Chapter 121 - Deal

7.4K 252 95
                                    

Shakur dan Munding berjalan di sebuah lorong yang memiliki dinding kaca di sebelah kiri dan kanannya. Di dalam ruangan kaca itu, mereka bisa melihat orang-orang yang mengenakan baju serba putih dan sedang sibuk melakukan penelitian dengan alat-alat yang mutakhir.

Sama sekali tidak ada yang memperhatikan Shakur ataupun Munding.

Hanya beberapa orang saja yang berpapasan dengan mereka di koridor yang mereka lewati terlihat menatap Munding dan Shakur dengan tatapan ingin tahu.

Shakur berjalan dengan cepat. Dari gerak-geriknya, Munding tahu kalau Shakur sangat familier dengan tempat ini. Dia tak terlihat ragu ataupun kebingungan sama sekali di tempat yang mirip dengan sebuah rumah sakit atau medical center yang luas dan sibuk itu.

Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di depan sebuah pintu kaca yang memiliki bingkai dari alumunium dan dinding kaca yang mengelilinginya. Dari luar ruangan, Munding bisa melihat kalau ini mungkin ruangan terbesar yang ada di gedung ini.

Shakur berdiri di depan pintu dan beberapa detik kemudian, pintu kaca itu terbuka secara otomatis. Shakur melirik ke arah Munding yang berada di sampingnya dan melangkah ke dalam. Munding mengikuti Shakur, tapi tetap dengan penuh kewaspadaan. Rasa tegang dan ancaman bahaya kini mulai terasa di seluruh permukaan tubuh Munding. Mirip seperti ketika kita hendak berdekatan dengan api unggun yang menyala besar.

Di dalam ruangan kaca berukuran besar itu, terdapat sebuah balkoni yang langsung menyambung dengan pintu masuk yang baru saja dilewati oleh Munding.

Di depan balkoni, terdapat ruangan yang luas dan berada satu lantai di bawah balkoni. Dengan berdiri di tempatnya, Munding dan Shakur bisa melihat dengan jelas semua kegiatan yang terjadi di lantai penelitian yang ada di depannya.

Di sebelah kanan balkoni terdapat sebuah ruangan kaca kecil yang berisi peralatan komputer dan beberapa orang peneliti yang dengan penuh perhatian memperhatikan kegiatan yang sedang terjadi di bawah.

Di sebelah kiri balkoni, ada sebuah tangga yang menuju ke lantai penelitian yang ada di bawah.

Shakur hanya melirik sekilas ke arah ruangan kontrol yang ada di sebelah kanan lalu dia berjalan menuju ke sebelah kiri, ke arah tangga turun. Munding mengikutinya tanpa kata, tapi kedua tanganya mulai menggenggam dan mengepal waspada. Dia tahu kalau semuanya akan terungkap setelah ini.

Apa pun rencana dan trik yang sedang Shakur lakukan terhadap dirinya.

Shakur dengan tenang menuruni anak tangga itu dengan pandangan menatap ke arah beberapa orang yang sedang sibuk mengelilingi sebuah meja operasi di tengah ruangan. Seseorang terlihat sedang berbaring di sana dengan kaki dan tangan terikat. Dia berbaring tak berdaya dan sama sekali tak terlihat tubuhnya bergerak, bahkan untuk sekedar mengambil napas.

Munding tahu apa yang terjadi.

Para bedebah Utopia ini sedang melakukan penelitian dan menggunakan manusia sebagai kelinci percobaannya. Ini sama kejinya dengan ulah para bedebah di Taman Eden yang menyiksa para korbannya dan dia lihat tadi.

Dengan cepat Munding melihat ke arah orang-orang berpakaian putih itu dan berusaha mencari buruannya. Sedari awal Munding tak melihat kalau ada sosok yang mengenakan topeng Clown berdiri di sana, maupun di dalam ruangan kontrol.

Itu artinya, Clown melepas topengnya atau dia memang tidak berada di sini.

Munding memperhatikan setiap orang yang berdiri mengelilingi meja operasi itu dan mencoba untuk mengenali intent mereka. Saat terakhir berjumpa dengan si Badut, dia masih petarung level inisiasi dan kalau Shakur tak berbohong kepada Biro atau Munding, sampai detik ini, Clown seharusnya masih tetap petarung inisiasi.

Dan Munding tak menemukan satu orang pun serigala petarung di antara orang-orang yang sekarang berada di meja operasi itu. Clown tak ada di sini.

Shakur berjalan mendekat ke arah orang-orang itu dan dengan tenang dia melihat ke arah si kelinci percobaan yang sudah tak bernyawa.

“Serum apa yang sedang kalian uji coba?” tanya Shakur.

Mereka terperanjat kaget saat melihat Shakur dan Munding di sini. Dua orang ini jelas bukanlah peneliti dari Laboratorium. Tampilan dan gelang yang mereka kenakan jelas menunjukkan kalau mereka adalah pekerja Utopia. Tapi tak mungkin pekerja biasa bisa masuk ke tempat ini.

Otak cerdas mereka dapat dengan cepat menganalisa kalau kedua orang yang tiba-tiba muncul di tempat ini bukanlah orang sembarangan. Mereka tanpa berkata apa pun langsung memberikan jalan dan berdiri di belakang salah satu laki-laki tua yang kelihatannya adalah peneliti senior dibandingkan yang lain.

“Kami tak bisa memberitahumu tanpa seizin Apostle, Tuan,” jawab si peneliti tua dengan tenang.

“Oke. Oke. Aku mengerti,” kata Shakur.

Shakur lalu melihat-lihat sendiri ke arah jenazah si kelinci percobaan dan terlihat berpikir. Tak lama kemudian dia mulai mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah mengerti sesuatu.

Psshhhhhhhh.

Tiba-tiba saja ada bunyi berdesis pelan yang terdengar di dalam ruangan ini dan berasal dari sebuah nozzle yang ada langit-langit tengah ruangan. Sama sekali tak ada bau atau pun sesuatu yang tercium setelah bunyi itu keluar.

Munding merasakan sebuah sensasi bahaya yang makin kuat setelah mendengar bunyi berdesis itu. Tapi karena tidak ada bau atau pun sensasi aneh yang dia rasakan, Munding mencoba menekan nalurinya tapi mulai meningkatkan kewaspadaannya.

“Hehehehehe.”

“Shakur, lama tak berjumpa,” terdengar suara tertawa yang dilanjut dengan sebuah kalimat dengan menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Asia yang kental.

“Clown, aku datang sesuai janji,” jawab Shakur datar.

“Aku tahu,” kata Clown sambil melirik ke arah Munding yang berdiri di belakang Shakur dengan mata yang berbinar-binar.

“Jadi?” tanya Shakur.

“Deal,” jawab Clown pendek dan tegas.

Sebuah senyuman tersungging di wajah Shakur yang mengerikan dengan bekas luka pecahan kaca saat bertarung melawan Tommy dulu. Senyuman itu lebih mirip dengan seringai yang membuat raut wajah Shakur menjadi terlihat jauh lebih licik.

Wuusshhhhhhhh.

Shakur memutar badannya dengan cepat dan melayangkan sebuah pukulan ke arah Munding yang ada di belakangnya.

“Cari mati!!” maki Munding.

Kedua tangan Munding yang sudah terkepal dari tadi dan siap untuk bertarung kapan saja, diselimuti oleh intent berwarna gelap dengan cepat. Lalu Munding pun menghindari serangan Shakur dan melayangkan kepalan tangannya yang dilapisi oleh manifestasi intent berwarna hitam.

Booommmm.

Suara ledakan terdengar di dalam ruangan itu. Shakur menangkis pukulan Munding dengan menggunakan lengan tangannya dan pertemuan antara manifestasi intent mereka berdua yang membuat suara ledakan keras itu terjadi.

Bzzztttttt.

Bayangan Shakur tiba-tiba menghilang. Munding meloncat mundur dengan cepat, dia tahu kalau Shakur adalah pengguna konsep kecepatan. Solusi yang perlu Munding lakukan adalah mundur dan gunakan domain untuk memperkuat pertahanan.

Hanya pertahanan yang kuat dan tak dapat ditembus yang mampu menghadapi pengguna konsep kecepatan seperti Shakur.

=====

Author note:

Nganu. Sorry ya gaess, saya ndak bakalan bisa lama-lama ngelapak sekarang.

Pokokke kalian nganu sendiri lah. Yuk ah, bye.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang