Chapter 85 - Takdir

3.4K 227 42
                                    

"Lama tak jumpa, apa kabarmu Jian?" kata Tommy sambil tersenyum kecil.

Lee dan Knife berdiri di samping kiri dan kanan Tommy. Mereka bertiga melihat ke arah 7 orang yang berada di dalam ruangan ini. Saat Lee melihat ke arah Munding, raut mukanya sedikit terkejut dan dengan cepat dia langsung mendekat ke arah Tommy dan membisikkan sesuatu.

"Oohh. Tak kusangka aku akan bertemu denganmu disini, Mr. Demon," tegur Tommy ke arah Munding.

Jian, yang tadinya akan menjawab pertanyaan Tommy, hanya tertawa kecil saat melihat rombongan Tommy mengenali Munding.

"Tommy, kau mengenal dia?" tanya Jian.

"Tentu saja aku mengenalnya, karena jasanya Utopia kehilangan proyek bernilai jutaan dollar di Papua New Guinea," jawab Tommy.

Munding yang mungkin sedikit mengalami keterlambatan informasi karena harus menunggu translasi dari Chiyo yang berdiri di sebelahnya, berang ketika mendengar kata-kata Tommy.

"Papua New Guinea? Kau membangun tempat itu di negeriku!! Negeriku!!" jawab Munding sedikit marah.

Raut muka Tommy sedikit berubah ketika mendengar kata-kata Munding. Dia melirik ke arah Lee yang berada di sebelahnya, "Lee, bukankah aku pernah memutuskan untuk tak mengusik Demon dan juga Cahaya?" tegur Tommy.

"Lokasi itu berada di ujung timur Indonesia, Tommy," jawab Lee cepat dengan muka kuatir, "Pemerintah mereka sama sekali tak pernah memperdulikan area itu. Bahkan penduduk setempat juga membentuk gerakan separatis yang menuntut kemerdekaan," lanjut Lee.

"Whatever, yang sudah terjadi maka terjadilah. Kita tak bisa mengubah masa lalu," gumam Tommy sambil kembali melihat ke arah Munding.

"Jadi, karena alasan itu kau ikut dalam aliansi untuk melawan Utopiaku?" tanya Tommy.

"Bukan, aku punya alasan personal," jawab Munding.

Tommy terlihat sedikit kebingungan, tapi tak lama kemudian sebuah lampu seperti dinyalakan dalam kepalanya. Dia teringat ketika dulu, karena visi yang dilihat oleh Kelly, Tommy memutuskan untuk menyerang wanita yang mereka percayai sebagai Cahaya.

Saat itu, Munding belum seperti sekarang dan Cahaya bahkan hanya seorang gadis biasa. Seorang wanita biasa yang sedang mengandung anak pertamanya dan dirawat di sebuah rumah sakit sambil menunggui suaminya yang koma.

Sekarang semuanya terasa logis dan masuk akal. Tapi justru karena itu Tommy tersenyum pahit. Karena dia sadar, semua ini adalah sebuah lingkaran sebab-akibat yang seolah-olah terlihat mustahil tetapi memang nyata terjadi.

Kelly melihat dalam visinya dengan kemampuan Clairvoyant yang dia miliki bahwa akan ada seorang petarung di masa depan yang akan mampu menghalangi rencana besar Utopia.

Setelah menemukan calon musuh besar mereka di masa yang akan datang, mereka menyadari bahwa pada saat ini, Cahaya hanyalah seorang wanita biasa. Mungkin dia memiliki seorang suami serigala petarung yang masih berada dalam tahap inisiasi dan dalam kondisi koma, tapi Cahaya sendiri bukanlah ancaman yang berarti. Sangat berbeda dengan visi yang dilihat oleh Kelly.

Untuk menghilangkan potensi ancaman di masa yang akan datang, Utopia memutuskan untuk menyerang Cahaya dan menghabisinya saat dia masih lemah di masa sekarang. Mereka mengirimkan empat orang petarung manifestasi untuk menyerang rumah sakit tempat Cahaya dan suaminya mendapatkan perawatan.

Keempat orang serigala petarung itu hanyalah pengalih perhatian saja. Rencana mereka yang sesungguhnya adalah dengan menggunakan Clown yang waktu itu masih dalam masa uji untuk menjadi Apostles Utopia agar menggunakan serumnya untuk menghabisi nyawa Cahaya.

Clown berhasil melakukan misinya dengan menggunakan bantuan perawat yang ditugaskan untuk merawat Cahaya dan akhirnya membuat target mereka kehilangan kesadaran diri. Bahkan pada satu titik, Cahaya sempat dinyatakan meninggal dunia dan mengalami mati suri.

Tapi, keajaiban terjadi, salah satu petarung di pihak Cahaya berhasil membangunkan kembali Nurul dari kondisi kritisnya. Suami Nurul juga terbangun dari komanya. Bahkan setelah sang suami terbangun, dia bisa dengan mudah menghabisi keempat serigala petarung manifestasi dari Utopia seorang diri.

Sang Suami yang di kemudian hari dikenal di seantero kawasan Asia Tenggara dengan julukan Demon dan memiliki nama asli Munding. Sosok yang sekarang berdiri di depan Tommy sendiri dan memberikan tanda ancaman bahaya bagi seorang pemilik legendary concept seperti dirinya.

Seandainya saja ...

Tommy waktu itu tidak memerintahkan Clown dan keempat petarung manifestasi untuk mengeksekusi serangan mereka kepada Cahaya dan keluarganya.

Apa yang akan terjadi?

Cahaya akan tetap hidup normal seperti gadis biasa lainnya. Sang suami akan tetap tak sadarkan diri dalam komanya. Mungkin juga Cahaya akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang membesarkan anaknya seorang diri. Tak akan ada lagi Cahaya yang mengancam Utopia.

Sekalipun saat ini Tommy tak tahu apakah Cahaya dari visi yang dilihat Kelly sudah terbangun ataukah dia masih menjadi wanita biasa seperti dulu, tapi satu hal yang pasti, karena serangan yang dilakukan oleh Utopia saat itu, mereka telah menciptakan monster baru yang bernama Demon.

Bagaimana jika dulu Kelly tak menggunakan kemampuannya untuk 'melihat' masa depan sehingga Utopia tak pernah menyadari keberadaan Cahaya?

Utopia tak akan pernah melakukan itu. Karena mencoba untuk menghindari bahaya dan rintangan yang akan menghalangi jalan mereka adalah suatu keharusan.

Tommy juga tiba-tiba berpikir, kenapa pada saat Kelly melihat ke masa depan, dia melihat Cahaya? Bukankah saat itu Cahaya hanya wanita biasa dan tak punya kemampuan sama sekali?

Kenapa seolah-olah masa depan sudah memastikan bahwa Utopia akan mengambil tindakan dengan menyerang keluarga Cahaya dan membuat semuanya mengarah ke sana?

Seolah-olah, 'sesuatu' sudah memprediksi apa yang akan dilakukan oleh Utopia, jauh sebelum pikiran untuk menyerang Cahaya diambil oleh Tommy dan rekan-rekannya. Tanpa sadar, Tommy bergidik ngeri ketika membayangkan bahwa selama ini, dia dan Utopia, dan bahkan semua mahluk hidup dan benda yang ada di alam semesta ini, semuanya bergerak, berjalan dan mengikuti suatu alur yang sudah ditentukan oleh 'sesuatu' itu, alur yang disebut dengan takdir.

Sesuatu yang omnipotent dan omniscient, yang berdiri diatas semuanya, yang mempengaruhi semuanya, yang mengetahui semuanya, yang mengatur semuanya, sesuatu yang mungkin digambarkan oleh kebanyakan orang dengan sebutan Tuhan.

Tommy bukan orang bodoh dan dia tak percaya adanya Tuhan. Sekalipun dia membuat sebuah agama baru dan menyebut dirinya Tuhan, tapi dia tahu kalau dirinya hanyalah manusia biasa yang diberi kelebihan dibandingkan manusia yang lain.

Dia tak sepicik Fir'aun yang mengaku sebagai tuhan dan mempercayai itu sepenuh hati.

Untuk sesaat tadi ketika dia mendapatkan enlightenment karena pertemuannya dengan Munding, Tommy sadar bahwa ada sesuatu di luar sana yang memang layak disebut sebagai sang Pencipta.

Semua proses berpikir Tommy memang terlihat panjang dan lama, tapi secara actual, kurang dari sedetik semuanya itu berlangsung sejak Munding menjawab pertanyaannya tadi. Dalam waktu sesingkat itu, Tommy terlihat seperti seseorang yang sedang melamun dan tatapan matanya sama sekali tak fokus.

Kalau Munding dan Jian mau, mereka berdua bisa saja melakukan serangan tiba-tiba dan membuat Tommy cidera, tapi mereka tak melakukannya.

"Alasan personal?" Tommy kembali sadar dan melihat Munding dengan tatapan aneh.

=====

Author note:

Hari ini satu chapter aja gaess. Saya usahakan besok lebih dari satu. Maaf ya?

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang