Aura tipis dan berwarna gelap masih menyelimuti seluruh tubuh Munding dari kepala hingga ujung kaki. Semua orang melihat dengan tatapan takjub ke arah laki-laki berkulit sawo matang yang hanya mengenakan kaos seadanya itu.
Ling bergerak perlahan-lahan dengan menggeser langkahnya. Dia masih belum percaya kalau teknik dan konsep manifestasinya tak bisa melukai laki-laki yang umurnya jauh berada di bawahnya itu.
Cui Lan Seng yang melihat Ling belum menyerah untuk mengajak berduel Munding terlihat ingin bergerak dan menghentikan pertarungan itu, tapi tiba-tiba saja, sebuah tangan menahan pundak Cui dan membuatnya tak mampu bergerak lagi.
Cui menolehkan kepalanya. Dia melihat wajah seorang kakek tua dengan kepala botak dan jenggot panjang yang terlihat tenang dan sedang memandang ke arah pertarungan di depan mereka.
“Jian?” tanya Cui kearah si Kakek yang barusan datang.
Jian hanya tersenyum kecil, “Ling mungkin adalah petarung genius terbaik dari Kongzi. Dia tak pernah mengalami kekalahan sejak dulu. Itu menumbuhkan sifat arogan dalam dirinya. Terkadang, kekalahan juga penting untuk membantu perkembangan mental seorang petarung,” jawab Jian.
Cui hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan menghembuskan nafasnya. Dia kembali berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung seperti tadi.
Ling bergerak semakin mendekat ke arah Munding. Ketika dia berada dalam jarak satu meter di depan Munding, Ling menarik napas dalam lalu mengangkat kedua tangannya keatas. Setelah itu, kedua telapak tangan Ling menekan ke arah bawah di sebelah depan tubuhnya sambil menghembuskan napas panjang.
“Haaaaahhhhhh!” teriak Ling kemudian sambil mengambil kuda-kuda kung fu miliknya.
Tangan kiri Ling mengepal dan diacungkan ke depan. Tangan kanannya terbuka dan menghadap ke bawah di sebelah depan dadanya. Kedua kaki Ling membentuk kuda-kuda samping yang rendah dengan kaki kiri berada di depan dan kaki kanan di belakang. Ling menumpukan berat badannya ke belakang.
Tak seperti tadi, dimana cuma tangan Ling saja yang berubah warnanya menjadi kuning keemasan, kali ini Ling menggunakan teknik Golden Arhat keseluruh tubuhnya.
Sun bergulung ke belakang di atas lantai sambil memasang kuda-kuda kungfu monyetnya. Dia tahu kalau Ling kini sudah serius untuk bertarung. Ling sudah memanifestasikan intentnya ke seluruh tubuh. Dengan kondisi seperti ini, Ling bahkan bisa menahan serangan benda tajam tanpa kuatir.
Munding melihat ke arah Ling dengan wajah datar. Dia tak begitu peduli dengan teknik Golden Arhat milik Ling. Sekalipun terlihat lebih misterius dan hebat dibandingkan baju zirah milih Om Leman, tapi esensinya sama, menggunakan kekerasan untuk melapisi jaringan tubuh manusia yang lebih lunak.
Munding sendiri saat ini sebenarnya tidak begitu memperhatikan Ling maupun Sun. Sejak beberapa detik lalu, Munding merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Dan sesuatu itu adalah tanda bahaya.
Sejak masuk ke tahap manifestasi, naluri dan kesadaran diri sudah melebur menjadi satu. Bukan lagi entity terpisah seperti pada tahap awakening atau inisiasi. Tapi bukan berarti naluri itu hilang. Naluri tetap ada, tapi dia menyatu dengan kesadaran diri.
Saat Munding merasakan tanda bahaya, peringatan itu bukan datang dari naluri kepada kesadaran diri seperti dulu saat masih dalam tahap awakening atau inisiasi. Munding tahu kalau ada bahaya yang mengancam, sesederhana itu, tak ada naluri tak ada kesadaran diri, tapi dia tahu kalau sesuatu yang memiliki kemungkinan bisa menghabisi nyawanya berada di tempat ini.
Dan dia adalah sesosok laki-laki tua yang berdiri di sebelah Cui.
“Aku tak bisa mengeluarkan kemampuanku yang sesungguhnya sekarang. Ini Kongzi, banyak petarung dari berbagai organisasi datang kesini. Mereka pasti sedang memperhatikan semua gerak-gerik dan kemampuanku,” kata Munding dalam hati, “apalagi kakek botak itu. Aku sudah lama tak merasakan sensasi bahaya seperti ini.”
Munding yang tadinya ingin menggunakan domainnya dan mengakhiri semua ini secepatnya lalu mengurungkan niatnya. Dia memang ingin membalas perlakuan Kongzi kepada dirinya, tapi dia tak ingin celaka hanya karena menuruti egonya.
Munding lalu menarik napas panjang dan dengan sedikit konsentrasi darinya, aura hitam yang menyelimuti tubuhnya terlihat bergerak memadat ke arah permukaan tubuhnya. Sama seperti teknik Golden Arhat milik Ling, aura hitam yang merupakan manifestasi intent Munding kini menyelimuti tubuh Munding dan membuat dirinya terlihat seperti menggunakan baju berwarna hitam yang menutupi seluruh tubuh.
“Jadi kau juga menggunakan konsep hardness?” teriak Ling kearah Munding.
Munding tak menjawab, dia memasang kuda-kuda favoritnya. Tangan kiri mengepal dan terulur ke depan, tangan kanan mengepal dan berada di dekat dagu. Kedua kaki membentuk kuda-kuda samping dengan kaki kiri di depan.
Secepat kilat, Ling merangsek maju ke arah Munding dan mengayunkan tendangan kaki kirinya ke arah kepala Munding. Munding dengan mudah menghindari tendangan itu dengan mengayunkan tubuhnya ke belakang, lalu seperti pendulum dengan cepat badan Munding condong lagi ke depan kembali ke posisi semula.
Tendangan kaki kiri Ling yang tadi sudah tidak mengenai sasaran dan sekarang berada di sebelah kanan tubuh Munding, tiba-tiba bergerak kembali ke arah kanan. Munding yang tak menyangka serangan kedua Ling dilakukan seperti itu mengangkat tangan kanan yang menutupi dagunya ke atas dan berusaha menangkis tendangan itu.
Buaakkkkkkkkk.
Tubuh Munding terhuyung ke samping kiri sejauh dua langkah. Munding merasakan sedikit kebas di tangan kanannya dan tersenyum kecut. Dia kini ingat kalau Kung Fu memiliki satu teknik tendangan yang mungkin tak dimiliki oleh aliran lain. Tendangan itulah yang tadi barusan dilayangkan oleh Ling. Tendangan yang bernama tendangan kait.
Melihat Munding terhuyung ke samping, Ling tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ling langsung melayangkan serangan bertubi-tubi kearah Munding. Serangan bervariasi mulai tebasan, pukulan, dan tendangan dilakukan dengan cepat.
Tapi tak sesuai harapan Ling, sekalipun Munding tadi sempat kehilangan keseimbangan, dengan cepat dia menguasai dirinya dan mampu menangkis serangan bertubi-tubi dari Ling.
Ling sendiri juga sedikit terpana ketika menyaksikan manifestasi intent yang berwarna gelap dan menyelimuti tubuh Munding tak juga hancur saat berbenturan dengan Golden Arhat miliknya.
“Teknik apa itu? Black Arhat?” kata-kata tak masuk akal mulai keluar dari mulut Ling.
Ling sama sekali tak curiga bahwa teknik kekerasan milik Munding hanyalah sebuah kamuflase saja. Tak ada konsep kekerasan yang digunakan disini. Munding tak menggunakan intent-nya untuk memperkuat tubuhnya seperti Ling, karena intent Munding sendiri tak mempunyai karakteristik seperti itu.
Konsep kegelapan Munding memberikan karakteristik devour dan nothingness kepada intent miliknya. Dengan menggunakan karakter devour, Munding melapisi intent ke seluruh tubuhnya. Saat terjadi impact, konsep Munding menyerap dan menelan semua energi dan intent yang ditimbulkan akibat benturan itu.
Jadi teknik Munding sama sekali tak seperti apa yang dibayangkan oleh Ling.
=====
Author note:
Sorry, ketiduran. Wkwkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...