Chapter 27 - Tak Kemana

3.8K 241 231
                                    

“Alhamdulillah,” terdengar suara ucapan syukur yang hampir berbarengan barusan.

Sebuah acara sederhana sedang berlangsung di sebuah ruangan kecil sebuah Masjid kecil yang ada di sebuah kota di Pulau Jawa. Tak lebih dari sepuluh orang yang ada di dalam ruangan ini dan menyaksikan prosesi yang baru saja terjadi di dalam.

Akad nikah antara Munding dan Amel.

Cuma ada keluarga kecil Munding dan Amel di acara ini. Mereka memang tak berniat untuk mengadakan resepsi pernikahan yang mewah untuk akad nikah mereka.

Amel tak berhenti tersenyum sejak acara dimulai. Memang benar kata orang, kalau jodoh tak akan kemana.

=====

"Kamu kok ndak ngasih tahu?" protes Arya melalui telpon siang itu.

"Ngasih tahu apaan sih?" tanya Munding balik.

"Bukannya kamu married lagi sama Amel?" tanya Arya dengan nada meninggi.

"Emang iya," jawab Munding tanpa dosa.

"Huft!! Kamprett!! Kamu nggak tahu seberapa marahnya si Afza gara-gara ini?" teriak Arya.

"Maaf," jawab Munding setelah terdiam selama beberapa lama.

"Lihat aja nanti kalau kamu datang ke markas!!" ancam Arya sambil menutul telponnya.

Munding hanya menggelengkan kepala setelah itu. Ini adalah telpon kesekian kalinya yang memprotes karena tak diberitahu soal pernikahannya dengan Amel. Rin, A Ling, Wowo dan sahabat-sahabatnya saat SMA sudah terlebih dahulu berteriak-teriak marah tadi. Tapi apa yang bisa dia lakukan?

=====

"Mas," panggil Nurul pelan.

"Ya?" jawab Munding.

"Mbak Amel..." kata Nurul pelan.

Munding tahu apa maksud istrinya. Ini bukan malam pertama dirinya dan Amel. Mereka melakukan akad nikah kemarin pagi, tapi Munding belum mengambil haknya.

"Malam ini ya? Kasihan lho," kata Nurul sambil tersenyum.

"Terus Nurul tidur dimana?" tanya Munding.

"Di kamar depan aja sama Alit," jawab Nurul.

Munding terdiam dan tak menjawab. Lalu dia mencium kening istrinya dan membopong Nurul ke kamar depan. Dengan pelan-pelan Munding menurunkan Nurul di sebelah Alit yang sudah terlebih dahulu tertidur.

"Met malem Mas," bisik Nurul sambil mencium kening suaminya.

"Met malem Dek," jawab Munding.

Munding lalu berdiri dan berjalan pelan meninggalkan kamar itu. Tak lama kemudian setelah Munding menutup pintu kamar depan, air mata menetes dari sudut mata Nurul dan dia memeluk Alit erat.

Nurul berusaha memejamkan matanya tapi tak bisa.

Memang dirinya yang memaksa suaminya menikah lagi karena merasa tak bisa menjadi istri yang sempurna.

Memang dirinya berusaha merelakan Munding untuk berbagi kasih sayangnya.

Tapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa sakit saat ini. Saat dia mengetahui suaminya akan berbagi kemesraan dengan wanita lain.

Sekalipun Nurul sudah berusaha, air mata keluar dengan sendirinya.

=====

"Assalamualaikum," bisik Munding pelan.

"Waalaikumussalam," terdengar suara jawaban pelan dari dalam kamar.

"Aku masuk ya Mel?" tanya Munding pelan.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang