Chapter 37 - Anomaly part 3

3.2K 233 39
                                    

Nurul terdiam ketika mendengar kata-kata nalurinya.

Dia menarik napas panjang lalu menjawab, “aku tidak sedang dalam kondisi kritis. Aku juga tidak membutuhkanmu. Aku punya Mas Munding.”

Nurul memang benar-benar jujur kali ini.

Dia tak ingin dan tak pernah ingin menjadi seorang serigala petarung. Dia tak butuh naluri predator yang siap membantunya kapan saja untuk bertahan hidup tapi akan membuatnya menjadi pembunuh berdarah dingin. Nurul tak akan pernah mau dan tak akan pernah sanggup melakukan itu.

Nurul mungkin gadis yang naif dan percaya kalau kekerasan bukanlah solusi dari segalanya. Nurul juga tipe gadis udik yang selalu beranggapan bahwa semua orang itu baik dan tak pernah curiga kepada siapa pun.

Mungkin itu semua karena memang Nurul tinggal di desa dimana penduduknya juga hanya itu-itu saja. Tapi, dia punya prinsip dan dia mempertahankannya.

Mendengar jawaban tadi, ‘Nurul’ seolah tak percaya ketika Nurul menolaknya, dia menatap Nurul dengan tatapan meminta penjelasan. Nurul yang melihat reaksi ‘Nurul’ hanya tersenyum kecil.

“Aku tidak membutuhkanmu,” ulang Nurul tegas setelah dia terdiam selama beberapa saat dan masih tersenyum kecil.

“Tapi…” sosok itu terlihat ingin membantah.

“Aku… Tidak… Membutuhkanmu…” potong Nurul cepat sambil mendekat ke arah nalurinya yang terlihat bingung.

Nurul memeluk nalurinya sendiri dengan sebuah senyuman kecil di bibirnya dan wajah yang terlihat damai. Dia sudah mengambil keputusan dan dia tak akan pernah menyesalinya. Keputusan yang dia ambil bertahun-tahun lalu.

“Terima kasih karena telah melindungiku.”

“Terima kasih karena telah merasakan empati untuk setiap rasa sakit yang kurasakan.”

“Tapi aku tidak apa-apa.”

“Aku sadar sekarang. Sekalipun aku harus merasakan rasa sakit ini lagi.”

“Sekalipun aku diberikan kesempatan kedua untuk mengulanginya lagi.”

“Aku akan tetap mengambil keputusan yang sama.”

“Aku tak akan pernah menyesalinya.”

‘Nurul’ hanya terdiam saat dia mendengar Nurul membisikkan kata-kata itu ke telinganya sambil memeluknya tadi. Dia sedikit kaget dan terkejut. Dia tahu kalau keputusan Nurul sudah bulat dan dia tak akan bisa mengubahnya.

Sosok ‘Nurul’ yang sebelumnya seperti diselimuti kabut tipis berwarna kehitaman dan memancarkan aura gelap dan naluri seorang pemangsa, pelan-pelan seperti memudar. Sedikit demi sedikit, sosok ‘Nurul’ berubah menjadi sosok transparan yang bening dan bercahaya, seperti sebuah boneka mannequin yang terbuat dari kaca, bening dan bersih.

‘Nurul’ yang merasakan perubahan pada dirinya makin terkejut dan melihat ke arah sosoknya sendiri.

“Apa ini?” tanya ‘Nurul’ ke arah Nurul.

Nurul tentu saja tak bisa menjawabnya, dia justru tertarik dan memperhatikan sosok ‘Nurul’ dengan lebih seksama setelah berubah dari wujud yang diselimuti kabut gelap menjadi sosok ‘Nurul’ yang menyerupai boneka kaca.

“Aku tidak tahu. Seharusnya kamu lebih tahu kan?” tanya Nurul.

“Aku juga tidak tahu,” jawab ‘Nurul’.

Mereka berdua terdiam. Nurul tak lagi melihat aura ganas dan brutal dari naluri yang berdiri di depannya. Nurul justru merasakan kalau nalurinya sekarang seperti memberikan aura yang menyerupai dirinya.

“Bolehkah aku tetap menemanimu dan tidak tertidur lagi?” tanya ‘Nurul’.

Nurul menganggukkan kepalanya, “tapi kamu tahu kan apa prinsipku?”

Sang Naluri pun menganggukkan kepalanya dan tubuhnya lalu perlahan-lahan memudar dan menghilang. Nurul melihat ke dunia di sekelilingnya yang kini tak lagi bernuansa gelap temaram, tapi suasanya menyerupai pagi yang cerah, hangat dan ceria.

Tapi Nurul hanya memiliki kesempatan menikmati tempat ini selama beberapa detik sebelum akhirnya kelelahan menyerangnya dan dia merasakan rasa capek yang luar biasa. Rasa yang membuat tubuh Nurul terasa berat dan tanpa bisa melawan, dia terjatuh di tempatnya berdiri, tak sadarkan diri.

Tak ada yang tahu bahwa sebuah kejadian aneh telah terjadi pada Nurul sore itu.

Sebuah anomaly yang mungkin sangat jauh dari perkiraan dan bayangan para serigala petarung pada umumnya.

Normalnya, ketika seorang serigala petarung mengalami proses awakening, opsi yang tersedia adalah mereka sama sekali tak bisa melakukan kontak dengan naluri predatornya, yang berarti mereka gagal menjadi serigala petarung. Opsi kedua, mereka berhasil bertemu dengan naluri predatornya tapi kesadaran diri mereka justru ditelan oleh nalurinya, kondisi ini disebut berserk dan mereka harus dieksekusi. Opsi ketiga adalah mereka berhasil untuk bertemu dan bersinergi dengan naluri predatornya. Dengan kata lain, sebuah hubungan simbiosis akan tercipta antara kesadaran diri dan naluri.

Opsi ketiga adalah apa yang disebut sebagai sebuah proses awakening yang sukses. Sang Serigala Petarung telah melakukan koneksi dengan naluri predatornya yang sebagai timbal balik akan memberikan akses untuk meningkatkan kemampuan fisik dan bertarung sang Serigala Petarung sendiri. Ini juga yang dialami oleh Munding dalam proses awakeningnya.

Nurul adalah sebuah anomaly.

Nurul bertemu dengan naluri predatornya dan dia menolaknya. Nurul tak ingin menjadi serigala petarung dan dia tak pernah memiliki ambisi untuk dipuja menjadi seorang pahlawan ataupun seorang jawara. Nurul puas dengan hidupnya selama ini.

Karena itu, Nurul menolak tawaran naluri predatornya yang berjanji akan memberikan perlindungan dan semua kelebihan yang mungkin akan Nurul dapatkan sebagai seorang serigala petarung dengan sebuah pengorbanan, Nurul harus melepaskan rasa yang dia miliki untuk Munding.

Pada titik ini, seharusnya naluri predator Nurul akan memangsa kesadaran diri Nurul dan membuat Nurul mengalami berserk. Sosok buas yang kehilangan kesadaran diri dan sepenuhnya dikuasai oleh naluri binatang buas.

Tapi, yang terjadi justru sebaliknya, entah bagaimana caranya, Nurul mengubah sifat dasar naluri predatornya, dia mengubah sifat bawaan sang naluri yang awalnya buas, posessif dan egois menjadi sesuatu yang lebih pure, sederhana dan polos.

Dan akhirnya proses awakening yang unik dan mungkin belum pernah terjadi dalam sejarah serigala petarung telah dilakukan oleh Nurul di sore hari yang cerah dan tak terduga ini.

=====

“Dia hanya kecapekan saja kok Pak,” kata seorang dokter wanita berjilbab yang baru saja memeriksa Nurul di kamarnya.

“Jadi nggak pa-pa kan Dok?” tanya Munding masih dengan raut muka panik.

Amel memperhatikan percakapan suaminya dan Bu Dokter sambil menggendong Alit yang terlelap di pelukan Amel. Amel menepuk-nepuk punggung Alit dan membiarkan si bocah kecil itu menyenderkan kepalanya ke pundak Amel dan sesekali air liur akan membasahi baju Amel di bagian pundaknya.

“Sini gantian Mel,” pinta Munding sambil menjulurkan kedua tangannya.

Munding pun menerima Alit dari tangan Amel lalu mengecup kening anaknya pelan sebelum akhirnya meletakkan si Alit dalam dekapannya. Setelah Alit berada di tangan Munding, Amel lalu masuk ke dalam kamar dan memeriksa keadaan Nurul.

Tiba-tiba saja, Alit terbangun dari tidurnya dan terlihat bergerak ingin menuju ke dalam kamar, saat Munding membuka pintu, saat itulah sebuah tekanan yang kecil dan tidak signifikan tapi membuat Munding mengrenyitkan dahi datang.

Sebuah tekanan intent dan saat Munding melirik ke arah sumber intent itu berasal, mulutnya terbuka karena tak percaya, tekanan intent itu datang dari Nurul yang baru saja tersadar.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang