“Berhenti, kalau tidak, aku bunuh dia!!” teriak Paijo, membuat Dian dan kedua kawannya terpaku di tempat masing-masing.
Wanita itu terlihat kebingungan saat melihat Paijo memeluknya dari belakang dan menempelkan sebuah belati ke lehernya, tapi sama sekali tidak ada rasa takut dari sorot matanya, hanya rasa bingung, kaget dan juga rindu yang terlihat disana.
Paijo seolah-olah tak mengenal wanita hamil itu dan terus menatap tajam ke arah para pengejarnya. Dian, Angga dan April saling berpandangan mata lalu tak lama kemudian mereka pun melepaskan sikap siaganya dan terlihat sedikit rileks.
“Kami dari Biro,” kata Dian pelan.
Tapi kata-kata pelan itu justru membuat Paijo terbelalak, “Biro? Ada urusan apa Biro mengirim orangnya mencariku? Aku tak pernah bermasalah dengan kalian. Aku juga tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar kode etik petarung.”
“Mungkin kamu memang tak pernah melanggar kode etik petarung dengan menyerang warga biasa ataupun merugikan kepentingan negara. Tapi kami diminta bantuan oleh pihak militer untuk melakukan pengejaran oleh mereka,” jawab Dian.
Muka Paijo langsung berubah ketika mendengar kata-kata itu, “Aku ini prajurit!! Sekalipun aku dianggap melawan atasanku, aku setidaknya masih seorang ksatria sampai terbukti bersalah. Kenapa mereka meminta bantuan orang luar untuk menangkapku? Bukankah seharusnya mereka datang dan membawaku pergi menggunakan pasukan internal kami sendiri? Lagipula…” kalimat Paijo terhenti dan dia terlihat ragu untuk meneruskannya lagi.
“Kami tak mempunyai wewenang untuk melakukan itu. Perintah kami jelas, untuk membawa Anda ke markas kami. Tolong bekerjasama,” potong Dian sambil memberikan aba-aba kepada Angga dan April untuk waspada dan kembali ke posisi mereka untuk mengepung Paijo.
“Kalian!! Kalian para anjing Biro!! Apalagi kalian masih sangat muda!! Umurku bahkan mungkin dua kali dari umur kalian. Berani-beraninya!!” teriak Paijo mulai kalap.
Dian tak membalas makian Paijo dan bergerak maju ke arah target mereka. Paijo dengan mencengkeram tubuh si wanita hamil makin kuat dan menempelkan ujung belati tajamnya ke arah leher si wanita.
“Mas…” rintih si wanita ketika merasakan sedikit rasa pedih di kulit lehernya yang tertusuk belati Paijo.
Ketika Paijo melihat tetesan darah dan rintihan sang wanita hamil, dia reflek menarik belatinya dan membuang benda itu ke tanah. Saat itulah, Dian melesat cepat ke arah Paijo dan melakukan serangan dengan menggunakan kaki kanannya.
Paijo yang tadi masih kaget karena tak sengaja melukai si wanita hamil dan membuang belatinya, tiba-tiba saja melihat serangan Dian datang dan segera menggunakan tubuhnya untuk melindungi tubuh sang wanita hamil yang tadi dipeluknya.
“Aaahhhhhh,” si wanita menjerit kaget karena tarikan tangan Paijo yang berusaha untuk melindunginya dari serangan Dian.
Dari sisi kiri dan kanan Paijo, dua buah bayangan melesat cepat dan bersamaan dengan gerakan Dian. Tiga bayangan bergerak dari tiga arah sekaligus untuk menyerang Paijo. Dian dari arah depan, April dan Angga dari arah kiri dan kanan.
Paijo adalah seorang serigala petarung inisiasi yang sudah malang melintang dalam medan pertempuran. Saat melihat tiga orang menyerangnya dengan terkoordinasi dan kompak, Paijo tahu kalau dia akan sulit terlepas kali ini, sekalipun dua dari penyerangnya hanyalah serigala petarung awakening, tapi mereka adalah petarung dari Biro. Biro yang disegani oleh semua serigala petarung di negeri ini.
=====
“Aku sebenarnya tak pernah desersi dan tak pernah melawan perintah atasan,” gumam Paijo sambil memeluk wanita yang ada di sampingnya.
“Saat tugas terakhirku, atasanku yang memerintahkan aku untuk meninggalkan pangkalan dan posku. Dia menyuruhku untuk pulang ke markas besar dan membawa sepucuk surat yang ditulis tangan untuk salah seorang petinggi lembaga kami yang dia percayai.”
“Waktu itu aku berpikir bahwa apa yang kulakukan adalah sebuah tugas negara yang harus dilaksanakan dengan sekuat tenaga dan aku pun melaksanakannya.”
“Tapi, setelah aku menyerahkan surat itu kepada orang yang diminta oleh atasanku, selang sehari kemudian, aku dinyatakan desertir dan menjadi buruan mereka.”
“Sampai saat ini, aku bahkan tak tahu dimana letak kesalahanku,” gumam Paijo sambil memeluk wanita hamil yang ada di sebelahnya.
Si wanita yang kemungkinan besar adalah istri Paijo tapi tidak pernah diperkenalkan kepada Dian dan rekan-rekannya hanya menangis dan mengusap air matanya dalam pelukan Paijo.
Dian, Angga,dan April hanya terdiam mendengarkan kisah Paijo. Mereka berempat adalah serigala petarung. Sangat mudah bagi mereka untuk mengetahui apakah kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicara mereka adalah sebuah kebohongan atau tidak. Semua detail dari gerakan bola mata, detak jantung, nafas, dan sebagainya dapat terdeteksi dengan mudah dan membuat ketiga remaja ini yakin kalau Paijo mengatakan yang sesungguhnya.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Angga ke arah April dan Dian.
“Apapun ceritanya, kita harus membawa dan menyerahkan dia ke Biro. Langkah selanjutnya, biar mereka yang memutuskan,” jawab Dian.
April masih terlihat bimbang. Angga terlihat sedikit kebingungan.
“Jangaannn!” teriak si wanita yang ada dalam pelukan Paijo.
“Kalau sampai Mas Paijo dibawah oleh militer, dia pasti akan dihabisi. Aku tak mau anakku tumbuh menjadi seorang yatim,” teriak si wanita histeris.
Dian, April, dan Angga langsung menoleh ke arah Paijo dengan tatapan penuh tanya. Bagaimana mungkin kasus desersi bisa menjadi hukuman mati? Apa yang kampret ini cekokin ke istrinya?
“Anu…” wajah Paijo langsung berubah pucat saat menerima tatapan tajam dari ketiga orang itu.
“Aku… Aku…” dengan tergagap si Paijo menundukkan kepalanya dan tak melanjutkan kalimatnya.
“Hmmm. Apa yang membuat kasus desersi mendapatkan hukuman mati? Apa yang kamu ceritakan kepada istrimu?” bentak Dian.
“Aku tak bisa mengatakannya pada kalian. Tapi aku akan mengatakannya pada atasan tertinggi kalian. Bagaimana?” tanya Paijo setelah berpikir agak lama.
“Hmmm. Kamu pikir Ketua Biro sebebas itu dan tidak punya pekerjaan yang harus dia lakukan setiap saat?” cibir April.
“Dia pasti mau mendengarkan ceritaku. Kata kuncinya ‘utopia’, tolong sampaikan ini kepada dia. Aku yakin dia pasti akan menemuiku,” jawab Paijo.
=====
“Katakan yang sebenarnya dan aku akan melakukan apa yang kubisa untuk melindungimu,” kata seorang laki-laki dengan muka yang mengerikan karena bekas luka dan telinga yang cacat di bagian tepi wajahnya.
Siap lagi kalau bukan Arya, sang Ketua Biro.
Sekalipun dia masih muda, sekalipun dia juga masih serigala petarung tahap inisiasi, sekalipun juga mungkin luka di wajahnya yang menyeramkan tak begitu mengintimidasi, tapi Paijo yakin, delapan dari sepuluh orang serigala petarung yang ada di negeri ini akan gemetaran lututnya saat sedang berhadapan dengan sang Ketua Biro.
Karena otoritas yang dimiliki oleh laki-laki yang berdiri di depannya ini.
Dia adalah pendiri Biro dan didukung oleh hampir semua petarung manifestasi di negeri ini. Mereka lah yang akan selalu berdiri di belakang Biro. Tanpa back up dari petarung manifestasi itu, tak akan ada serigala petarung yang ambil peduli dengan ancaman atau eksistensi Biro. Arya sendiri adalah ketua dari Biro, dia perwakilan tertinggi dari Biro. Posisi yang sangat istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...