Chapter 71 - A Liang

3.1K 227 234
                                    

Tok tok tok.

Sebuah suara ketukan terdengar di pintu kamar hotel Munding. Munding yang barusan membersihkan diri di dalam kamar mandi memakai bajunya dan berjalan pelan ke arah pintu kamar hotelnya.

Cklek.

Di depan pintu, seorang laki-laki yang mengenakan setelah jas hitam dan berkacamata hitam terlihat menyunggingkan senyumnya ramah.

Munding tak mengenal orang itu dan dia tahu kalau laki-laki di depannya ini bukanlah anggota Klan Takeda. Mereka memiliki ‘feel’ yang berbeda. Pengawal dari Klan Takeda selalu terlihat suram dan khidmat, sedangkan laki-laki ini lebih rileks dan kurang disiplin.

“Aku tak bisa bahasa Mandarin, apakah kamu bisa berbahasa Inggris?” tanya Munding.

Laki-laki berjas hitam yang berdiri di depan Munding menganggukkan kepalanya, “Ya, aku bisa.”

“Oke. Mau masuk ke dalam?” tanya Munding.

Dengan cepat, si laki-laki berjas hitam mengibaskan tangannya sebagai tanda penolakan atas undangan Munding, “Nama saya A Liang. Saya dari Kongzi. Kongzi sudah menyediakan akomodasi untuk Anda. Bisakah Anda ikut dengan saya?” tanya A Liang.

A Liang adalah anak buah Kongzi yang ditugaskan untuk menjemput Munding di bandara tapi justru melakukan ‘prank’ atas permintaan Neo tadi. Dia panik setelah melihat Munding ikut dengan rombongan Takeda dan akhirnya memutuskan untuk melakukan tugasnya. Itulah yang membawa A Liang ke depan pintu kamar hotel Munding.

Bagi A Liang yang memang warga asli Qu Fu, sangatlah mudah mendapatkan informasi dari hotel yang ditempati oleh Klan Takeda. Para pegawai hotel itu memberikan informasi yang diminta oleh A Liang tanpa curiga.

Munding kaget.

“Kalian menelantarkan aku di Bandara. Kini setelah aku sampai di lokasi dan mendapatkan tempat untuk bermalam, kalian datang ke depan pintuku seolah-olah tak terjadi apa-apa,” kata Munding.

A Liang kehabisan kata-kata. Munding menyampaikan fakta dan A Liang tak bisa membantahnya.

“Aku tak tahu kalau seperti ini adat kalian saat menyambut tamu,” lanjut Munding.

Saat A Liang mendengar nada ketus dan muka datar Munding, dia tahu kalau ini akan menjadi masalah bagi dirinya. A Liang membungkukkan badannya dan mengucapkan ‘sorry’ berkali-kali. Munding menarik napas panjang ketika melihatnya.

Munding tahu kalau seseorang seperti A Liang bukanlah master-mind dari semua ini. A Liang tidak mempunyai cukup otoritas untuk berani melakukan apa yang dia lakukan tadi. Ada seseorang yang mencoba memancing di air keruh di sini.

“Aku tahu ini bukan idemu, tapi aku tak bisa menerima ajakanmu. Klan Takeda mengundangku dan aku menghormati mereka,” kata Munding tak lama kemudian.

“Tapi …,” kata-kata A Liang terhenti.

A Liang melihat beberapa orang berjalan di koridor hotel ini. Mereka adalah para serigala petarung dari Klan Takeda. Ketika mereka melihat seorang laki-laki tak dikenal berdiri di depan kamar Munding, mereka langsung bergerak cepat dan menuju ke arah sini.

“Siapa kamu?” sebuah pertanyaan dengan suara yang keras terdengar tak lama kemudian.

A Liang mencoba untuk melarikan diri dengan memutar tubuhnya ke arah kanan dan melesat menuju pintu keluar darurat yang ada disana.

Munding hanya melirik sekilas ke arah suara teriakan tadi berasal dan melihat Chiyo beserta beberapa orang lainnya datang dari sana. Chiyo berhenti di depan pintu kamar dan melihat ke arah Munding.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang