Gadis penerima tamu membawa Klan Takeda ke pintu tengah. Pintu VIP yang dikhususkan oleh Kongzi untuk tamu undangan dengan level serigala petarung tahap manifestasi beserta rombongannya.
Hanya ada seorang kakek tua yang berdiri disana dengan Chang Pao berwarna hitam ditemani dua orang gadis muda yang berdiri di sebelah kiri dan kanannya. Ketika si kakek melihat ke arah rombongan Klan Takeda, dia tersenyum.
Si Kakek membungkukkan badannya ke arah rombongan Takeda dan dibalas dengan postur yang sama oleh kedua pimpinan rombongan.
“Aku Sun Bo Kong mewakili Kongzi untuk mengucapkan terimakasih atas kedatangan kalian, kami merasa tersanjung,” kata si Kakek dengan menggunakan bahasa Mandarin sambil mengepalkan tangan kiri dan mengenggamnya dengan tangan kanan di depan dadanya.
Salah satu gadis yang berdiri di sebelah si Kakek menerjemahkan kata-kata Sun menggunakan bahasa Jepang agar dimengerti oleh rombongan Takeda. Ketika Takeda Nobuyuki dan Takeda Yoshinobu, kedua petarung manifestasi dari Takeda, mendengar kata-kata gadis itu, mereka tersenyum cerah.
“Kami juga merasa tersanjung telah mendapatkan kehormatan untuk menghadiri acara ini,” jawab Nobuyuki.
Si gadis yang menjadi penerjemah bergumam pelan dengan menggunakan bahasa Mandarin kepada Sun. Mereka semua terlihat senang dan tertawa kecil setelah bertukar kalimat kesopanan tadi. Sun memiringkan badannya dan mundur selangkah sambil membuat gesture mempersilahkan dengan tangan kanannya.
“Arigatou,” jawab Nobuyuki sambil berjalan masuk ke dalam Aula.
Ketujuh orang rombongan itu berjalan dan masuk ke dalam aula termasuk Munding. Tapi ketika Munding berjalan tepat di samping Sun, tiba-tiba saja, tangan Sun bergerak cepat dan memegang lengan Munding.
“Ini?” tanya Sun.
“Dia kawan kami,” jawab Chiyo yang berjalan di sebelah Munding dengan bahasa Mandarin.
“Berapa bahasa yang dikuasai oleh Kunoichi ini?” kata Munding dalam hati.
Dia sama sekali tak mempedulikan Sun, karena Munding tidak takut dengan ancaman Sun sama sekali. Lagipula, dalam hati kecil Munding, dia memang sengaja ingin membuat onar di acara ini. Bagaimana tidak? Hanya satu undangan diberikan kepada negaranya, dia ditelantarkan di bandara, tak ada satu orang pun dari pihak panitia yang berkompeten datang untuk memberikan penjelasan kepada dirinya setelah semua insiden itu.
“Kalian yang mengundangku tapi memperlakukan aku seperti ini,” kata Munding dalam hati sambil melihat ke arah Sun.
“Kenapa?” tanya Munding dalam bahasa Indonesia, dia tak peduli jika lawan bicaranya paham atau tidak.
Sun menolehkan kepalanya ke arah gadis penerjemah di sebelahnya, dan si gadis lalu menjawab dengan bahasa Mandarin yang menjelaskan kata-kata Munding ditambah sedikit informasi tentang asal-usul Munding. Munding juga mendengar si Gadis mengucapkan kata ‘Indonesia’ kepada Sun.
“Maaf Nona, tapi dia bukan dari Klan Takeda. Kalian punya enam undangan saja dan itu kuota kalian sudah penuh,” jawab Sun.
Kelima orang anggota Klan Takeda melihat semua ini seperti sebuah pertunjukkan dan terlihat sama sekali tak ingin membantu. Munding menyadari itu. Satu-satunya yang benar-benar ingin membantunya dalam situasi ini hanyalah Chiyo.
Munding yang terdiam dan sama sekali tak mengerti percakapan antara Sun dan Chiyo. Munding lalu memegang pergelangan tangan Sun yang masih mencengkeram lengan tangan kanannya.
Munding memegang kuat dan meremas tangan itu. Sun yang awalnya tidak mengindahkan gerakan Munding, tiba-tiba merasakan tangannya terasa sakit karena pegangan tangan Munding.
“Ini …” Sun kaget.
Untuk menyambut kedatangan petarung manifestasi, sangatlah tidak sopan jika mereka hanya menyuruh petarung inisiasi atau bahkan petarung awakening di pintu VIP ini. Karena itulah Sun berada disini. Dia adalah salah satu tetua Kongzi dan merupakan serigala petarung tahap manifestasi.
Tapi, dari tugas yang diberikan ini, bisa dilihat kalau Sun adalah Tetua terlemah diantara para tetua Kongzi. Meskipun begitu, sebagai salah satu Tetua, Sun memiliki otoritas tak terbantahkan dalam organisasi ini.
“Lepaskan!!” teriak Sun sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Munding tapi tak berhasil sejak tadi.
Munding tetap tak bergeming dan semakin kuat meremas pergelangan tangan Sun sampai kakek tua itu melepaskan pegangan tangannya ke lengan Munding. Di deretan tamu biasa yang berada di sebelah kiri dan kanan pintu VIP, semua orang melihat Munding dengan tatapan tak percaya.
“Siapa orang ini? Berani sekali dia berbuat onar di markas Kongzi?” mungkin seperti itu isi kepala mereka yang menyaksikan aksi Munding.
Kedua gadis penerjemah yang berada di sebelah Sun juga terkejut. Mereka tahu identitas dari kakek tua yang menjadi bos mereka saat ini. Siapa anggota Kongzi yang tak mengenal si kakek tua ini, hanya dialah satu-satunya anggota dari sembilan tetua yang masih sering ikut campur urusan Kongzi, tentunya selain Cui Lan Seng yang menjadi ketua Kongzi.
“Lepaskan!!!” Sun berteriak makin keras karena usahanya juga tak membuahkan hasil.
Sun sendiri sebenarnya merasa keheranan. Dengan kemampuannya sebagai seorang petarung manifestasi, seharusnya dia dapat dengan mudah melepaskan diri dari genggaman tangan laki-laki di depannya itu. Tapi dia sama sekali tak bisa melakukannya.
Itu artinya, laki-laki yang terlihat layak untuk menjadi cucunya itu, adalah seorang petarung manifestasi juga.
“Berhasil menjadi petarung tangguh dalam usia semuda itu?” Sun merasa kaget, tak percaya, dan malu sekaligus.
Bagaimana tidak, lihatlah dirinya sendiri atau dua petarung manifestasi dari Takeda, mereka bertiga memang petarung manifestasi, tapi mereka semua adalah fosil langka yang sudah berbau tanah. Hanya menunggu giliran siapa yang akan melayat siapa.
Di saat Sun masih berusaha melepaskan tangannya di bawah tatapan sinis Munding, dua sosok orang terlihat berjalan dari dalam Aula ke tempat ini.
“Ada yang memberitahu kalau terjadi keributan disini? Ini Kongzi, tolong berlakulah sopan dan hormati kami,” sebuah suara terdengar menggelegar dan memekakkan telinga.
Munding sama sekali tak mengindahkannya, toh dia tak paham bahasa Mandarin. Dia masih saja menatap sinis ke arah Sun yang sekarang sudah pasrah dan hanya bisa tertunduk malu di depan Munding.
Beberapa puluh pengawal berbaju Changpao hitam terlihat berlari dan mengitari Munding dan Sun. Chiyo sendiri sudah dipanggil oleh senior dari Klan Takeda agar menuju ke rombongan mereka.
Kini hanya tinggal Munding yang memegang pergelangan tangan Sun yang berada di depan pintu masuk Aula itu. Dua buah pintu biasa yang berada di sebelah kiri dan kanan pintu VIP sudah lama ditinggalkan petugasnya dan para tamu yang tadi mengantri disana.
Mereka semua melihat dengan tatapan penuh antisipasi ke tengah-tengah teras Aula ini. Menunggu reaksi dari sosok pemuda yang menggunakan pakaian seadanya dan datang ke tempat ini untuk membuat onar.
“Humph,” Munding membuang napas sambil melihat ke sekelilingnya yang kini dipenuhi penjaga dengan level bervariasi.
Setelah beberapa saat dia kembali mengalihkan pandangan matanya ke arah dua orang yang baru saja datang. Munding mengenal salah satunya. Si kakek tua berjanggut yang pernah ditemuinya dalam dunia khayalan dulu. Cui Lan Seng.
=====
Author note:
Ndak ada. Wkwkwkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...