Chapter 50 - Breakdown

3.3K 229 54
                                    

“Lepasan aku dari tempat ini. Aku anggota divisi soldier dari Utopia. Aku punya posisi penting. Lagipula, domainmu tak berpengaruh apa-apa padaku!!” teriak S-5 dengan lantang.

“Benarkah?” tanya Munding pelan dan menyerupai sebuah bisikan.

S-5 kaget ketika mendengar suara Munding. Sejak tadi, dia hanya ditemani keheningan di tempat ini, dan tiba-tiba saja suara pertama yang dia dengar adalah bisikan suara musuhnya yang terasa jelas sekali di telinganya.

S-5 makin waspada dan panik melihat ke sekelilingnya. Dia menganggap Munding adalah seorang assassin yang bergerak dalam kegelapan lalu melakukan serangan mendadak ke arahnya. Seorang pengecut yang mengendap-endap dan memanfaatkan kelengahan lawannya.

S-5 belum sadar bahwa dia salah besar. Dia memiliki pijakan di tempat ini, karena Munding menginginkannya. Dia masih mampu menggunakan penglihatannya, karena Munding juga membiarkannya. Kalau Munding mau, dalam domain kegelapan miliknya, semua akan ditelan dalam kehampaan tanpa bekas.

Munding sendiri sama sekali tak berniat untuk menghabisi nyawa S-5. Sayang sekali jika dia harus menghabisi sumber informasi yang sangat berharga seperti dia. Munding dan rombongan S-5 memang belum berkenalan sebelum bertarung tadi, tapi melihat kemampuan serigala petarung tahap manifestasi milik musuhnya ini, Munding bisa menebak kalau dia pasti memiliki posisi yang cukup tinggi dalam Utopia.

Meskipun tebakan Munding tepat, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, si seksi yang dia pukul saat melakukan ceramahnya tadi memiliki posisi yang jauh lebih penting dibandingkan S-5 yang sekarang terjebak dalam domain Munding.

Proyek Surga Kedua ini memang Proyek milik Divisi Diplomatik, karena itu Lee memerintahkan anggotanya yang paling elit, D-1, untuk mengawasi progressnya. Lee juga meminta kepada Blackhand agar memberikan pengawal yang lebih dari cukup, karena itulah S-5 dan S-10 ada disini menjaga D-1.

Tapi Utopia tak pernah menyangka kalau rombongan mereka yang terdiri dari D-1, S-5 dan S-10 bakalan menemui batu sandungan sebesar Munding.

S-5 masih tetap penuh kewaspadaan dan memasang sikap siaga. Dia mengaktifkan intent-nya untuk melindungi dirinya sekaligus untuk mendeteksi serangan mendadak dari musuhnya. Mirip dengan domain milik Munding, area dengan radius 1,5 dari posisi S-5 diselimuti oleh intent miliknya yang akan menangkap semua perubahan energi dan gerakan yang terjadi.

Tapi, metode persepsi dan pendeteksian milik S-5 yang juga lazim dilakukan oleh petarung manifestasi lain ini bagaikan langit dan bumi jika dibandingkan dengan domain milik Munding. Domain Munding bagaikan menciptakan sebuah ruang dan waktu tersendiri yang terpisah dari kenyataan, merangkap musuhnya sesuka hati Munding.

Berbeda dengan dulu saat Munding pertama kali menggunakan domainnya tanpa sadar dan menghabisi keempat petarung manifestasi yang menyerang rumah sakit keluarga Hong, dimana dia hanya menyerang psikis musuhnya, domain Munding sudah berevolusi dan kini juga bisa ‘membawa’ tak hanya jiwa tapi juga jasad musuhnya masuk ke dalam dunia kegelapan ini.

Saat Munding tanpa sengaja menggunakan domainnya dulu, dia belum bisa mengendalikan ‘devour’ dan ‘nothingness’ yang menjadi karakteristik khusus domain miliknya. Keempat musuhnya ditelan oleh kegelapan dan kehilangan kesadaran diri, hanya meninggalkan cangkang saja tanpa jiwa seperti orang koma.

Kali ini, setelah bertahun-tahun melatih domain miliknya dan Munding lebih mengenali tentang konsep manifestasi lebih dalam, dia dapat mengendalikan domainnya dengan leluasa. Munding bisa membuat dan memutuskan seperti apa dunia kegelapan yang menyelimuti musuh-musuhnya. Munding juga bisa mengendalikan ‘devour’ dan ‘nothingness’ yang dimiliki oleh domainnya.

Sedari awal, Munding tahu agar bisa mendapatkan informasi dari sasarannya kali ini, seorang petarung manifestasi, kekerasan bukanlah jalan. Serigala petarung terkuat yang dimiliki oleh Biro, diluar Munding, hanyalah petarung inisiasi. Dengan cara apa mereka akan memaksa musuh di depannya ini untuk membuka mulut.

Karena itu, Munding memang telah merencanakan semua ini dari awal, dia akan membuat sasarannya mengalami mental breakdown sebelum menyerahkannya ke Biro untuk diinterogasi.

S-5 tetap berusaha fokus dan memantau area berbentuk lingkaran dengan radius 1,5 meter dari dirinya dengan penuh kewaspadaan. Meskipun tangannya sudah kembali ke wujud dua buah tangan, tapi dia sudah mempersiapkan diri untuk bisa menyerang sekuat tenaga dalam hitungan sesaat.

Tapi…

Setelah menunggu hampir setengah jam, sama sekali tidak ada apa-apa yang terjadi, tak ada sosok lain, tak ada suara, tak ada apa pun di sekitar S-5. Hanya ada dirinya dan area yang diselimuti intentnya di dunia kegelapan ini.

Setengah jam memasang sikap waspada dan selalu fokus membuat S-5 sedikit kelelahan.

Sehebat apapun dia, S-5 tetaplah manusia, bukan robot atau komputer yang tidak akan mengalami penurunan kinerja setelah terjaga untuk tetap fokus sekian lamanya. Dia menarik napas panjang dan mencoba untuk melemaskan otot tubuhnya yang tegang sedari tadi dan siap untuk menyerang kapan saja.

“Huft,” S-5 menghempaskan nafas panjang dan membuka kepalan tangannya yang sejak setengah jam lalu menggenggam.

Tapi, baru beberapa detik S-5 melemaskan ototnya dan sedikit rileks, sebuah suara bergema dari belakangnya, “Capek?”

Wusshhhhhhh.

Dengan cepat S-5 mengayunkan kepalan tangannya ke belakang tubuhnya sekuat tenaga. Jeda waktu antara suara itu muncul di belakangnya dan saat dimana S-5 mengayunkan serangannya sangatlah cepat, bahkan seperti sebuah gerak reflek yang dilakukan tanpa sadar, tapi serangan itu tak mengenai sosok apa pun.

S-5 langsung memasang sikap siaga kembali seperti tadi dan kembali juga memusatkan perhatiannya. Matanya nyalang menatap ke setiap sudut dan arah untuk mencari sosok musuhnya.

Dan hasilnya? Nihil.

Sosok itu tak pernah terlihat oleh mata S-5. Dengan rasa amarah dan frustasi yang meluap dalam dadanya, S-5 berteriak nyaring dalam dunia kegelapan yang hanya berisi dirinya itu.

“Pengecut!!! Keluar dan hadapi aku!!” teriak S-5.

“Memang…” tiba-tiba terdengar suara jawaban dari sebelah kiri S-5 dan justru membuat laki-lai gempal itu meloncat ke belakang saking kagetnya.

“Aaaahhhhh.”

“Bedebah!!!”

S-5 memaki-maki sepuasnya dan mengeluarkan semua nama-nama cantik yang dia ketahui. Tapi tak ada siapapun selain dirinya di tempat ini. Dengan napas terengah-engah, S-5 mengawasi sekitarnya seperti seorang pencuri yang sedang melihat situasi sekitar calon korbannya.

Kali ini, setelah tiga kali mendapatkan surprise dari Munding, S-5 tak lagi berniat untuk bersikap siaga setiap saat seperti di awal-awal tadi. Dia tak peduli lagi, dia percaya kalau dirinya akan tetap bisa menghadapi serangan close combat dari musuhnya yang pengecut itu.

Suasana di tempat ini kembali diselimuti keheningan.

Nafas S-5 kembali mulai teratur dan dia memutuskan hanya mengaktifkan persepsi dengan intentnya saja. Dia masih tetap percaya kalau dirinya mampu bereaksi terhadap serangan tiba-tiba Munding dengan radius persepsi 1,5 meter.

“Menyerah? Kalau begitu, kita tingkatkan gamenya,” bisik Munding yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang S-5.

S-5 merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya dan ketika dia menundukkan kepalanya dan melihat kebawah, sebuah benda berwarna hitam pekat tertancap di dadanya. Sebuah manifestasi intent yang solid sehingga dapat melukai tubuh fisik S-5.

=====

Author note:

Sorry gaess, satu chapter aja malam ini.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang