Ketiga anak didik Munding langsung terdiam ketika mendengar pertanyaan Munding. Mereka bukan orang bodoh.
Setelah beberapa bulan mereka berlatih di bawah bimbingan Munding dan membandingkan apa yang mereka terima dengan rekan-rekan mereka di bawah arahan Afza, mereka mengetahui apa sesungguhnya tujuan Biro meminta Munding melatih mereka bertiga.
Ada perbedaan fundamental antara keduanya.
Dian, Angga, dan April sendiri juga merasakannya. Selama ini, Pakdhe sama sekali tak pernah memberikan instruksi secara mendetail ataupun harus dipatuhi. Semua inisiatif dan keputusan, lebih banyak diserahkan kepada mereka sendiri saat melakukan sesuatu.
Di saat mereka kebingungan dan ragu, Pakdhe selalu menggunakan cara sederhana untuk mengambil keputusan, berdoa dan percayai nalurimu.
Sederhana, tapi entah kenapa terkadang efektif di saat yang sangat kritis dan mendesak. Mereka merasakannya sendiri saat melakukan misi demi misi dari Biro. Di saat mereka menemui jalan buntu dan tak ada lagi solusi sesuai teori, mereka mempercayakan kepada nalurinya, melangkah dengan mantap dan yakin tanpa ragu dan tanpa menoleh ke belakang sama sekali.
Semua hal itu terlihat sederhana, tapi kenyataannya sangat susah untuk dilakukan. Apalagi bagi seseorang yang tumbuh dan besar dalam lingkungan militer atau akademis seperti mereka yang selalu mengandalkan logika.
“Kok diam? Kalian belum menemukan jawabannya?” tanya Munding.
“Sudah Pakdhe, tapi kami masih ragu,” jawab Angga.
April menganggukkan kepalanya, mengiyakan jawaban Angga. Dian hanya terdiam, dia sudah terinisiasi, dia juga tahu, satu-satunya alasan Munding memilihnya adalah karena dia terinisiasi dengan naluri, bukan dengan logika.
“Apa yang membuat kalian ragu?” tanya Munding.
“Kami … Kami belum bisa mempercayai sepenuhnya naluri kami,” jawab April cepat.
“Kalau begitu, jangan bertanya tentang inisiasi lagi seperti tadi. Sampai suatu ketika kalian bisa benar-benar 100% mempercayai naluri kalian sendiri. Saat itulah kalian baru boleh memikirkan tentang inisiasi,” kata Munding.
“Tapi … Kenapa mereka bisa lebih mudah naik level?” tanya Angga masih tak terima.
Munding menarik napas dalam, “Sederhana. Dalam suatu kawanan, ada beberapa serigala yang selalu menuruti perintah pemimpinnya. Mereka Beta. Mereka tak punya inisiatif, atau sekalipun punya inisiatif mereka terbatas. Mereka prajurit, mengikuti apa yang sudah diputuskan oleh sang Pemimpin. Tak ada tantangan untuk menjadi seekor Beta, kalian hanya harus mengikuti perintah dari Alpha,” kata Munding.
“Sang pemimpin, Alpha, mereka lah yang memimpin kawanan, mengambil semua keputusan dan harus diikuti oleh semuanya, diikuti bukan mengikuti, memimpin bukan dipimpin. Mereka harus punya inisiatif, berani mengambil keputusan dan menjelajah ke area yang tak pernah diketahui sebelumnya. Bersiap menghadapi segala jenis tantangan baru yang belum pernah ditemui. Itulah sang Alpha.”
“Semuanya tergantung pilihan kalian. Apakah kalian ingin seperti mereka, atau tetap di sini,” kata Munding mengakhiri kata-katanya.
April dan Angga hanya terdiam saja mendengar penjelasan Munding. Mereka sudah tahu semua itu, tapi mendengarnya dari mulut Pakdhe tentu berbeda dengan mendengarnya dari orang lain.
“Sudah selesai,” sebuah suara terdengar mengagetkan mereka bertiga.
Ketiga anak didik Munding serempak berdiri dan memberikan hormatnya kepada laki-laki yang baru saja datang.
“Aku minta, print out saja, jangan soft copy,” kata Munding segera.
Arya tersenyum, “Cuma mereka berdua, kamu yakin tidak mau mendapatkan profil yang lainnya?” tanya Arya.
“Tidak, cuma mereka berdua saja,” jawab Munding.
“Oke, ikuti aku. Anak-anak, kalian tetap di sini saja,” kata Arya ke arah Angga, April dan Dian.
Tak lama kemudian, Munding sudah memegang sebuah berkas berisi details informasi tentang Kelly dan Clown. Munding membacanya perlahan-lahan di sebuah ruangan yang ada di markas besar Biro ini.
Nama asli : Yeom Han Woong
Nama julukan : Clown
Tanggal lahir : Tidak diketahui
Usia : 47 tahun (diperkirakan)
Asal : Korea Selatan
Pekerjaan Asli : ScientistSebuah poto seorang laki-laki yang mengenakan kacamata dan bermata sipit khas Korea Selatan terlihat di sana. Munding melihatnya lekat-lekat dan mencoba untuk mengingatnya dalam memori.
Nama asli : Kelly Rowland
Nama julukan : Seer (Apostle of Utopia)
Tanggal lahir : -
Usia : 34 tahun (diperkirakan)
Asal : Inggris
Pekerjaan Asli : -Berbeda dengan penampilan Clown yang memang menyerupai orang Asia, Kelly mirip dengan Shakur, berkulit hitam. Munding melihat sorot mata milik Kelly yang jernih dan tajam, bahkan saat hanya melihat fotonya, Munding merasa kalau Kelly seolah-olah bisa membaca pikirannya.
“Humph!!” Munding tahu kalau Kelly adalah sosok yang berbahaya, dengan kemampuannya, dia bahkan bisa mempengaruhi orang sekuat Tommy.
Informasi ketiga yang Munding inginkan adalah lokasi Pulau Utopia.
Dia membuka berkas yang diberikan oleh Arya dengan cepat dan berusaha menemukan dimana lokasinya, tapi Munding gagal. Di bagian yang dia cari, Munding hanya menemukan sedikit keterangan saja tentang Pulau Utopia.
Menurut berkas yang dibaca Munding, Pulau Utopia adalah sebuah tempat dimana hanya bisa dikunjungi oleh anggota-anggota Utopia yang sudah tidak diragukan lagi kesetiaannya kepada agama mereka.
Yang membuat Munding sedikit kaget, Shakur, seorang Apostle sekalipun, tak mengetahui di mana lokasi Utopia yang sesungguhnya. Berkas ini disusun berdasarkan informasi yang selama ini dikumpulkan oleh Biro ditambah dengan informasi yang didapatkan dari Shakur. Dan dari tulisan yang dia baca barusan, Munding yakin kalau Shakur juga tidak tahu lokasi tepat dari Pulau Utopia.
Di bagian terakhir dari keterangan mengenai Pulau itu, Munding membaca sebuah penjelasan pendek mengenai proyek Lembah Surga. Dikatakan di sana, karena tingginya minat para pemeluk keyakinan untuk berkunjung ke Pulau Utopia dan menetap di sana, Utopia akhirnya merencanakan proyek Lembah Surga yang seharusnya berada di pegunungan Papua.
Berbeda dengan Pulau Utopia yang sangat tertutup dan rahasia, di Lembah Surga, sistem seleksinya tak seketat seperti saat ingin menghuni Pulau Utopia. Namun, proyek itu berhasil digagalkan oleh Munding dan kawan-kawannya.
“Dapat yang kau cari?” tegur seorang wanita yang langsung duduk di depan Munding sambil menyodorkan segelas teh hangat dan cemilan di atas sebuah piring.
“Lumayan, tapi masih ada info yang belum lengkap,” jawab Munding.
“Ni makan dulu,” kata Afza.
Mereka berdua pun berbincang-bincang dengan akrab selama beberapa menit sebelum akhirnya Afza mulai membahas masalah calon-calon petarung Biro.
“Munding, ketiga anak didikmu, kapan kira-kira bisa siap untuk bergabung penuh dengan Biro?” tanya Afza.
“Sampai mereka siap,” jawab Munding.
“Kapan mereka siap?” kejar Afza.
“Sampai mereka sudah tak ragu-ragu lagi,” jawab Munding.
“Uggghhhhhh. Itu bukan sebuah jawaban!!” protes Afza.
“Za, bukankah kau sudah punya puluhan petarung inisiasi sekarang? Dengan anggaran yang kalian punya dan otoritas untuk mengelola pemasukan sendiri, Biro sekarang adalah salah satu organisasi terkaya di negeri ini, kalau kalian mengumumkan untuk membuka rekrutmen, berapa orang yang akan datang ke sini?” tanya Munding.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...