Chapter 95 - Trying to run

3.2K 229 12
                                    

Dalam kondisinya yang seperti ini, Munding memang tak memiliki persepsi intent seperti saat dia menggunakan domain miliknya untuk mengcover area dengan diameter sejauh 50 m. Tapi Munding merasa kalau nalurinya lebih peka. Dia tahu ada dua ‘sesuatu’ yang sekarang sedang berada di dekatnya.

Salah satunya terasa seperti sebuah gumpalan energi yang membuatnya merasa perih dan nyeri seakan-akan energi yang dipancarkan olehnya bisa menyayat kulit Munding, satunya lagi terasa seperti sebuah magnet yang membuat Munding merasakan gaya tarik yang mempengaruhi berat benda-benda di sekitarnya.

Munding tahu kalau mereka adalah Jian dan Tommy. Keduanya berada di tempat yang berbeda.

Munding tahu kalau bagi Jian, mungkin menghalangi Tommy bukanlah prioritasnya saat ini. Jian mungkin lebih memilih untuk menyelesaikan kekacauan di Kongzi dibandingkan memburu Tommy.

Tanpa ragu, Munding melesat ke arah titik energi yang mempengaruhi gravitasi di sekitarnya dengan kuat.

=====

“Gunman, bagaimana?” tanya Tommy melalui alat komunikasi kepada Titis.

“Tak sesuai rencana, tapi kurasa 80% misi berhasil dengan sukses,” jawab Titis.

“Minta anggota Divisimu untuk mundur. Urusan kita selesai. Kongzi akan kehilangan setidaknya 60% kekuatannya saat ini. Kita akan bisa bergerak bebas di Asia,” kata Tommy sambil mengakhiri komunikasinya.

Dua orang terbaring lemah di sebelah Tommy, Lee dan Knife.

Lee masih tak sadarkan diri sedangkan Knife terlihat jauh lebih baik dibandingkan saat dia bertarung dengan Munding dan terkapar di dalam ruangan meeting tadi.

“Johnny, tenanglah. Aku sudah membalas bocah itu,” kata Tommy sambil melihat ke arah sahabatnya.

“Kamu sudah memastikan kalau dia kehilangan nyawa kan?” tanya Knife terbata-bata.

Tommy mengrenyitkan dahinya ketika mendengarkan pertanyaan Knife, “Aku menyerangnya dengan Meteor, mungkin tak menggunakan tenaga sepenuhnya, tapi kurasa cukup untuk membuatnya cidera parah,” jawab Tommy.

“Tommy, kamu tidak menjawab pertanyaanku. Kamu sudah memastikan kalau dia mati kan?” ulang Knife lagi sambil melihat ke arah Tommy.

“Aku tak tahu dia masih hidup atau sudah mati, tapi yang aku tahu pasti dia akan cidera parah dengan seranganku,” jawab Tommy.

Knife menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kamu salah, Tommy. Dia itu Demon, Iblis. Aku melihat sendiri sosok dan mata hitamnya,” jawabnya.

“Oke. Cukup!!” kata Tommy pendek dan tegas.

“Kamu seorang petarung manifestasi. Kamu berdiri di atas jutaan orang lainnya. Kemana self respect yang kau punya?” tanya Tommy ketus.

Knife hanya terdiam dan memalingkan wajahnya, “Seandainya ada Kelly disini. Hanya dia yang bisa mengendalikan Tommy,” batin Knife dalam hati.

“Ugghhhhhhhh,” terdengar suara erangan yang keluar dari mulut Lee yang mulai sadar.

Tak lama kemudian, mobil mereka mulai bergerak keluar meninggalkan parkir yang mereka gunakan barusan.

Buaaaaaaammmmmmmmm.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang keras seperti sebuah ledakan petasan yang berukuran besar. Suara itu terdengar dari arah depan kap mobil yang ditumpangi oleh Tommy dan kedua rekannya.

Tommy dengan cepat melihat ke arah depan dan menemukan sesosok mahluk, lebih tepatnya sesosok manusia yang berdiri di atas kap mobil miliknya dan membuat kap itu hancur melesak ke dalam dan mengenai mesin yang ada di sana.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang