“Itu?” tanya Cui ke arah Jian.
Jian memegang sebuah batu kecil yang berukuran setengah jari kelingking dan mengamatinya dengan seksama.
“Ini seperti batu biasa, tapi kepadatannya luar biasa. Karena kepadatannya itu, dia menjadi keras sekali, memang tak sekeras Intan atau Iridium tapi jauh lebih keras dibandingkan besi dan logam turunannya,” jawab Jian.
Cui sedikit bingung dengan jawaban Jian. Dia lalu melirik ke arah Shakur yang berdiri di dekat mereka.
“Pemuda ini bertarung melawan Tommy. Tommy menggunakan tekniknya untuk membuat sebuah bongkahan batu berukuran kepalan tangan menjadi seujung jari kelingking,” jawab Shakur.
Jian menganggukkan kepalanya, “Dari seukuran jari kelingking kini benda ini berukuran setengahnya. Itu artinya domain Munding memiliki peran untuk memperkecil ukurannya. Tapi tak seperti teknik Tommy yang memperkecil dengan tujuan membuatnya lebih padat, mungkin Munding memperkecil dengan tujuan mengurainya,” kata Jian.
Semua orang yang ada di ruangan ini terdiam. Mereka mencoba membayangkan bagaimana kondisi aktual saat pertarungan antara Tommy dan Munding. Dua orang yang menggunakan domainnya dengan hasil akhir sama tapi dengan tujuan dan cara yang berbeda.
Memampatkan dan menguraikan, compress dan dissolve.
Meskipun ada kesalahan fatal dalam analisa Jian, konsep kegelapan milik Munding bukan sekedar dissolve tapi devour, bukan menguraikan sesuatu menjadi partikel yang lebih kecil, tapi menelan sesuatu dari ada menjadi tiada.
“Oke. Tenang saja, Utopia tak akan kembali menyerang dalam waktu dekat. Kondisi kritis Munding juga sudah terlewati. Kini dia hanya butuh waktu untuk pemulihan,” kata Cui memecahkan keheningan yang ada di ruangan ini.
“Tuan Shakur, terima kasih telah menolong tamu kami. Untuk sementara waktu, Anda bisa tinggal di komplek kami ini. Beritahu aku kalau ada sesuatu yang Anda inginkan,” kata Cui sambil membungkukkan badan.
Shakur hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Terima kasih untuk keramahan kalian. Aku ada urusan yang harus kuselesaikan, jadi belum bisa menghabiskan waktuku sebagai tamu di tempat ini,” jawab Shakur.
“Kalau nanti Munding sadar, bagaimana jika dia bertanya siapa yang menolongnya?” tanya Chiyo yang sedari tadi diam saja, tak ada anggota Klan Takeda di ruangan ini bersamanya.
“Katakan saja, aku orang yang ingin berteman dengannya. Jika dia ingin bertemu denganku. Dia bisa mengunjungiku di Natuna. Seharusnya dia tahu dimana tempat itu,” jawab Shakur.
“Natuna?” Chiyo terlihat berpikir sebentar, “Maksudmu kepulauan terpencil yang ada di tengah Laut China Selatan?”
Shakur menganggukkan kepalanya, “Mungkin aku tak terlihat seperti dia, tapi aku suka negaranya. Dia bisa mencariku di pulau Seraya,” jawab Shakur.
Tak lama kemudian, setelah berbasa-basi sebentar, Shakur pun meninggalkan Kong Fu Family Mansion dan menyerahkan Munding untuk dirawat oleh Kongzi.
=====
Tiga hari kemudian, Munding terlihat sedang memutar-mutar kedua tangannya dan melakukan sedikit gerakan pemanasan. Dada kanannya masih terasa sedikit sakit, tapi dia tetap harus melakukan sedikit olah raga untuk mempercepat proses pemulihan fisiknya.
Di depan Munding puluhan anak-anak kecil berlatih wushu dengan rajin pagi ini. Munding tersenyum saat melihat bocah-bocah kecil itu dengan bersemangat melayangkan tendangan dan pukulan mereka mengikuti instruksi pelatih mereka.
“Tersenyum sendirian di pagi yang cerah. Apakah sesuatu melukai kepalamu?” sebuah suara mengagetkan Munding yang asyik dalam pikirannya sendiri.
Munding menarik napas, sejak bertarung dengan Tommy, domain dan intent-nya memang sedikit mengalami ketidakstabilan. Biasanya, dia akan menyadari jika seseorang mendekati dirinya dari jarak kurang dari 5 m, tapi saat ini, dia sama sekali tak sadar seseorang telah berdiri di sampingnya.
Untung saja, si pendatang baru ini bukanlah musuhnya. Jika dia berniat buruk terhadap Munding, mungkin sekarang Munding sedang bermain catur dengan malaikat kubur.
Munding menolehkan kepalanya dan melihat Chiyo berdiri disana. Chiyo terlihat berdandan rapi dan terkesan formal. Munding sedikit kebingungan.
“Hari ini kamu rapi sekali? Ada keperluan?” tanya Munding.
Chiyo hanya tersenyum kecil sambil membungkukkan badannya ke arah Munding, “Munding-san, ini hari terakhir Klan Takeda berkunjung ke Kongzi sebagai tamu. Jadi aku kesini untuk berpamitan denganmu,” kata Chiyo pelan masih dalam posisi membungkuk.
Munding sendiri sedikit aneh mendengar Chiyo memanggilnya ‘Munding-san’. Selama ini, Chiyo selalu memanggilnya dengan nama saja, tanpa embel-embel apa pun.
Tapi Munding segera tersadar dan membungkukkan badannya juga untuk membalas salam dari Chiyo, “Terima kasih untuk bantuannya selama ini, kalau ada waktu, silahkan datang ke negeriku,” kata Munding.
Chiyo mengangkat badannya dan tersenyum, “Aku akan pergi kesana. Aku janji,” kata Chiyo sambil memutar tubuhnya dan melangkahkan kaki.
“Sayonara, Munding-san,” kata Chiyo ceria sebelum akhirnya berlari tanpa menunggu balasan dari Munding.
Munding hanya melambaikan tangannya ke arah Chiyo yang kini sudah menghilang dari tempat ini.
Setiap pertemuan pasti akan memiliki perpisahan, tapi seberapa pun singkatnya pertemuan itu, yang terpenting bagi kita adalah kita harus selalu menghargainya.
=====
“Bagaimana?” tanya Jian sambil melihat ke arah Munding.
“Apanya?” tanya Munding balik, tentu saja melalui bantuan penerjemah yang bersama mereka berdua.
“Tommy. Kamu sudah berduel dengannya kan?” tanya Jian.
Munding terdiam, lalu dia menarik napas untuk beberapa saat dan menganggukkan kepalanya.
“Jadi apa yang kamu dapat dari duel itu?” tanya Jian.
“Ini,” kata Munding sambil menunjuk perban yang masih menempel di dada kanannnya.
“Hahahahahahaha,” Jian tertawa mendengar jawaban konyol Munding.
“Maksudku, pemahaman apa yang kau dapat, bukan luka itu,” sergah Jian.
Munding terlihat berpikir keras dan mencoba mengingat kembali duelnya yang singkat dengan Tommy. Dia tidak merasa ada yang istimewa atau menonjol dari duel itu. Munding kalah telak dari segi teknik, apalagi serangan terakhir Tommy dengan menggunakan batu yang dipadatkan itu.
“Selama ini aku rasa kamu jarang bertarung dengan orang yang lebih kuat atau seimbang. Apalagi setelah menjadi petarung manifestasi. Karena itu, kamu belum terbiasa menganalisa sebuah duel yang baru saja kau lakukan,” kata Jian.
Munding hanya diam dan mendengarkan. Dia tak akan menolak jika Jian memberikan pengetahuannya kepada Munding secara cuma-cuma, toh Munding tidak memintanya dan Jian juga tidak menyuruh Munding memanggilnya guru.
“Sebagai contoh, benda ini. Aku tak tahu seperti apa konsepmu melakukannya, tapi konsepmu belum maksimal dalam menguraikan benda ini menjadi sesuatu yang tidak membahayakan dirimu,” kata Jian sambil memegangi sebuah batu berukuran setengah jari kelingking.
“Kalau aku berada di posisi yang sama denganmu, aku akan membelah dan memotong benda ini menjadi sekecil mungkin atau membelahnya sekali lalu mengubah trayektorinya sehingga tidak akan mengenaiku,” lanjut Jian.
“Dalam posisimu kemarin, entah mungkin karena kamu terlalu percaya dengan konsep dan domainmu atau batu ini memiliki memang kepadatan luar biasa melebihi kemampuan domainmu, tapi intinya satu, domainmu tidak bisa menghilangkan batu ini tepat pada waktunya dan benda ini melukaimu.”
“Coba mulai dari sana, pikirkan dan analisa kembali berulang-ulang. Apa yang sebaiknya kamu lakukan jika kejadian itu terulang,” kata Jian mengakhiri diskusi mereka pagi ini sambil beranjak berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...