Chapter 88 - Different Level part 1

3.4K 191 34
                                    

Beberapa detik sebelumnya, di dalam dunia ilusi yang diciptakan dengan teknik Tian Di oleh Cui Lan Seng.

Tommy berdiri di depan Jian dan terlihat serius. Dia harus mengakui kalau Jian adalah lawan terkuat yang pernah dia hadapi, sejak dulu.

Bagi Tommy, Jian seperti sebuah gunung tinggi yang harus didaki. Sebuah gunung yang harus ditaklukkan, sebelum dia mengembangkan sayap dan terbang melanglang buana. Jian adalah satu-satunya orang di mata Tommy yang bisa menjadi penghalang bagi dirinya.

Ancaman yang diberikan oleh Jian kepada Tommy, berbeda dengan ancaman yang diberikan oleh Cahaya seperti yang diprediksi oleh Kelly. Tommy tahu kalau Cahaya, yang disebut sebagai musuh besar Utopia, hanya akan memberikan ancaman terhadap keberlangsungan organisasi ciptaannya.

Cahaya mungkin akan membawa kehancuran kepada Utopia, tapi Cahaya tak akan pernah mampu mengancam eksistensi dirinya, tidak seperti Jian yang sekarang berdiri di hadapannya.

Jian berbeda.

Jian mungkin tak masuk dalam hitungan Kelly akan memberikan ancaman bagi Utopia, tapi bagi Tommy pribadi, jika dia ditanya, siapakah kira-kira yang mungkin akan mampu menghabisi dirinya dalam duel hidup-mati, Tommy akan menyebut nama Jian tanpa ragu.

Tommy merasakan sensasi rasa putus asa untuk pertama kali dalam hidupnya saat dia berduel dengan Jian pertama kalinya beberapa tahun lalu.

Jian adalah orang pertama yang membuat Tommy kehilangan semua kepercayaan diri atas kemampuan legendary concept yang Tommy miliki dan mampu membuatnya mendominasi Eropa.

Saat itulah Tommy memutuskan bahwa salah satu cita-cita terbesar dalam hidupnya adalah untuk mengalahkan Jian. Karena itu, dia kembali lagi dan lagi untuk menantang si Kakek Tua itu, hanya untuk mendapatkan kemenangan yang selalu dia cita-citakan.

“Tommy, kamu harusnya tahu kalau kamu bisa datang kapan saja. Kenapa memilih saat ini? Kenapa juga kau harus sekeji itu membantai orang-orangku?” tanya Jian dengan raut muka kecewa.

Tommy hanya tertawa, “Aku akan menjawab pertanyaan itu, jika kau bisa mengalahkanku seperti dulu,” jawab Tommy.

“Huft,” Jian hanya membuang napas panjang.

Tak seperti saat berhadapan dengan Munding, kali ini Jian terlihat serius. Dia membuka baju Changpao yang dia pakai dan hanya bertelanjang dada. Dibalik raut mukanya yang dipenuhi keriput, kepala botak dan jenggotnya yang panjang, tubuh Jian sama sekali di luar dugaan. Jian berbadan kekar dan puluhan bekas luka terlihat di sana-sini memenuhi sekujur tubuhnya.

“Jian, konsepku sangat mudah ditebak, sejak pertama kali dulu, kau dengan mudah menebak kalau aku adalah pengguna gravitasi. Tapi sampai detik ini, aku sama sekali belum tahu konsep yang kau gunakan,” kata Tommy sambil tersenyum kecil dan mengulurkan tangan kanannya ke depan.

“Kau tak perlu mengerti, cukup mengatasinya saja. Aku juga sama sekali tak berniat mengatakannya kepadamu,” jawab Jian datar sambil mengangkat satu tangan kanannya ke atas.

Dua orang saling berhadapan dan berdiri. Satu orang mengulurkan tangan kanannya ke depan, sedangkan satu orang lagi mengangkat tangan kanannya keatas.

Dan duel antara Jian dan Tommy pun dimulai.

“Heavy!!” teriak Tommy sambil menekan telapak tangannya yang terulur ke depan ke arah bawah, seperti sebuah gerakan tangan saat sedang menekan sesuatu.

“Qie!” teriak Jian mengimbangi serangan Tommy sambil mengayunkan tangan kanannya yang tadi teracung ke arah bawah, tepat ke arah tempat Tommy berdiri.

Boooommmmmm.

Craassshhhhhhhhhh.

Jian merasakan tekanan luar biasa di seluruh tubuhnya akibat teknik ‘Heavy’ yang digunakan oleh Tommy. Sesuai namanya, dengan teknik ini Tommy menggunakan konsep gravitasi untuk memberikan sensasi tekanan ke arah bawah sesuai arah gravitasi normal. Tetapi, aspek yang paling mengerikan adalah, Tommy menambahkan tarikan gravitasi normal itu menjadi 2G atau dua kali daya tarik gravitasi.

Itu artinya, saat terkena teknik Heavy milik Tommy, siapapun akan merasakan tubuhnya menjadi lebih berat 2 kali lipat daripada biasanya. Terkesan penambahan yang kecil dan sederhana, tapi faktanya siapa pun akan jatuh terjerembab ke tanah jika tiba-tiba saja mendapatkan beban seberat dirinya sendiri.

Jian tersenyum. Ini bukan kali pertama dia menerima teknik ini. Meskipun dia harus menahan ekstra gravitasi dengan seluruh tubuhnya, tapi Jian masih mampu bertahan dengan kuda-kuda wushu-nya yang kokoh.

Di lain pihak, ketika Tommy mendapatkan serangan Qie milik Jian, dengan cepat tangan kirinya bergerak ke arah depan seperti sedang menepis sesuatu. Seiring dengan gerakan tangan kirinya, lantai arena yang ada di dunia ilusi ini retak dan terangkat mengikuti gerakan tangan Tommy.

Ketika sabetan intent Jian datang ke arahnya dengan teknik Qie tadi, Tommy menggunakan lantai arena yang tebal dan solid itu untuk memblokirnya. Sekalipun Tommy tahu kalau tameng yang dia gunakan tadi tak akan bertahan dari serangan Jian.

Seperti dugaannya, ketika teknik Qie mengenai tameng Tommy, dengan mudahnya lantai arena yang keras itu terbelah menjadi dua, seperti sebuah tahu yang diiris dengan menggunakan pisau.

Tommy meloncat mundur lalu menggunakan kedua tangannya dengan teknik yang sama seperti sebelumnya. Kedua tangan Tommy disapukan dari arah samping bawah tubuhnya lalu disilangkan di depan dada.

Seiring dengan gerakan kedua tangan Tommy, lantai arena yang ada di sebelah kiri dan kanan Tommy bergerak membentuk tameng baru dan melindungi dirinya dari serangan Jian. Ketika Tommy menyilangkan kedua tangannya di depan badan, seperti sebuah kaleng minuman yang terkena tekanan atau diremas oleh seseorang, lantai arena yang menjadi tameng Tommy juga seperti diremas oleh sesuatu dan dipadatkan, menjadikannya semakin solid dan keras.

Tameng baru inilah yang berhasil menghentikan serangan Jian.

Tommy menurunkan kedua tangannya dan lantai arena yang dipengaruhi konsep gravitasi miliknya kembali luruh ke bawah. Pandangan Tommy yang tadi terhalang oleh tameng miliknya sendiri, kini kembali terbuka ketika benda itu sudah jatuh ke bawah.

Dan Tommy menemukan Jian sudah berada tepat di depannya sambil tersenyum kecil. Tangan kanan Jian membentuk pisau jari dan dia terlihat memasang kuda-kudanya untuk melakukan serangan Cui andalannya dalam jarak kurang dari 2m.

“Bagaimana bisa dia terlepas dari teknik Heavy milikku? Secepat itu dia bergerak untuk mendekatiku dan memanfaatkan pandangan mataku yang tertutup oleh tamengku tadi?” gumam Tommy dalam hati.

“Cui,” gumam Jian pendek dan pelan, seperti suara seorang kakek tua yang sedang bergumam tak jelas karena alasan yang tak jelas juga.

Muka Tommy langsung pucat pasi seketika, dia harus mengambil keputusan cepat dan mengeluarkan teknik terkuatnya, jika tidak, tak akan ada lagi Tommy sesaat lagi.

Jian menusukkan pisau jari tangan kanannya dengan cepat ke arah dada kiri Tommy, tempat dimana jantung setiap manusia berada.

Sebuah kekuatan yang tak terlihat dan kasat mata tapi benar-benar ada, bergerak dengan cepat menuju ke arah dada kiri Tommy.

“World of Gravity!” teriak Tommy dengan cepat dan melepaskan semuanya.

=====

Author note:

Satu chapter dulu ya gaess hari ini.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang