Chapter 97 - The End

3.3K 228 66
                                    

Tommy memaki lalu menjatuhkan dirinya ke tanah dengan cepat. Dia menggunakan konsep gravity-nya untuk membuat lantai parkiran yang ada di sekitarnya untuk melayang dan menyerang ke arah Munding yang baru saja melayangkan pukulan ke arahnya.

Beberapa bongkahan lantai cor itu melesat cepat ke arah Munding dan masuk ke dalam domain kegelapan miliknya.

Munding seolah tak mempedulikan serangan dari Tommy dengan menggunakan benda-benda keras tadi. Tapi dengan terpaksa dia mengurungkan serangan lanjutan yang akan dia gunakan untuk menyerang Tommy karena gangguan dari serangan balik dari musuhnya barusan.

Tommy sendiri tak melihat lagi ke arah benda yang dilemparnya dan langsung meloncat ke belakang setelah membuat beberapa batu tadi melayang ke arah Munding.

Tommy berusaha menjaga jarak dari Munding.

Bzzzttttt. Bzzzttttt. Bzzttttttt.

Sebuah bunyi berdesis yang agak kencang terdengar oleh Tommy dan membuatnya melihat ke arah suara itu berasal.

Saat itulah dia melihat sendiri apa yang terjadi dengan bongkahan lantai cor yang dia lemparkan ke arah Munding. Ketika benda itu memasuki domain milik Munding, mereka seperti sebongkah mentega yang diletakkan di dalam wajan yang panas, tapi bukan lumer dan menjadi cair, lebih tepatnya, bongkahan lantai cor itu seperti memudar begitu saja.

Dari sebuah benda nyata, batu itu berubah menjadi debu lalu menghilang.

Seakan-akan, di dalam domain Munding yang berwarna hitam pekat itu, tak ada benda apa pun yang bisa bertahan dan ada selain sosok Munding sendiri.

“Black hole? Luar angkasa? Konsep apa ini?” batin Tommy dalam hati masih kebingungan.

“Humph!!” Tommy lalu mendengus kesal dan membuang semua kebingungannya.

Dia menggerakkan tangannya dan sebongkah batu berukuran kepalan tangan melayang dengan cepat. Batu itu lalu mengambang di atas telapak tangan Tommy yang terbuka dan dengan sebuah gerakan cepat, dia menggenggamkan tangannya.

“Density,” kata Tommy pendek dan sebuah pemandangan yang menakjubkan pun terjadi.

Batu yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa itu seperti mendapatkan tekanan dari segala arah dan memaksanya menjadi mengecil dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Semakin lama, ukurannya makin mengecil dengan cepat. Dari sebelumnya yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa, kini batu itu berubah menjadi hanya seukuran jempol tangan saja.

Wujudnya juga berubah, yang awalnya berupa bongkahan batu, kini benda itu berubah semakin halus dan justru terlihat berkilat, seperti sebuah batu mulia yang sering dipajang dan diperjualbelikan dengan harga yang istimewa.

Tommy menggunakan konsep gravity-nya dan berusaha untuk meningkatkan densitas dari batu bongkahan yang melayang di atas telapak tangannya.

Densitas adalah sebuah konsep yang sangat sederhana dan didefinisikan sebagai sebuah perbandingan antara massa benda dan volumenya, dimana densitas sebanding dengan massa dan berbanding terbalik dengan volumenya.

Itu artinya, ketika Tommy menggunakan konsep gravity-nya untuk menekan bongkahan batu tadi menjadi berukuran lebih kecil, volume batu akan mengecil maka densitas dari si batu tadi akan meningkat.

Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan sebuah benda yang memiliki kekerasan luar biasa dan Tommy akan menggunakan benda itu sebagai projectile untuk menyerang Munding.

Hanya dalam hitungan detik, sebuah benda mengkilat berukuran ujung jari kelingking orang dewasa melayang dan berputar dengan cepat di atas telapak tangan Tommy, seperti sebuah peluru yang siap di tembakkan oleh pemiliknya.

Munding yang menahan serangannya karena beberapa bongkahan batu yang melayang ke arahnya tadi kini dapat melihat dengan jelas benda yang sekarang berada di atas telapak tangan Tommy.

“Munding, sekarang aku ingin tahu apakah domainmu bisa menghilangkan benda ini,” kata Tommy sambil tersenyum kecil dan mengayunkan tangan kanannya dengan cepat ke arah Munding.

Bagaikan sebuah peluru yang ditembakkan dari senapannya, batu berkilat yang berukuran hanya seujung jari kelingking itu melesat ke arah Munding dengan kecepatan luar biasa.

Bzztttttttttttttttt.

Bunyi berdesis yang keras terdengar ketika projectile yang dilontarkan oleh Tommy masuk ke dalam domain kegelapan Munding. Dan sama seperti sebelum-sebelumnya, dengan cepat dan tanpa diperintah oleh Munding, domain kegelapan miliknya yang hanya berukuran kecil itu langsung bekerja untuk menghilangkan ancaman yang kini datang mengancam.

Tak seperti tadi, saat berhadapan dengan bongkahan batu besar yang dilayangkan oleh Tommy secara acak, benda kecil ini seperti seekor kecoa yang membandel dan menolak untuk menyerah. Dia tetap melaju cepat di dalam domain Munding dan menuju ke arah tubuh Munding.

Sekalipun ada sebagian dari projectile itu terurai dan mulai hilang dalam domain Munding, tapi benda itu masih tetap melaju menuju sasarannya.

Munding berusaha untuk menggunakan tangannya untuk menahan benda itu tapi karena gerakan peluru yang sangat cepat, sebelum tangan Munding sempat memblokir arah peluru datang, benda itu sudah berjarak hanya beberapa cm dari dada Munding.

Sssshhhhhhhhhhhhh.

Bunyi berdesis yang pelan terdengar mengiringi ketika proyektil itu menembus masuk ke tubuh Munding dan membuatnya terhentak ke belakang.

Boooommmmm.

Munding terpelanting ke arah belakang sejauh 5 meter dan jatuh telentang di atas lantai parkiran mobil tempat dia dan Tommy bertarung.

“Hahahahahahahahaha,” Tommy tertawa lalu melesat ke arah Munding dengan cepat.

Munding merasakan sakit luar biasa dari arah dada kanannya yang terkena serangan proyektil itu. Darah mengalir deras dari luka yang ada di dadanya dan nafasnya terasa sesak. Domain miliknya sudah terurai dan tak lagi aktif, hanya manifestasi intent yang berwujud aura kehitaman dan menyelimuti seluruh tubuhnya yang masih terlihat.

Telapak tangan Tommy membentuk cakar dan mencengkeram ke arah bawah. Seiring dengan gerakan tangannya, sebuah bongkahan batu besar yang berada di bawah telapak tangannya itu retak dan terpisah dari lantai coran.

“Waktunya tiba, Kawan,” kata Tommy sambil menyeringai dan mengangkat tangan kanannya keatas.

Seiring dengan gerakan tangannya, bongkahan batu yang berukuran besar itu melayang ke arah atas tubuh Tommy yang kini berdiri di sebelah Munding.

Munding masih terbaring telentang di atas lantai dengan napas yang terengah-engah dan dada kanan yang terasa sakit. Ketika dia melihat Tommy berdiri dengan sebuah bongkahan batu besar yang melayang di belakang kepalanya, Munding berusaha meloncat bangun tapi tak bisa.

Seluruh tenaganya seperti hilang entah kemana. Dia sudah mencapai limitnya.

Munding melihat kearah Tommy yang tersenyum menyeringai dengan tangan kanan yang terangkat keatas. Dengan sebuah gerakan yang cepat, Tommy mengayunkan tangan kanannya ke bawah. Bersamaan dengan gerakan tangannya itu, bongkahan batu yang melayang di bagian belakang kepalanya melesat turun ke arah Munding yang masih terbaring di lantai coran.

Boooooommmmmmmmmm.

Suara keras terdengar menggelegar di lantai parkiran ini sesaat kemudian.

Debu-debu beterbangan dan menutupi pandangan siapa pun yang berusaha melihat ke arah tempat pertarungan ini terjadi.

Apakah Munding akan menemui akhirnya di tempat yang jauh dari rumahnya ini?

=====

Author note:

Nggak ada.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang