“Presiden Timba, semua ini tak akan terjadi jika anda menuruti permintaan kami dengan baik-baik,” gumam salah satu orang yang berdiri di depan Timba dan mengenakan sebuah setelan jas resmi lengkap dengan dasinya.
“Kalian bedebah!! Apa yang kalian minta sama saja menjadikan negaraku sebagai budak kalian!!” teriak Timba.
“Presiden Timba, sejak dulu, yang lemah selalu ditindas dan harus melayani yang lebih kuat. Itulah hukum rimba. Hukum yang paling dasar dan akan selalu ada. Hanya bentuknya yang akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Untuk seseorang secerdas anda, seharusnya anda menyadari hal itu,” jawab orang satunya yang ternyata adalah seorang wanita cantik dan memiliki tubuh seksi.
“Kalian!! Apakah ini masih jamannya perbudakan? Apakah PBB akan tinggal diam saja kalau tahu ulah kalian?” teriak Timba dengan penuh emosi.
“Hahahahaha,” Lee tertawa kecil ketika mendengar pertanyaan Timba, “PBB?”
“Tahukah kamu kalau PBB adalah organisasi terbusuk di dunia? Kamu pikir mereka akan membela yang lemah dan melawan yang zalim? Mimpi!!” teriak Lee.
“Kalian!!” Timba kehabisan kata-kata.
“D-3, suntikkan serumnya ke dia!” perintah Lee pendek.
Laki-laki yang bersama Lee dan berdiri di sebelahnya menganggukkan kepalanya setelah mendengarkan perintah dari Apostle Utopia yang diseganinya itu.
Dorrrrrr. Dorrrrrr. Dooorrrrrr.
Tiga kali tembakan diletuskan oleh Timba yang dengan panik berlari mundur saat melepaskan tembakannya tadi. Tapi, semua itu adalah usaha sia-sia. Seperti sebuah adegan film action dengan high definition CGI, tubuh laki-laki dengan codename D-3 itu menghilang dari tempatnya berdiri dan kurang dari sedetik kemudian dia sudah menangkap tubuh Timba dan memaksanya jatuh ke lantai dalam kondisi tengkurap.
D-3 menggunakan lututnya untuk menahan tubuh Timba ke lantai agar tidak bisa bergerak dan dia mengeluarkan sebuah bungkusan kecil yang berisi jarum suntik lengkap dengan cairan di dalamnya.
“Apa itu? Lepaskan!!!” teriak Timba nyaring dan keras, tapi usahanya sia-sia saja, karena semua pasukan pengamanan presiden yang dia miliki mungkin sudah meregang nyawa di tangan kedua orang ini.
“Aahhhhhhhhhhhhh,” jeritan panjang terdengar saat D-3 menyuntikkan serum yang tadi dia keluarkan ke lengan kanan Timba.
Timba merasakan sesuatu yang terasa sejuk mengalir dari tempat dimana serum itu disuntikkan ke seluruh bagian tubuhnya. Berbeda dengan saat pertama tadi serum itu disuntikkan dan tubuhnya terasa kesakitan, kali ini saat serum itu menjalari tubuhnya, justru dia merasakan rasa sejuk itu.
Tapi, seiring dengan sensasi yang mulai memenuhi tubuhnya kesadaran Timba mulai menghilang dan kelopak matanya menjadi berat. Dia ingin sekali memejamkan matanya dan melupakan semuanya. Semua kejadian mengerikan yang barusan menimpanya.
Lee mendekat dan duduk berjongkok di depan Timba. Timba bisa mencium bau wangi keluar dari celah kaki Lee yang sekarang berada di depan kepalanya.
“Agghhhhkkkk,” Timba tiba-tiba mengerang ketika merasakan jambakan keras di rambutnya yang tak seberapa panjang dan keriting itu.
Lee memegangi rambut Timba dan membuatnya mendongak ke atas, “Dengarkan aku Presiden Timba. Mulai sekarang, dalam tubuhmu ada racun yang akan merenggut nyawamu jika dalam waktu 30 hari kamu tidak meminum antidote yang menetralisir pengaruh racun itu.”
“Dan satu-satunya pihak yang memiliki antidote itu adalah kami.”
“Jadi, mulai detik ini, jika kamu tidak ingin mati, turuti permintaan kami dan kami akan memberikan antidote kepadamu secara rutin. Mengerti?” tanya Lee.
“Tidak akan!!! Aku lebih baik mati!!” jawab Timba dengan rasa idealisme yang tinggi dan nada berapi-api bagaikan mahasiswa yang sedang berorasi.
“Hahahahaha,” Lee hanya tertawa kecil, “Oke, terserah,” lanjutnya sambil melepaskan jambakan rambutnya di kepala Timba.
Lee lalu berdiri dan memutar tubuhnya, D-3 mengikuti dengan patuh di belakangnya. Tapi ketika Lee baru berjalan beberapa langkah, dia memutar tubuhnya dan melihat kearah Timba.
“Aku lupa memberitahu sesuatu. Istrimu, siapa namanya ya?” kata Lee sambil berpura-pura mengingatnya.
“Oiya, istrimu Anna, kami sudah menyuntiknya juga dengan racun itu. Putrimu yang mungil dan imut juga. Kami berdua sempat mampir ke rumahmu tadi sebelum kesini. Karena kami baik hati, kalian bertiga bisa berkumpul bersama-sama di alam sana,” kata Lee sambil melepaskan sebuah ciuman jauh ke arah Timba yang masih terkapar di lantai dengan air mata yang mulai menetes di wajahnya.
Timba mungkin tak mempermasalahkan apabila keselamatan dirinya terancam. Tapi, tadi? Istri dan anaknya ternyata juga telah menjadi korban kebiadaban organisasi yang menyebut dirinya Utopia itu.
“Tunggu!!!” teriak Timba.
Lee dan D-3 menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Timba. Mereka berdua memutar tubuhnya dan menghadap ke arah Timba. D-3 tetap berdiri di tempatnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan ekspresi datar, sama seperti sebelumnya, sedangkan Lee tersenyum sumringah ke arah Timba yang terkapar tak berdaya.
“Aku turuti semua permintaanmu. Tapi tolong lepaskan keluargaku,” pinta Timba dengan suara bergetar.
Lee mengangkat telunjuk tangan kanannya lalu menggoyangkannya ke kiri dan kanan, “Tidak. Kamu dan keluargamu akan menjadi penganut Utopia. Selama kalian masih menjadi penganut setia, kami akan memberikan antidote secara berkala untuk kalian dan kalian akan bisa hidup seperti biasa. Bahkan mungkin akan lebih sehat dari sebelumnya. Tapi jika kalian berani mengkhianati Utopia. Humph,” Lee berkata panjang ke arah Timba yang merasa kepalanya semakin bertambah berat.
“Kami akan selalu menunggumu, Presiden Timba,” gumam Lee ke arah Timba dan kata-kata itulah yang terakhir kali di dengar Timba sesaat sebelum semuanya menjadi gelap.
=====
“Clown memang benar-benar jenius…” gumam Lee dalam sebuah pesawat jet pribadi yang dia kendarai bersama D-3.
D-3 terdiam dan sama sekali tak menanggapi kata-kata atasannya. Sesuai codename yang dia gunakan, D-3 memang anak buah Lee. Huruf ‘D’ merupakan singkatan dari divisi yang dipimpin oleh Lee yaitu Diplomatic Division, sedangkan nomor urut 3 menunjukkan posisi D-3 dalam hierarki divisi miliknya. Bisa dibilang, D-3 adalah orang terpenting ketiga yang ada di dalam Diplomatik Division.
Mungkin berbeda dengan divisi lain, tapi dalam divisi yang dipimpin Lee, kekuatan tarung bukanlah tolok ukur utama. Karena itu, dia tak mengajak D-1 atau D-2 untuk menemaninya. Dia justru mengajak D-3.
“Kenapa kau diam saja?” tanya Lee dengan nada kesal ke arah D-3.
D-3 mungkin adalah petarung terkuat di divisinya. Karena itu, sedari awal, Lee memang mengajak dia untuk beperan sebagai bodyguard Lee sendiri. Tapi, sejak dulu, karena Lee adalah typical wanita yang suka mengobrol, melakukan perjalanan dengan D-3 yang pendiam tentu bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
“Huft,” Lee hanya membuang napas dan melihat ke arah luar jendela.
Tapi, Lee tetap saja tak bisa menahan mulutnya terlalu lama untuk diam. Hanya dalam hitungan detik, Lee kembali membuka mulutnya, “Clown menemukan racun sekaligus antidotnya. Dengan penemuan dia ini, kita bisa memaksa target Utopia dengan mudah,” gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...