tak memperhatikan lagi wanita di sebelahnya dan terlihat lebih asyik melihat pemandangan di luar jendela.
"Mohon turunkan penutup kaca jendela, tegakkan sandaran kursi, dan kenakan sabuk pengaman karena pesawat akan segera lepas landas."
Terdengar suara notifikasi yang lazim terdengar di sebuah penerbangan dan semua penumpang menurutinya. Munding pun melakukan hal yang sama.
Saat pesawat mulai lepas landas, Munding memejamkan matanya dan berusaha terlelap, tapi tiba-tiba saja sesuatu mengusik nalurinya. Tanpa membuka mata dan masih tetap dalam kondisi terpejam, Munding menggunakan persepsi intent miliknya dan mencoba mencari tahu apa yang membuatnya merasa sedikit terusik tadi.
Sesaat kemudian, Munding mengetahuinya.
Empat orang serigala petarung, satu orang petarung inisiasi, dan 3 orang petarung awakening, berada dalam satu penerbangan dengan dirinya. Mereka terbagi menjadi 2 kelompok, satu orang inisiasi yang mungkin pemimpin dari operasi ini berada pada kabin kelas bisnis seperti Munding, sedangkan 3 orang serigala petarung awakening lainnya tersebar di tiga tempat terpisah yang berada di kelas ekonomi.
Munding tahu kalau di setiap penerbangan akan ada petugas keamanan yang menyamar menjadi salah satu penumpang bersama mereka, tapi dia juga tahu kalau petugas itu bukanlah tandingan bagi para petarung yang terlihat merencanakan sesuatu yang jahat itu.
Munding menarik napas panjang. Dia hanya ingin menikmati penerbangan pulang ini dengan tidur yang nyenyak tanpa gangguan, sebuah keinginan yang sederhana, tapi itu pun terlihat susah dipenuhi.
"Kalian berempat dan kamu pemimpinnya," celetuk Munding pelan tiba-tiba.
Wanita berpakaian resmi dan formal yang duduk di sebelah Munding terdiam untuk sesaat lalu seolah-olah tak mendengar kata-kata Munding dan melanjutkan kesibukannya bermain laptop.
"Aku hanya ingin terbang dengan tenang dan beristirahat nyaman, kenapa kalian tak bisa membiarkan aku melakukan itu?" gumam Munding pelan tapi jelas terdengar oleh si wanita.
Kali ini, si wanita menoleh ke arah Munding dengan tatapan merasa terganggu dan dengan sedikit ketus membentak Munding, "Tuan, mohon maaf, tapi Saya sama sekali tak mengerti apa yang Anda bicarakan. Tak bisakah Anda lihat kalau Saya sedang sibuk?"
Munding membuka matanya dan melirik ke arah si wanita yang masih menatapnya dengan berani itu, "Sudah lama sekali seorang petarung inisiasi berani membentakku seperti barusan," kata Munding sambil tertawa kecil.
Raut muka si Wanita terlihat berubah dan dengan cepat dia meraih ke arah tasnya. Dengan cepat dia mengambil sebuah benda yang terbuat dari plastic dan berbentuk seperti pisau roti. Ternyata, itu senjata yang dia persiapkan dalam penerbangan ini.
Wussshhhhhhhh.
Kurang dari sedetik kemudian, si Wanita sudah menusukkan pisau itu ke arah kepala Munding yang masih saja bersender dari tadi.
Tapi beberapa cm sebelum pisau itu mengenai sasarannya, gerakan si Wanita terhenti di udara, seakan-akan ada sesuatu yang tidak terlihat dan menahan serangannya, tepat ketika serangan itu belum mengenai Munding.
Dengan santai Munding menggunakan tangan kanannya untuk mengambil pisau yang terbuat dari plastic tapi terlihat tajam itu.
"Kalian bukan militant, kalian juga keliatannya bukan militer, tapi aku yakin kalian pasti orang Indonesia. Kawanan siapa yang berani berulah untuk mencoba membajak penerbangan internasional seperti ini?" kata Munding sambil menimang-nimang pisau itu ditangannya.
Si Wanita yang kehilangan senjatanya menarik tangannya yang kini kosong dan menatap Munding tak percaya. Serangannya tadi sangat cepat dan akurat, belum lagi memanfaatkan efek tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda kalau dia akan menyerang. Jangankan orang biasa, beberapa serigala petarung sekali pun jika tidak sigap akan terlena oleh serangan mendadaknya tadi.
Tapi, pemuda berpenampilan santai yang duduk di sebelahnya ini, sama sekali tidak panik dan dapat mengatasi serangannya dengan rileks. Seolah-olah seperti orang dewasa yang sedang merebut pisau dari tangan anak kecil, karena takut kalau si anak kecil akan terluka jika bermain-main dengan benda berbahaya itu.
Si Wanita ini juga tahu kalau rencana mereka akan gagal kali ini. Sesuai rencana mereka akan menggunakan kode tertentu sebelum memulai rencana pembajakan pesawat ini. Si Wanita akan berpura-pura ke toilet dan itulah tanda untuk dimulainya serangan mereka ke pesawat.
Tapi, saat ini, si Wanita berpakaian resmi yang menjadi pemimpin operasi ini tak bisa berkutik di bawah pengawasan laki-laki misterius yang duduk di sebelahnya. Bagaimana mungkin dia bisa berdiri untuk ke toilet sebagai kode aksi mereka.
"Masih tetap diam?" tanya Munding.
Si Wanita diam tak menjawab.
"Oke-oke, yang terpenting jangan ganggu istirahatku," kata Munding tak lama kemudian, "Mainan ini berbahaya, kalian tak membutuhkannya," lanjut Munding sambil mengangkat pisau plastic itu dengan tangannya lalu seperti sebuah sulap yang memukau, sebuah api dengan cepat menyala dan melahap pisau itu menjadi hilang tak berbekas.
Sama seperti pisau yang menghilang, si Api itu juga langsung menghilang tanpa bekas hampir bersamaan dengan hilangnya si pisau.
Dan yang paling aneh bagi si Wanita yang berpakaian resmi itu, si Api berwarna hitam pekat, bukan seperti normalnya nyala api yang berwarna merah, kuning, atau biru.
"Aku serigala petarung manifestasi. Diam dan nikmati penerbangan ini. Kalau kalian berbuat sesuatu yang mengusikku atau penumpang yang lain, aku akan mengambil tindakan," kata Munding datar dan dengan muka yang malas-malasan.
Setelah berhenti selama beberapa saat dan memberi kesempatan bagi si Wanita untuk mencerna kata-katanya, Munding melanjutkan dengan satu patah kata saja, "Ngerti?"Si Wanita langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat seperti ayam yang mematuk makanannya. Bukan, mungkin lebih cepat lagi, seperti burung pelatuk yang sedang melubangi batang pohon untuk membuat sarangnya.
Munding lalu tak mempedulikan lagi teman perjalanannya itu dan memejamkan mata lagi.
Keringat dingin membasahi punggung si Wanita cantik berpakaian resmi yang duduk di sebelah Munding. Dia bahkan tak berani untuk merebahkan punggungnya ke sandaran kursi miliknya dan masih duduk tegak dengan laptop di depannya.
Ketika mengingat perjalanan panjang mereka yang masih membutuhkan beberapa puluh jam lagi untuk sampai ke Jakarta, si Wanita hanya bisa meratapi nasib buruknya ini dengan menangis tanpa air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...