Seperti dugaan Munding, tiba-tiba saja, si ninja wanita itu melesat mundur ke belakang, ke arah pepohonan lebat yang ada di sana.
“Humph!!” Munding membuang napas kesal, sudah bukan waktunya lagi untuk main-main.
Setelah Yuki menjejakkan kakinya ke tanah dengan kuat tadi, tubuhnya melayang ke belakang dengan cepat, dia merasakan punggungnya terkena ranting-ranting pohon yang ada di belakangnya, tapi dia tak peduli.
Petarung inisiasi bukanlah seperti petarung manifestasi yang bisa membuat intent mereka menjadi sesuatu yang nyata. Untuk petarung manifestasi, mereka bisa dengan mudah menggunakan intent mereka untuk melapisi seluruh tubuh mereka sehingga tak akan mengalami luka atau cidera saat berbenturan dan tergores ranting seperti Yuki barusan.
Yuki mengatupkan rahangnya dan menahan rasa perih di punggungnya. Setelah tenaga lentingan dari tolakan kakinya tadi menghilang, Yuki memutar tubuhnya dan berlari dengan cepat.
Baru beberapa langkah Yuki berlari setelah memutar tubuhnya, langkahnya terhenti. Dia melihat sosok Munding sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Tak ada lagi senyuman di bibir laki-laki itu.
Yuki menarik napas panjang lalu dengan cepat mengubah arahnya ke sebelah kirinya. Dia berusaha untuk berlari lebih cepat, menjejak lebih kuat dan menggunakan semua kemampuan otot tubuhnya untuk mendapatkan kecepatan yang lebih, tapi…
Sosok itu sudah kembali berdiri di depan Yuki tanpa ekspresi, seperti hantu yang selalu menghalangi lari sang tokoh utama di film horror murahan yang menggunakan paha dan dada sebagai daya tarik mereka.
Sebelum Yuki berusaha melarikan diri lagi, Munding membuka mulutnya, “Sudahlah. Usahamu akan sia-sia,” kata Munding.
Langkah Yuki pun terhenti.
Munding terus memonitor fluktuasi intent yang keluar dari tubuh Yuki, dan kali ini dia tahu kalau kunoichi ini benar-benar sudah menyerah. Tak ada lagi trik-trik yang dia gunakan untuk berusaha melarikan diri.
“Hanya karena kamu seorang wanita, aku bersikap sedikit lunak. Jangan menyia-nyiakan niat baikku. Ikuti aku!” gumam Munding sambil berjalan, kembali ke arah komplek surga dunia milik Utopia yang baru saja diserang oleh tim gabungan Biro dan Militer.
Kali ini Yuki benar-benar putus asa dan menyerah. Setelah dua kali dia memperhatikan pergerakan Munding tadi, dia tahu kalau dengan kemampuannya saat ini, suatu kemustahilan bgai Yuki untuk bisa melewati Munding dan melarikan diri.
=====
12 jam kemudian.
Di sebuah ruangan yang terlihat tanpa jendela dan hanya memiliki sebuah pintu saja, 9 orang terlihat sedang duduk sambil menundukkan kepala mereka. Mereka adalah ketujuh petarung inisiasi Utopia dan 2 orang pentolan Utopia yang berhasil diringkus oleh Afza beserta timnya.
Salah satu dinding ruangan itu terbuat dari kaca satu arah yang terlihat seperti cermin bagi semua orang yang berada di dalam ruangan, tapi siapapun orangnya yang pernah menonton film aksi, pasti bisa menebak kalau dibalik kaca itu, sekumpulan orang pasti sedang mengamati semua orang dalam ruangan ini dan sedang membahas tindakan apa yang akan mereka lakukan.
Dan memang itulah yang terjadi.
Ada empat orang yang berada di balik kaca itu, Munding, Dirman, Arya dan Afza. Sekalipun Biro didirikan oleh pemerintah dan merupakan badan independen yang terlepas dari campur tangan polisi ataupun militer, tapi semua orang tahu kalau militer lah yang selalu membackup operasional Biro.
Dan di saat kasus yang lumayan besar dengan ancaman resiko yang dianggap bisa membahayakan kedaulatan negara sedang berlangsung, tak urung, dua legenda dari militer harus turun tangan. Nasution pergi ke mahkamah militer untuk membereskan kelakuan para prajuritnya yang semena-mena, sedangkan Dirman kebagian jatah untuk mensupervisi proses interogasi petarung.
Dan disinilah Dirman sekarang, bersama tiga orang petarung yang usianya lebih jauh dari mereka dan bahkan salah satunya lebih kuat dibandingkan dirinya sendiri.
“Pada akhirnya, yang muda akan menggantikan yang tua,” gumam Dirman tiba-tiba yang membuat ketiga orang lainnya terdiam.
“Apaan sih Mbah?” tanya Afza dengan nada manja ke arah Dirman yang memang layak dipanggil Mbah olehnya.
“Ndak pa-pa,” jawab Dirman, “kalian itu masa depan negeri ini. Masa edarku dan Nasution sebentar lagi sudah kadaluarsa dan musti siap-siap ditarik kembali,” lanjutnya.
“Le,” panggil Dirman ke arah Munding.
Munding hanya tersenyum kecil. Sejak dia menjadi petarung manifestasi dan dikenal sebagai yang terkuat, Dirman mengubah panggilannya menjadi ‘Le’ sama persis dengan panggilan Pak Yai saat Munding masih kecil dulu. Tapi Munding tak pernah menolaknya. Dia menerimanya dengan senang hati, karena memang dia lebih muda dibandingkan seniornya ini.
“Iya Mbah,” jawab Munding.
“Kamu yang bikin pentolan mereka seperti orang stress gitu?” tanya Dirman.
“Ndak sengaja Mbah,” elak Munding sambil tertawa kecil.
“Ndak sengaja gundulmu!!” maki Dirman sambil bersungut-sungut, “aku tahu tujuanmu, kamu kuatir jika Biro tak sanggup menangani seorang petarung manifestasi sebagai tahanan mereka kan? Makanya kau membuat dia hilang kewarasan seperti itu?” tebak Dirman yang memang tak jauh dari kenyataan.
Munding hanya bisa menggaruk kepalanya, entah apakah itu pengaruh konsep ‘wisdom’ yang dimiliki si Mbah tua di depannya ini, tapi Munding jarang bisa menyembunyikan sesuatu di hadapannya.
Dirman lalu memperhatikan semuanya dengan seksama dan tak lama kemudian dia menoleh ke arah Arya, “bawa dua wanita itu ke ruangan terpisah. Mereka prioritas kita untuk diinterogasi. Yang lainnya, tempatkan mereka ke sel isolasi dan jangan biarkan mereka saling berkomunikasi.”
“Kenapa Mbah?” tanya Afza penasaran.
“Mereka petarung inisiasi. Mereka itu asset bagi negaranya sama seperti kita menganggap petarung-petarung kita sendiri sebagai asset. Jadi, sebentar lagi pasti akan berdatangan telpon untuk meminta mereka agar dilepaskan,” jawab Dirman.
Arya dan Afza menganggukkan kepalanya tanda mengerti dengan ucapan Dirman, sedangkan Munding sama sekali tak peduli. Afza lalu bergegas untuk membawa D-1 dan Yuki sesuai permintaan Dirman ke ruang interogasi terpisah. Hanya tinggal Dirman, Arya dan Munding di ruangan kecil yang berada di balik kaca ini.
“Arya, sebagai ketua Biro, jangan pernah berbelas kasihan!!” kata Dirman tiba-tiba dengan nada tegas ke arah Arya.
“Siap!!” jawab Arya dengan tegas juga, “saya tak akan melepaskan mereka, siapapun yang menelpon untuk memintanya,” lanjut Arya.
Bletaaakkkkk.
Dirman menyabetkan tongkat yang dipakainya untuk membantu berjalan kaki ke kepala Arya dan membuat ketua Biro yang disegani itu merintih-rintih kesakitan, “maksudku bukan begitu. Kalau ada yang telepon dan minta mereka dilepaskan, kamu jawab ‘wani piro?’ gitu!!”
“Operasional Biro butuh dana, jadi jangan berbelas kasihan. Habisi saja uang mereka sebanyak-banyaknya. Buat apa juga kita simpan mereka disini. Hanya akan menghabiskan makan dan energi untuk menjaga, lebih baik kita tukar dengan uang tebusan,” jelas Dirman sambil berlalu dan mengajak Munding untuk menyusul Afza yang lebih dulu mempersiapkan ruang interogasi mereka.
Arya masih mengelus-ngelus kepalanya yang kena getok tongkat Dirman tadi. Dia benar-benar terkejut barusan, “kenapa aku merasa seolah-olah Biro menjadi organisasi penculik yang tujuan utamanya meminta uang tebusan??” gumam Arya masih tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...